Presiden Pada HUT Ke 43 ABRI HIDUP MATI PRAJURIT ABRI UNTUK PANCASILA

Presiden Pada HUT Ke 43 ABRI HIDUP MATI PRAJURIT ABRI UNTUK PANCASILA

 

Jakarta, Merdeka

Presiden Soeharto menegaskan sesuai dengan Sapta Marga yang diucapkan dan diyakini oleh setiap prajurit, maka hidup matinya prajurit ABRI adalah untuk Pancasila Memberikan amanat pada upacara peringatan Hari ABRI ke-43 di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Kepala Negara menambahkan bahwa ABRI lahir, dibesarkan dan dikembangkan untuk membela Republik Proklamasi yang berdasarkan Pancasila

Karena itu, ABRI adalah kekuatan bangsa yang selalu mendukung dan membela Pancasila.

Menurut Presiden, dengan berpegang teguh pada Pancasila, dengan mengamalkan Pancasila sebaik baiknya ABRI akan selalu dapat mengambil langkah langkah tepat dalam mengamankan dan ikut serta dalam pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.

Diingatkan bahwa dengan berpegang teguh kepada Sapta Marga, dengan kesetiaan yang sebulat bulatnya kepada Pancasila, dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, maka ABRI bersama-sama kekuatan Pancasila berhasil menumpas pemberontakan G-30-S/PKI pada akhir tahun 1965.

“Sadar akan tanggungjawab sejarahnya bagi kebahagiaan dan ketenteraman rakyat Indonesia di masa datang, maka ABRI mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk merenungkan ulang seluruh pengalaman sejarah sebelum tahun 1966 dan mengoreksinya,” tutur Presiden Inilah latar belakang lahirnya Orde Baru, yang sejak semula kita perjuangkan secara demokratis dan konstitusional.

Presiden melanjutkan: “Kita semua bertekad, agar tragedi nasional yang berpuncak pada pemberontakan G 30S/PKI di tahun 1965 itu merupakan pengalaman pahit yang terakhir dan tidak akan terulang kembali sepanjang zaman”

Tekad ini harus kita pertebal lagi, setiap kali kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktober sebelum peringatan Hari Ulang Tahun ABRI

Dengan kebulatan tekad itu, Presiden mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk mewujudkan dan mengamalkan Pancasila sebaik baiknya dan melanjutkan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila.

 

Profesionalisme

Pada bagian lain, Kepala Negara mengemukakan, ABRI harus terus meningkatkan profesionalisme militernya, agar tidak ketinggalan oleh kemajuan zaman dan dapat melaksanakan tugasnya untuk mempertahankan kedaulatan negara

Namun diingatkan, peningkatan profesionalisme itu sendiri bukanlah tujuan melainkan sebagai sarana untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai pejuang dengan sebaik-baiknya. Karena itu, dalam zaman apapun prajurit ABRI adalah prajurit.

“Tradisi sebagai prajurit pejuang inilah yang mendorong ABRI selalu tampil di depan pada saat saat bangsa kita mengalami ujian-ujian yang besar dan berat,” tambahnya.

Dikemukakan, sejarah pertumbuhan bangsa Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan penuh dengan ujian besar dan berat. Semuanya itu merupakan bagian dari perkembangan dan pertumbuhan bangsa Indonesia agar dapat menjadi bangsa yang kukuh kuat.

Karena itulah, menurut Presiden, seluruh bangsa Indonesia harus mengambil pelajaran sebaik baiknya dan sebijaksana-sebijaksananya dari semua pengalaman sejarah masa lampau.

“Kita harus berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah,” tambahnya. Dengan mengatakan yang benar adalah benar, kita akan dapat terus melanjutkannya dengan penuh keyakinan. Dengan mengatakan yang salah adalah salah, kita akan dapat menghindarkan kesalahan yang sama dengan penuh kesadaran. Dengan sikap itu pelajaran yang kita petik dari sejarah masa lampau akan memberi makna yang positif bagi kita semua, bukan menjadi beban yang berkepanjangan.

 

Atraksi

Peringatan Hari ABRI itu dimulai tepat pukul 08.00 WIB dengan inspektur upacara Presiden Soeharto dan komandan upacara Kolonel Baris Sudamo, Danrem Surabaya, Jatim.

Pasukan upacara terdiri dari unsur-unsur satuan tempur, bantuan tempur serta unsur non ABRI. Semuanya berjumlah 7.000 personil.

Setelah pembacaan Sapta Marga oleh empat perwira pertama berpangkat letnan dua dari masing-masing Angkatan dan Polri selanjutnya irup menyampaikan amanat sekitar 15 menit.

Di selang waktu parade dan defile sekitar 20 menit diisi dengan atraksi perkelahian sangkur yang diperagakan 500 anggota Brigade 17 Batalyon Kujang I Kostrad yang dipimpin oleh Sertu Eko Marjono. Adegan yang ditampilkan antara lain, gerakan serangan dan tangkisan dengan sangkur, perkelahian bebas dan menggunakan alat, pemecahan genteng serta keterampilan melompati lintasan berbahaya.

Lantas, di atas udara tempat upacara muncul empat pesawat latih lanjut Sky Hawk yang dipimpin oleh Mayor Ida Bagus Sanubari dari skadron 15 terbang lintas dengan formasi berjajar.

Selanjutnya muncul lagi empat pesawat A-4 Sky Hawk dengan formasi serupa di bawah pimpinan Mayor Supriyanto dan disusul empat pesawat tempur A-5 Tiger dipimpin Mayor Basri Sidehabi dari skadron 14.

Kemudian dua belas pesawat tadi membelok ke kanan terus melintas dari arab selatan ke utara dengan menunjukkan berbagai formasi. Atraksi ini mendapat sambutan hangat bukan saja dari undangan, tapi juga dari para penonton yang memenuhi seputar lapangan upacara.

Dalam acara itu tampak hadir antara lain Wapres Sudharmono, sejumlah Menteri, bekas Menhankam/Pangab Jenderal (Pum) M. Panggabean dan Jendera l (Purn) M. Jusuf, para Dubes negara-negara sahabat serta undangan lainnya.

Pelajar yang antusias mengikuti jalannya upacara, begitu mendapat kesempatan langsung mengerumuni Pangab Jenderal Try Sutrisno, Kasad Jenderal Edi Sudradjat, Kasau Marseka l Oetomo, Kasal Laksamana R. Kasenda dan Kapolri Jenderal Mach Sanoesi.

Pimpinan ABRI ini menyambut baik ucapan selamat dari para pelajar, bahkan mereka berfoto bersama.

 

 

Sumber : MERDEKA (06/10/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 429-431.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.