PRESIDEN: PBB HARUS MEMAINKAN PERANAN PENTING DALAM WUJUDKAN TATA DUNIA BARU 

PRESIDEN: PBB HARUS MEMAINKAN PERANAN PENTING DALAM WUJUDKAN TATA DUNIA BARU [1]

 

Kopenhagen, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengatakan sebagai peserta yang aktif dalam percaturan intemasional, Indonesia akan menduk:ung sepenuhnya persetujuan yang dicapai dalam KTT Pembangunan Sosial yang diselenggarakan PBB di Kopenhagen, Denmark.

“Indonesia juga berharap agar peranan sistem PBB ditingkatkan lebih lanjut. PBB seharusnya memainkan peranan yang penting, tidak hanya dalam membantu negara-negara yang berada dalam kekacauan, tetapi juga dalam mewujudkan Tata Dunia Baru, dalam memecahkan keterbelakangan dan kemiskinan.” kata Kepala Negara ketika menyampaikan pidatonya pada pembukaan KIT Pembangunan Sosial di Kopenhagen Denmark. Sabtu (13/3) pukul 10.20 waktu Kopenhagen atau pukul 16.20WIB.

Dikatakan tidak lama lagi dekade dan abad ini akan ditutup. Saat itu adalah akhir dari masa seribu tahun. “Saat ini kita sedang membuka suatu zaman baru, yaitu era saling ketergantungan global, saling keterkaitan kepentingan, kerja sama dan kemitraan yang murni.” kata Kepala Negara. Dalam hal ini, menurut Presiden Soeharto tidak boleh gagal. Hal itu akan menentukan bagaimana anak cucu kita akan hidup. Apakah mereka akan hidup dalam kemiskinan dan ketidakamanan atau dalam kemakmuran, perdamaian dan keselamatan. Negara-negara berkembang, kata  Kepala Negara, berharap agar konperensi ini akan menjadi awal dari perjalanan ke arah kemajuan sosial, keadilan sosial serta perbaikan mutu kehidupan rakyat mereka dan bagi seluruh umat manusia. Gerakan Non Blok (GNB) akan terus menerus berjuang untuk mencapai tingkat pembangunan sosial dan ekonomi yang tinggi, sehingga benar-benar bebas dalam menentukan nasib sendiri.

“Kami yakin bahwa mustahil ada perdamaian dan keamanan dalam negeri, regional dan internasional, jika masyarakat terus dikikis oleh kemiskinan dan sebagian besar penduduk dunia diabaikan hak-haknya.” kata Presiden Soeharto.

Sebagai bangsa yang merdeka, negara -negara berkembang menyadari bahwa masa depannya tergantung kepada dirinya sendiri. Namtm, negara-negara berkembang di Selatan harus bekerja bersama untuk mencapai kemandirian yang lebih besar. Hanya dengan demikian, Selatan dan Utara dapat menjadi mitra yang sederajat dalam mewujudkan tata intemasional baru dan memajukan pembangunan.

Beban Utang

Presiden Soeharto juga mengatakan peringanan beban utang merupakan keharusan dan hal yang mendesak. Sebab, jika masalah ini tidak dapat segera ditanggulangi, krisis utang akan terus menghambat proses pembangunan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kesehatan ekonomi negara-negara berkembang dan seluruh spektrum sosial dan politiknya.

Hal lain yang perlu dilakukan adalah terwujudnya sistem perdagangan yang bebas, terbuka, berdasarkan aturan dan tidak membedakan. Yang juga menonjol ke permukaan sebagai keprihatinan intemasional adalah keamanan pangan. Khususnya di Afrika. Di benua ini terdapat 21 dari 38 negara yang keamanan pangannya rendah. GNB telah menggariskan upaya-upaya untuk meringankan kemiskinan melalui berbagai cara, seperti peningkatan produksi pangan. Bagi negara-negara berkembang yang penduduknya tumbuh dengan cepat, akibat yang ditimbulkan oleh pengangguran sangatlah besar dan amat merugikan masyarakat. “Kami harus menciptakan pola pertumbuhan yang membuka kesempatan kerja yang seluas-luasnya, terutama di pedesaan,” kata Kepala Negara.

Pembicaraan Pertama

Pembukaan KTT Pembangunan Sosial itu dirnulai pukul 09.15 waktu setempat atau pukul 15.15 WIB, terjadi keterlambatan sekitar 15 menit, karena begitu banyaknya kepala negara/kepala pemerintahan yang hadir. Yang hadir 122 pimpinan negara yaitu 72 kepala negara, 6 wakil presiden dan 44 perdana menteri. Pembukaan diawali pidato dari PM Denmark, Nyrup Rasmussen. Ratu Denmark Margarethe tidak menyampaikan pidatonya dan meninggalkan ruang upacara setelah pidato pembukaan oleh Sekjen PBB Boutros-Boutros Gali. Presiden Soeharto tiba di Bella Centre pukul 09.50 waktu setempat. Karena upacara pembukaan terlambat, maka Kepala Negara yang menjadi pembicara pertama baru menyampaikan pidatonya pada pukull 0.20 waktu setempat. Sebelum Presiden Soeharto naik ke atas mimbar, Presiden Chili selaku ketua persiapan KTT menyampaikan pidatonya.

Dari 185 negara anggota PBB sepertiga diantaranya tidak hadir dalam KIT ini. Diantaranya Presiden Boris Yeltsin dari Rusia yang diwakili oleh deputy PM-nya. Juga tidak hadir PM John Major dari Inggris, PM Canada Jean Chretien. Namun Wapres AS, Al Gore, akan menyampaikan pidatonya. Negara-negara yang tidakmengirimkan pirnpinan tertinggi negaranya kebanyakan dari negara-negara kepulauan keci I,negara-negara Timur Tengah, Afrika sub Sahara, beberapa negara bekas Uni Soviet dan Amerika Latin. Dari negara-negara Asia dan Timur Tengah yang tidak mengirimkan wakilnya adalah Brunei Darussalam, Mesir, Iran, Irak, Libya, Oman, Arab Saudi, Syria. Sedangkan Israel, Jordania dan Qatar mengirimkan perwakilan setingkat menteri. Sementara Presiden Yasser Arafat yang semula menyatakan akan hadir, tapi pada saat terakhir menyatakan juga tidak bisahadir. (M-5)

Sumber: SUARA PEMBARUAN  (12/03/1995)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 97-99

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.