PRESIDEN: PEMANFAATAN NUKLIR MEMANG BERISIKO, TAPI JANGAN RAGU
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menegaskan bahwa penggunaan tenaga nuklir sebagai salah satu sumber energi altematif memang mengandung risiko, namun jika dilakukan perencanaan secara cermat maka pemanfaatannya tidak perlu diragukan.
Penegasan tersebut dikemukakan Kepala Negara ketika meresmikan beberapa laboratorium di kawasan Pusat Penelitian llmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong. Sarana yang diresmikan itu antara lain Laboratorium Aero-Gas Dinamika dan Getaran, Laboratorium Metalurgi, Instalasi Produk Elemen Bakar Eksperimental.
Pusat Perangkat Nuklir dan Rekayasa, serta Pusat Pengembangan lnformatika. Presiden mengatakan Indonesia perlu memanfaatkan berbagai sumber energi seperti tenaga air, batu bara, gas alam, tenaga panas bumi. Namun, diingatkan, jika memang belum cukup, maka penggunaan tenaga nuklir harus dipertimbangkan secara sungguh-sungguh. Indonesia telah mempersiapkan pembangunan PLTN yang lokasinya direncanakan di Gunung Muria Jawa Tengah. Pengoperasian PLTN tersebut diharapkan mulai berlangsung awal abad 21.
Ketika menekankan pentingnya pemanfaatan sumber energi altematif, Kepala Negara menyebutkan pada tahun 2015 saja, Pulau Jawa memerlukan tenaga listrik sebanyak 27.000 Megawatt. Jika sumber energi konvensional seperti tenaga air, panas bumi sudah digunakan secara maksimal masih diperlukan tambahan minimal 7000MW.
“Dengan bertambahnya kemampuan bangsa kita dalam menguasai teknologi nuklir, maka kita harapkan kekurangan daya listrik tadi akan dapat dipenuhi dengan menggunakan tenaga nuklir sebagai sumber altematif,” kata Presiden. Kepala Negara menyebutkan penggunaan tenaga nuklir memang mengandung risiko, seperti halnya dengan penggunaan teknologi-teknologi lainnya.
“Namun apabila pengunaan teknologi tadi kita rencanakan secara cermat, khususnya yang menyangkut faktor keamanannya, maka kita tidak perlu lagi dalam menerapkannya,” ujar Presiden dengan tegas. Dalam acara yang dihadiri pula Menkes Adyhatma serta Menmud Perindustrian T. Ariwibowo, Presiden Soeharto membenarkan bahwa pembangunan berbagai sarana dalam ilmu pengetahuan dan teknologi memang mahal.
“Karena itu kita menggunakan dana-dana yang terbatas itu secara terarah, yaitu ditujukan pada pengembangan prasarana dan tenaga ilmiah untuk penanggulangan masalah-masalah pembangunan,” katanya.
Program ilmu pengetahuan dan teknologi yang disusun itu berkaitan langsung dengan masalah-masalah pembangunan bangsa, dengan memberikan prioritas utama pada masalah pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan penyediaan prasarana ekonomi. Sebelumnya Menteri Negara Ristek Prof B.J Habibie melaporkan berbagai sarana penelitian di lingkungan Puspiptek itu dikelola tiga badan penelitian yaitu BPP Teknologi, Batan, serta LIPI.
Habibie menyebutkan pusat produksi radioisotop Batan berfungsi menghasilkan radioisotop dengan aktifitas yang tinggi. Sementara itu Pusat Perangkat Nuklir dan Rekayasa Batan bertugas merawat komponen mekanik dan instrumen reaktor serbaguna “GA Siwabessy”.
Kemudian, laboratorium Aero-Gas Dinamika dan Getaran (LAGG) yang ditangani BPP Teknologi dengan komponen utamanya terowongan angin berkecepatan rendah bertugas menunjang industri dirgantara, serta penelitian aerodinamika kendaraan bermotor dan kapal laut.
Seusai meresmikan beberapa laboratorium serta fasilitas pemeliharaan berbagai peralatan tersebut, Presiden meninjau sarana-saran tersebut.
Sumber : ANTARA(11/12/1989)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 717-718.