PRESIDEN: NEGARA MAJU JANGAN HANYA SOROT HUTAN TROPIS
Jakarta, Antara
PRESIDEN SOEHARTO minta negara maju dan berkembang bekerja sama secara erat memecahkan masalah kerusakan hutan baik hutan tropis maupun Jenis hutan lain di negara maju, karena rusaknya sumber daya alam itu akan merugikan semua pihak.
Masalah pelestarian hutan ini dijelaskan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Emil Salim kepada pers setelah melapor kepada Presiden Soeharto di Bina Graha, Selasa tentang undangan Jepang untuk menghadiri pertemuan dinegara itu Juli tahun ini.
Emil mengatakan pada bulan Juni tahun 1992, akan berlangsung pertemuan internasional di Brazil untuk membahas upaya pelestarian hutan. Negara maju berpendapat masalah utama sekarang ini adalah bagaimana melestarikan hutan tropis.
Namun sebaliknya, negara-negara berkembang berpendapat perhatian tidak hanya harus ditujukan kepada hutan tropis tapi juga hutan di negara-negara maju. Karena itu Jepang mengundang negara-negara Asia Pasifik untuk menggalang pendapat menghadapi pertemuan Brazil.
Ketika menanggapi laporan Emil tentang perbedaan pendapat diantara negara maju dan berkembang, Presiden Soeharto mengatakan hutan tropis dan hutan lainnya mempunyai fungsi yang sama antara lain untuk menyerap C02.
“Jadi tugas menyerap C02 ini tidak hanya harus dilakukan oleh hutan tropis yang berada di negara berkembang, tapi juga hutan-hutan lainnya yang berada di Eropa atau Amerika,” kata Presiden kepada Emil.
Kepala Negara juga mengajak negara-negara industri maju untuk ikut mereboasasi hutan-hutan di negara berkembang.
Jangan Terganggu
Presiden juga mengatakan kepada Emil Salim bahwa sekalipun hutan merupakan sumber pembangunan, fungsi sumber daya alam itu sebagai wahana melestarikan lingkungan sama sekali tidak boleh terganggu.
Ketika berbicara tentang pentingnya usaha bersama negara maju dan berkembang menjaga kelestarian hutan, Emil Salim kemudian memberikan perumpamaan bahwa negara maju jika duduk di dalam pesawat berhak menempati kelas satu sedang negara berkembang hanya di kelas dua.
“Kalau kapal itu jatuh maka semua penumpang baik yang berada di kelas satu maupun kelas dua akan sama-sama jatuh,” kata Emil ketika membandingkan kasus kapal jatuh dengan pengaruh yang ditimbulkan kerusakan hutan yang merugikan semua pihak.
Ia mengatakan dalam mengelola hutan tidak perlu dipertentangkan kepentingan antara negara maju dan berkembang, sekalipun dalam beberapa hal posisi tawar menawar negara maju lebih kuat dibanding negara maju.
Ketika ditanya wartawan apakah Indonesia tidak merasa khawatir terhadap ajakan Jepang untuk mengadakan penggalangan negara Asia Pasifik menghadapi pertemuan Brazil itu, Emil mengatakan selama hal itu cocok dengan kepentingan nasional Indonesia maka tidak ada masalah.
Sumber : ANTARA (30/04/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 655-656.