PRESIDEN PADA HARI DJADI KE-25 ABRI: PELAKSANAAN DWIFUNGSI DJANGAN TIMBULKAN EKSES-EKSES

PRESIDEN PADA HARI DJADI KE-25 ABRI: PELAKSANAAN DWIFUNGSI DJANGAN TIMBULKAN EKSES-EKSES

. Desakan Untuk Tiadakan Dwifungsi Adalah Sangat Negatif

. Kol. Ali Said Dan Lurah Waringin Telu Dapat Bintang Darma[1]

 

Djakarta, Kompas

PELAKSANAAN dwifungsi djangan sampai menimbulkan ekses2 dan menjentuh bidang2 jang tidak perIu. ABRI harus berani berintrospeksi serta menerima kritik2 dan peringatan masjarakat jang djudjur dan benar. Bukan kritik2 dengan latar belakang negatif. Demikian penegasan Presiden Soeharto pada hari djadi ke – 25 ABRI di Parkir Timur Senajan. Dibelakang Presiden, jang dalam upatjara itu mengenakan setelan djas biru tua, tampak Wapangab Djendral Panggabean, diapit oleh KSAD Djendral Umar Wirahadikusumah, KSAL Laksmana Madya Laut Sudomo, Laksamana Madya Udara Suwoto Sukendar dan Wakapolri Komdjenpol Teuku Azis.

Bintang2 Untuk Jang Berdjasa

DALAM upatjara tersebut dianugerahkan bintang2 kepada Kol. CKH Ali Said SR, Peltu Sanusi (Lurah Waringin Telu, jang berhalangan hadir, sehingga penjematan baru dilakukan malam-harinja). Kom (L) Moh Romli, Kol (D) Sugiri dan Kombes (Purn) Sudarsono Bintang Sakti diterimakan kepada Lettu Ruchjat, Bintang Satya Lentjana Teladan untuk Pratu Radjanudin, Bintang Jalasena II untuk Peltu (Purn) Sutrisno dan Bintang Satya Lentjana Yana Dtama untuk Briptu Moh Saleh Djohari.

Prinsip Dwifungsi

DALAM sambutan hari djadi ABRI kali ini prinsip Dwifungsi nampak disoroti chusus oleh Presiden. Dwifungsi ABRI adalah salah satu segi dari pelaksanaan demokrasi berdasarkan Pantjasila dan sistim ketata – negaraan bangsa Indonesia. Sistim inilah jang telah dibangun dan diterima oleh bangsa Indonesia. Maka dari itu djangan ada satu golonganpun jang mendesak – desak kemauannja sendiri untuk merobah sistim Dwifungsi ABRI ini. Desakan sematjam itu “untuk meniadakan Dwifungsi ABRI” dengan terbuka atau terselubung, adalah sangat negatif. Malahan dapat menumbuhkan “sentimen2” ABRI untuk melakukan tindakan2 jang tidak demokratis.

Selandjutnja Presiden menandaskan, hendaknja golongan2 menilai Dwi – fungsi ABRI itu dari sistim politik, dari sejarah pertumbuhan ABRI dan sedjarah pertumbuhan Bangsa. Djangan dengan katjamata lain jang berasal dari luar dan tidak objektif.

Asal – usul Dwifungsi

TENTANG asal – usul Dwifungsi ABRI Presiden menerangkan bahwa ABRI lahir ditengah2 perdjuangan bangsa dalam menegakkan Kemerdekaan. Sedjarah kelahiran inilah, jang memberi dasar sikap bahwa ABRI selalu ikut memikul dan merasa bertanggung – djawab terhadap keselamatan tjita2 kemerdekaan dan pengisian kemerdekaan itu. ABRI lahir ditengah2 rakjat, didorong oleh idealisme untuk bersama2 membangun kehidupan jang lebih baik.

ABRI tidak ingin hanja mendjadi pemadam kebakaran, jang terus pergi begitu kebakaran telah selesai. ABRI mau menjingkirkan segala sebab2 jang memungkinkan kebakaran dan mengatur kembali rumah – tangga keluarga besar bangsa Indonesia, jang telah dikatjaukan oleh adanja kebakaran dari pemberontakan2, kegontjangan2 dll.

Maka dari itu ABRI telah bertekad bulat, agar djangan sampai timbul pemberontakan lagi di Indonesia ini. Pemberontakan Gestapu merupakan pemberontakan jang terachir. Demikian Presiden. (DTS)

Sumber: KOMPAS (05/10/1967)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 565-567.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.