PRESIDEN OPTIMIS AKAN MASA DEPAN HUBUNGAN EKONOMI RI-JERMAN 

PRESIDEN OPTIMIS AKAN MASA DEPAN HUBUNGAN

EKONOMI RI-JERMAN [1]

 

Bonn, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto menyatakan optimis terhadap masa depan hubungan ekonomi Indonesia-Jerman. Begitu banyak peluang yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan hubungan bilateral. Kemampuan ekonomi dan posisi strategis kedua negara semakin mernperkukuh kerja sama bilateral ini.

“Indonesia merupakan batu loncatan bagi Jerman untuk memperluas aktivitas ekonominya di Asia Pasifik. Sebaliknya, Jerman merupakan gerbang bagi peningkatan aktivitas ekonomi Indonesia di Eropa,” kata Kepala Negara pada penandatanganan Forum Kerja Sama Ekonomi dan Teknologi Indonesia-Jerman di Bonn RFJ Selasa (4/4) pagi waktu setempat atau sore hari di Indonesia.

Penandatanganan pembentukan forum tersebut dilakukan Menristek BJ Habibie dari Indonesia dan Dr Von Prerer dari Jerman. Di tempat yang samajuga dilakukan penandatanganan penjualan saham PT SateIindo kepada DeMobitel Jerman sebanyak 25% dengan nilai 586  juta dolar AS. Demikian dilaporkan wartawan Pembaruan Mansyur Banis dari Bonn. Kepala Negara menyatakan harapannya agar forum kerja sama ekonomi dan teknologi ini mampu mengidentifikasi berbagai potensi dan peluang yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan hubungan ekonomi Indonesia-Jerman. “Mudah­ mudahan forum ini dapat mempertemukan berbagai kepentingan ekonomi, yang akhimya dapat membawa kita kepada kerja sama yang saling menguntungkan, terutama di sektor industri dan perdagangan,” kata Kepala Negara. Dikatakan, seperti halnya di negara-negara lain, pembangunan sektor industri dan sektor perdagangan di Indonesia mempunyai  keterkaitan yang erat. Proses industrialisasi yang betjalan pesat di Indonesia telah menjadikan industri sebagai mo­ tor penggerak pertumbuhan ekonomi, sumber pendapatan devisa, sarana alih teknologi dan penopang perdagangan luar negeri. Proses industrialisasi yang disertai dengan langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi telah meningkatkan ekspor. Upaya menerobos pasar luar negeri ini, ditingkatkan melalui diversifikasi pasar dan komoditi, serta peningkatan kerja sama dalam perdagangan internasional. Upaya lainnya untuk menggalakkan ekspor, mengembangkan industri menengah dan kecil yang berorientasi ekspor. Pemerintah berusaha keras membina industri menengah dan kecil agar mereka mampu meningkatkan kemitraan usaha dengan perusahaan­ perusahaan asing. Pemerintah Indonesia juga mendorong industri menengah dan kecil untuk melakukan diversiftkasi produk unggulan yang mempunyai prospek bagus di pasar intemasional dan melakukan program pengembangan ekspor secara terpadu.

Kebijakan demikian ini dilakukan atas dasar pengalaman Indonesia dalam lima tahun terakhir ini. Pada tahun 1993, sektor manufaktur menyumbang 22,3 % dari GDP. Tekstil, termasuk pakaian jadi, merupakan tumpuan utama ekspor manufaktur Indonesia dan kayu lapis menduduki urutan kedua. Ekspor Iainnya yang memiliki pertumbuhan tinggi adalah alas kaki dan barang-barang elektronik. Secara keseluruhan, pertumbuhan rata-rata sektor manufaktur mencapai 10,2 %per tahun. Berdasarkan perkembangan yang menggembirakan itu, sasaran pembangunan industri di dalam negeri dalam lima tahun mendatang ditujukan untuk memperluas penyebaran industri ke seluruh wilayah Indonesia,terutama Indonesia wilayah Timur. Juga untuk memperkukuh struktur industri dengan mengaitkan secara terpadu industri hulu, industri antara dan industri hilir. Perbaikan struktur industri dilakukan pula dengan mengaitkan secara harmonis industri besar dengan industri menengah dan kecil.

Lompatan Kualitatif

Dalam sambutannya pada upacara penandatanganan tersebut, Kohl menyatakan persetujuannya untuk membentuk kelompok kerja yang kecil perwakilan kedua negara untuk perbaikan secara kualitatif hubungan kedua negara. “Kita setujui keinginan kedua negara suatu lompatan kualitatif dalam hubungan kita, berkaitan dengan unifikasi atau persatuan Eropa, yang mana pada tahun 1996-1997 setelah Maastrich akan ada dimensi baru yang saya kira akan merupakan hal yang penting bagi Indonesia untuk meningkatkan hubungan dengan Eropa melalui Jerman. Tetapi kami juga ingin memperbaiki hubungan bilateral, “kata Kanselir Kohl. Helmut Kohl juga mengulangi kembali keinginannya untuk berkunjung ke Indo­ nesia. “Saya akan didampingi oleh suatu delegasi yang besarmewakili industri Jerman,” jelasnya. Kohl juga mengatakan bahwa meningkatkan hubungan kedua negara merupakan tugas pribadi Presiden Soeharto dengan Kanselir Helmut Kohl. Hubungan ekonomi dan kebudayaan akan ditingkatkan dalam arti yang khusus.

Ke Dusseldorf

Presiden Soeharto Selasa (4/4) siang dengan menggunakan helikopter RFJ mengadakan kunjungan ke Dusseldorf. Dalam kesempatan itu Kepala Negara meninjau dan mendapat penjelasan mengenai perkembangan Bayer AG di Leverkusen. Delegasi Indonesia yang datang dengan menggunakan lima helikopter RFJ itu mendapat penjelasan mengenai kemajuan yang dicapai Bayer AG Kepala Negara juga berkunjung ke pabrik MAN Group, menyaksikan pembuatan mesin-mesin canggih yang dipesan berbagai negara.Di pabrik ini dibangun berbagai peralatan PT. Krakatau Steel Cilegon, PTPAL Surabaya dan industri lainnya di Indonesia. Pabrik ini juga membuat mesin cetak berbagai media massa di Tanah Air termasuk yang digunakan mencetak harian umum Suara Pembaharuan. ***

Sumber : SUARA PEMBAHARUAN (05/04/1995)

______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 361-363.

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.