PRESIDEN PANGGIL 7 MENTERI UNTUK ATASI HAMBATAN ENERGI 3 PLTU

PRESIDEN PANGGIL 7 MENTERI UNTUK ATASI HAMBATAN ENERGI 3 PLTU

Jakarta, Suara Karya

Presiden Soeharto memanggil 7 Menteri ke Bina Graha, Rabu, untuk menyelesaikan hambatan-hambatan pengadaan sumber energi untuk 3 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kapasitas besar di Suralaya (Jabar), Paiton dan Gresik keduanya di Jatim dengan kapasitas seluruhnya 8.500 mw.

Ketujuh menteri itu adalah Menteri Sekretaris Negara, Sudharmono, Menmud UPDN I Ketua BKPM, Ginandjar Kartasasmita, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional I Ketua Bappenas Sumarlin, Menristek I Kepala BPPT, BJ Habibie, Menteri Perdagangan, Rachmat Saleh, Menteri Perhubungan, Rusmin Nurjadin dan Menteri Pertambangan dan Energi Subroto.

Subroto yang memberi keterangan setelah pertemuan dengan Kepala Negara itu mengatakan, selama ini ada hambatan dalam penyediaan bahan energi untuk PLTU Suralaya, Paiton dan Gresik.

Batubara

Untuk PLTU Suralaya Presiden memutuskan pemakaian batubara dari Bukit Asam, Sumsel dari daerah penambangan Airlaya, Muara Tiga dan Bangko. Daerah penambangan batubara yang sudah dikembangkan baru di Airlaya.

Oleh karena itu untuk penambangan di Muara Tiga dan Bangko, pemerintah mengundang penanam modal baik PMA maupun PMDN. Keperluan batubara Suralaya untuk setiap 400 mw adalah 1,1 juta ton per tahun. PLTU Suralaya dikembangkan untuk menghasilkan 3.000 mw, sehingga memerlukan batubara sekitar 7,5 juta ton pertahun.

Pembangkit listrik di Paiton, Jatim akan dikembangkan untuk menghasilkan 4000 mw. Pembangkitan listrik itu dilakukan melalui 10 unit. Unit 1 dan unit 2 akan dibangkitkan dengan sistem dualfiring (pembakaran berganda) yakni menggunakan gas alam dan batubara. Sedang unit 3 sampai 10 akan menggunakan singlefiring

(pembakaran tunggal) dari batubara. Keperluan batubara Paiton akan didatangkan dari daerah penambangan di Kaltim dan Kalsel.

Keputusan penggunaan batubara Kalsel dan Kaltim itu menurut Subroto, memberi kepastian bagi penanam modal di kedua penambangan itu karena pemasarannya sudah jelas.

Pembangkit listrik ketiga akan dibangun di Gresik dengan kapasitas 600 mw. Pembangkitan listrik tersebut dilakukan melalui 4 unit yakni masing-masing 100 mw untuk unit 1 dan 2, sedang unit 3 dan 4 masing-masing 200 mw. Unit 1 dan 2 yang kini telah selesai dibangun masih menggunakan bahan bakar minyak (BBM).

Kedua unit ini menurut Subroto akan diubah untuk penggunaan gas alam. Unit 3 dan unit 4 juga akan diarahkan untuk menggunakan gas alam.

Pembangkit listrik di Gresik ini akan menggunakan cadangan sebesar 300 mw yang akan mendampingi pembangkit listrik berkapasitas 600 mw. Sistem yang digunakan untuk pembangkit-pembangkit listrik ini adalah pemanfaatan gas alam dengan cara daur ganda.

Artinya adalah pemanfaatan kelebihan panas yang ditimbulkan dari pembakaran gas untuk mengadakan uap. Uap tersebut kemudian akan dipakai lagi untuk membangkitkan listrik. Melalui cara daur ganda itu akan dicapai efisiensi 48 sampai 52 persen. Sedangkan sistem biasa, tanpa pemanfaatan kelebihan panas efisiensi yang dicapai hanya 31 persen.

Di Jatim, juga akan dibangun pembangkit listrik berkapasitas 600 mw namun tempatnya belurn ditentukan. Rencana pembangkit listrik ini juga akan menggunakan sistern daur ganda.

Gas alam yan g akan dipakai untuk pemban gkit listrik baik di Gresik, di Paiton maupun satu pembangkit lagi yang tempatnya belum ditentukan adalah dari lapangan gas di sekitar Madura yang dihasilkan Kodeco dan gas dari pulau Kangean (Utara Bali) yang dihasilkan Arco. Penetapan penggunaan gas ini menurut Subroto memperjelas sumber energi bagi pembangkit listrik di Jatim itu serta menjarnin pasaran gas dari Kodeco serta Arco.

Presiden Soeharto dalam pertemuan itu memutuskan pembentukan satu tim bagi pelaksanaan pembangunan pembangkit listrik termasuk kelancaran sumber energinya.

Tim tersebut terdiri dari aparat Bappenas, Perdagangan, Perhubungan, Pertambangan, BPPT dan tim Keppres 10. Tim Keppres 10 ditugaskan menjadi koordinator tim tersebut. Pembangunan PLTU Paiton direncanakan tahun 1990. Namun menurut Subroto, sekarang sudah dimulai pembuatan rancang bangun untuk sistem combinefiring.

Daya listrik di Jawa  dewasa ini sebesar 4.210 mw. Sampai tahun 2000 diperkirakan daya listrik itu akan meningkat menjadi 19.685 mw. Daya listrik itu untuk mendukung industrialisasi tahun 2000.

Menurut Subroto, jumlah daya listrik yang direncanakan sampai tahun 2000 itu belum termasuk rencana pengadaan listrik dari pembangkit nuklir.

Diperkirakan kebutuhan batubara untuk seluruh pembangkit listrik pada tahun 1992 sebesar 19,4 juta ton per tahun. Kapasitas pertambangan batubara pada saat itu diperkirakan akan lebih besar. Karena itu menurut Subroto masih ada kelebihan produksi batubara yang dapat diekspor.

Subroto mengatakan, Presiden juga memberi pengarahan kepada Menteri Perhubungan untuk menyelesaikan angkutan batubara dari Bukit Asam yang kapasitas angkutnya ditingkatkan dari 2,2 juta ton per tahun menjadi 5 juta ton melalui kereta api.

Sumber: SUARA KARYA (01/10/1987)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 848-850

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.