PRESIDEN: OPERASI PASAR DIPERLUKAN KARENA INFLASI TINGGI [1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto memerintahkan para pejabat untuk melakukan operasi pasar karena inflasi pada bulan Agustus masih tetap tinggi yaitu 0,89 persen padahal inflasi hingga akhir tahun diharapkan tidak lebih dari 10 persen.
“Presiden mengatakan inflasi pada bulan Agustus masih tetap tinggi dibanding bulan Juli 1,37 persen,”kata Menpen Harmoko kepada pers ketika menjelaskan hasil Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku, Wasbang dan Indag di Bina Graha, Rabu.
Sidang yang juga dihadiri oleh Wapres Try Sutrisno itu, membahas penyebab inflasi yaitu kenaikan kelompok perumahan 0,60 persen, aneka barang dan jasa 0,82 persen dan sandang 0,02 persen. Harmoko menyebutkan, inflasi selama bulan Januari-Agustus 1994 telah mencapai 6,85 persen dan 3,14 persen selama periode April-Agustus tahun ini juga. Pada sidang yang berlangsung sekitar dua jam itu, Kepala Negara juga menyinggung kemungkinan dilakukannya impor beras untuk menutupi kekurangan stok yang dikuasai pemerintah.
“Kalau musim kemarau masih terus berlangsung yang rnengakibatkan berkurangnya produksi beras, maka jika memang diperlukan impor beras dapat dilakukan,” kata Harmoko yang mengutip Presiden.
Karena itu, Kepala Negara memerintahkan para pejabat terkait untuk mengadakan perhitungan secara cermat mengenai produksi beras, pengaruh kekeringan terhadap produksi serta kemungkinan melakukan impor beras.
Surplus
Ketika menjelaskan perkembangan neraca perdagangan, Menpen Harmoko menyebutkan, ekspor pada bulan Juni mencapai 3,555 miliar dolar AS dibanding impor 2,723 miliar dolar AS sehingga terdapat surplus 831 juta dolar AS.
Ekspor itu terdiri atas ekspor migas 833 juta dolar AS dan berbagai komoditi nonmigas 2,7 miliar dolar AS. Sementara itu, impor rnigas rnencapai 182 juta dolar AS dan komoditi nonmigas 2,541 miliar dolar AS. Menurut Harrnoko, ekspor selama periode Januari- Juni mencapai 18 miliar dolar AS dibanding impor 14,6 miliar dolar AS sehingga dari berbagai mitra dagangnya itu Indonesia menikmati surplus 3,7 miliar dolar AS. Harmoko menyebutkan pula uang yang beredar mencapai Rp 40,265 triliun. Pada sidang ini dibahas pula perkembangan produksi dan konsumsi semen yang belum berimbang sehingga untuk semester kedua akan diimpor 125.500 ton dibandingkan rencana semula 50.000 ton. (T!EU02/EU06/ 7/09/9413:47/SR 1).
Sumber: ANTARA (07/09/1994)
__________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 362-363.