PRESIDEN: NATAL HENDAKNYA MAKIN HIDUPKAN SEMANGAT PENGORBANAN

PRESIDEN: NATAL HENDAKNYA MAKIN HIDUPKAN SEMANGAT PENGORBANAN

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengharapkan perayaan Natal makin menghidupkan semangat pengorbanan di kalangan umat Kristiani dalam menghadapi tantangan dan ujian pembangunan yang terbentang di hadapan bangsa.

Harapan Presiden tersebut dikemukakan dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Wakil Presiden Sudharmono, S.H pada Perayaan Natal Pegawai Republik Indonesia di Balai Sidang Senayan, Jakarta, Selasa Malam.

“Bagi umat Kristiani, kehidupan Jesus Kristus merupakan teladan dari pengorbanan hidup untuk keselamatan sesamanya,” kata Kepala Negara.

Menurut Presiden, semangat pengorbanan itu terasa makin penting bagi Korps Pegawai Republik Indonesia sebagai motor pembangunan bangsa yang memang memerlukan kesediaan berkorban demi tercapainya tujuan-tujuan besar.

Sementara itu Wapres sendiri dalam sambutannya, mengimbau umat Kristiani yang sedang memperingati kelahiran Kristus untuk senantiasa mempertebal rasa kesetiakawanan yang pada akhirnya akan menumbuhkan kepekaan sosial untuk seia-sekata, saling membantu dan menolong sesamanya.

”Yang berkecukupan hendaknya dapat mengendalikan diri dalam memanfaatkan apa yang dimiliki, bukan sebagai pameran kemampuan dapat mengundang kecemburuan sosial,” katanya malam itu ketika bersama Ny. E.N Sudharmono.

Sehubungan dengan itu, diharapkan umat Kristiani dapat membawa diri sesuai dengan lingkungan masyarakat yang sedang dalam keprihatinan dan serba keterbatasan.

Diingatkannya bahwa bangsa Indonesia dewasa ini masih dalam suasana prihatin, “Sebagian rakyat masih dalam tingkat kehidupan sosial ekonomi yang rendah, diantaranya sulit memperoleh lapangan kerja dan bahkan ada yang sedang tertimpa bencana yang menyedihkan,” sambungnya.

 

Perbaharui Tekad

Wapres di hadapan sekitar 2.000 umat Kristen Protestan dan Korps Pegawai RI menyatakan keyakinannya bahwa dengan memahami makna Natal umat Kristiani dapat memperbaharui tekad dan tanggung jawab sehingga meningkatkan pengabdiannya kepada sesama dan negara, sesuai teladan Jesus Kristus.

Memupuk rasa kesetiakawanan, tambahnya, akan menebalkan pula semangat kerukunan hidup dalam masyarakat luas, baik sesama penganut agama yang sama maupun berbeda.

Kerukunan itu, bukan hanya di antara anggota KORPRI, ABRI dan BUMN melainkan meliputi seluruh Bangsa Indonesia.

Kesemuanya itu, menurut Sudharmono, memperkokoh persatuan umat menunjang terciptanya stabilitas nasional yang mantap sebagai kondisi yang mutlak diperlukan bagi kelancaran dan kesinambungan pembangunan.

Oleh karena itu, segenap aparatur pemerintah agar dengan sungguh-sungguh memperhatikan harapan Pemerintah untuk menjadi pelopor dalam melaksanakan dan meningkatkan disiplin nasional, yang mulai dibina antara lingkungan masyarakat dan tempat bekerja.

Sebelum mengucapkan Selamat Natal dan Tahun Baru 1989, Presiden Indonesia yang kelima tersebut menekankan kembali pentingnya upaya meningkatkan disiplin serta pengabdian kepada negara dan masyarakat, demi suksesnya, pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasi la.

 

Pohon Terang

Perayaan dimulai tepat pukul 19.45, ditandai dengan penyalaan pohon terang setinggi sekitar 15 meter di atas panggung oleh M. Panggabean dan disusul dengan pembunyian lonceng sebanyak lima kali.

Panggung yang dilator belakangi layar putih yang membentang sekitar 20 meter kemudian menyajikan slide-slide tentang berbagai aspek pembangunan dan jemaah serta rumah ibadah berbagai agama yang melukiskan kerukunan kehidupannya di Indonesia.

Setelah pembacaan narasi Natal yang dibuat oleh Pendeta Dr. Fridolin Ukur dan nyanyian koor oleh sekitar 150 wanita Departemen Keuangan, Prof.Dr. Adrianus Mooy yang juga sebagai Pelindung Panitia Perayaan tersebut menyampaikan Makna Natal.

Mooy mengatakan, Natal pada hakekatnya mengandung makna pembaharuan dan makna kesederhanaan. Yang pertama dikaitkannya dengan berbagai pembaharuan yang tercipta melalui berbagai paket deregulasi dan debirokratisasi di bidang perekonomian, yang harus menjadi tantangan bagi pembaharuan disiplin kerja.

Sementara makna kesederhanaan tak lain berhubungan dengan kesetiakawanan sosial dan sikap rendah hati.

Acara yang berlangsung ketat dan padat, diwamai tata lampu yang beraneka rupa dan warna dilanjutkan dengan doa syafaat dipimpin Mgr. M. Situmorang, seusai sambutan Presiden dan Wakil Presiden.

Pukul 20.45, sendratari kelahiran Yesus Kristus dipagelarkan oleh kelompok seni paguyuban Bagong Kusudiardjo yang membawakannya dengan versi Jawa, lengkap dengan perangkat musik gamelan.

Perayaan berakhir dengan nyanyian bersama Malam Kudus.

 

 

Sumber : ANTARA (28/12/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 489-491.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.