PRESIDEN PADA PERINGATAN ISRA’ MI’RAJ: JANGAN TERJERUMUS DALAM SIKAP MENDEWAKAN AKAL DAN PENALARAN

PRESIDEN PADA PERINGATAN ISRA’ MI’RAJ:

JANGAN TERJERUMUS DALAM SIKAP MENDEWAKAN AKAL DAN PENALARAN

Presiden Soeharto memperingatkan agar bangsa Indonesia tidak terjerumus dalam sikap mendewa-dewakan akal dan penalaran semata-mata. Kepala Negara mengemukakan hal tsb pada acara Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Mesjid Istiqlal tadi malam.

“Ada batas-batas manusiawi yang membuat kita harus tahu diri, menyadari keterbatasan kita”, katanya. Presiden selanjutnya menegaskan, kita harus memberikan tempat pada segi-segi keagamaan dan ketaqwaan, dan alhamdulillah hal ini sudah disadari sepenuhnya.

Kesadaran ini telah dinyatakan secarajelas ketika para pemimpin, pendahulu kita merumuskan nilai-nilai dasar bagi kehidupan bangsa dan negara:

“Oleh karena itulah,” kata Kepala Negara selanjutnya,” mengapa dalam usaha mengejar berbagai keterbelakangan, dalam usaha meningkatkan taraf hidup rakyat baik dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan tidak dilupakan segi-segi kerohanian”.

Bukan Sekedar Slogan

Dikatakannya, negara kita dan pemerintah kita seperti yang dilakukannya selama Indonesia merdeka ini, tidak hanya sekedar, menghormati, akan tetapi juga memberikan dorongan dan bantuan bagi kesemarakan kehidupan agama di tanah air kita.

Sebab kita menyadari bahwa rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam falsafah negara kita, Pancasila, dan dalam Undang-Undang Dasar 1945, tidaklah kita maksudkan hanya sekedar slogan. Ketuhanan Yang Maha Esa haruslah benar-benar kita hayati dalam percaya dan taqwa kepadaNya.

Dengan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berarti, kita berusaha menuruti kehendakNya, mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya. Bagi kita bangsa Indonesia pembinaan sikap percaya dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa itu merupakan pelaksanaan dari penghayatan dan pengamalan Pancasila.

Karena masalah penghayatan dan pengamalan, Pancasila itu lebih banyak menyangkut masalah pendidikan, dengan sendirinya masalah pendidikan agama, terutama untuk anak-anak kita yang masih duduk di bangku sekolah, benar-benar mempunyai peranan yang sangat penting.

Lebih-lebih karena Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai Lembaga Tertinggi Negara telah menetapkan bahwa ketaqwaan merupakan salah satu aspek dalam rumusan tujuan pendidikan nasional kita yang berfalsafahkan Pancasila.

Ia mengajak seluruh masyarakat untuk menyadari, bahwa tanggungjawab pertama dan utama pendidikan agama adalah justru di dalam keluarga, ditangan orang tua sendiri.

“lni penting kita sadari, sebab apabila pendidikan keagamaan, pendidikan moral dan budi pekerti sepertinya akan kita serahkan pada sekolah, maka saya khawatir akan kehilangan salah satu fungsinya yang sangat penting,” kata Presiden.

Liburan Puasa

Presiden pada kesempatan tsb juga mengemukakan masalah liburan puasa. Masalah ini masih merupakan bahan pembicaraan dalam masyarakat.

Menurut Presiden, apabila pemerintah mulai tahun ini merubah mulainya tahun pelajaran dalam rangka meningkatkan dan menyempurnakan mutu pendidikan nasional, dan dalam rangka itu tidak meliburkan selama bulan puasa.

Tindakan itu sekali-kali tidak dimaksudkan untuk mengabaikan atau tidak menghargai bulan puasa dan ibadah puasa bagi para siswa sekolah. Bahkan sebaliknya, dengan tidak meliburkan seluruh bulan puasa itu, para orang tua dan para guru sekolah dapat memanfaatkan untuk pendidikan dan melatih anak-anak didiknya agar melaksanakan ibadah puasa.

Untuk itu antara lain akan diinstruksikan agar selama bulan puasa nanti di sekolah­sekolah tidak diperkenankan menjual makanan.

Demikian juga misalnya akan diatur agar selama bulan puasa, pada hari-hari yang tidak libur, jam mulainya pelajaran di sekolah disesuaikan agar tidak mengganggu pelaksanaan ibadah puasa para murid sekolah.

“Saya sungguh mengharapkan pengertian dari semua pihak, khususnya para ulama dan pemimpin-pemimpin agama untuk tidak merisaukan dan memasalahkan perubahan jadwal liburan selama bulan puasa ini,” ucap Kepala Negara.

Sebelumnya, Menteri Agama H. Alamsyah Ratu Prawiranegara memberikan pidato sambutannya, sementara uraian hikmah Isra’ Mi’raj disampaikan oleh Kol. (L) Drs. H. Tarmizi dari Pusat Pembinaan Mental AL.

Mengakhiri acara Isra’Mi’raj semalam dibacakan do’a oleh KH. Syafii Hadzami.

Nampak hadir dalam acara peringatan Isra’ Mi’raj semalam, Wapres H. Adam Malik, para tamu2 dari korps diplomatik serta Menteri Urusan Haji Kerajaan Saudi Arabia yang sedang berada di Indonesia. (DTS)

Jakarta, Pelita

Sumber: PELITA (23/06/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 390-392.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.