PRESIDEN: PENGAITAN PELESTARIAN DAN DAGANG, JANGAN SEPIHAK

PRESIDEN: PENGAITAN PELESTARIAN DAN DAGANG, JANGAN SEPIHAK[1]

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengatakan, Indonesia mendukung dijadikannya masalah lingkungan dalam persyaratan perdagangan internasional, namun pengaitan itu tidak boleh diputuskan secara sepihak.

“Kita mendukung dij adikannya masalah lingkungan dalam persyaratan perdagangan seperti ekolabel. Tetapi, kita mengingatkan persyaratan itu diterapkan setelah dicapai kesepakatan bersama,” kata Presiden di Istana Negara, Senin pada acara Hari Lingkungan Hidup Dunia.

Menurut Kepala Negara, putusan pengaitan itu tidak boleh dilakukan tanpa memperhatikan kemampuan negara-negara yang sedang membangun.

“Apalagi kebijakan itu jangan hanya menjadi dalih untuk menghalangi kemajuan negara -negara yang sedang membangun,” kata Presiden yang pada acara ini menyerahkan penghargaan Kalpataru dan Adipura.

Ketika menyinggung tema Hari Lingkungan Hidup Dunia “Bumi Satu Keluarga Besar”, Kepala Negara menyebutkan penyebab terjadinya masalah lingkungan antara bangsa maju dan berkembang tidaklah sama.

“Bangsa-bangsa maju menghadapi ma salah lingkungan sebagai akibat penggunaan sumber daya alam dan lingkungan yang berlebihan serta gaya hidup boros. Sedangkan bangsa sedang membangun justru menghadapi masalah karena kemiskinan, keterbelakangan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan,” tegas Presiden.

Karena itu, diingatkan, hubungan timpang antara bangsa maju dan berkembang harus diluruskan dan untuk mewujudkan hal itu diperlukan kerja sama antar bangsaguna membangun dunia yang lebih selaras, lebih adil dan lebih merata. Acara ini dihadiri pula lbu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno dan lbu Tuti Sutrisno, Ketua MPRI DPR Wahono, Menko KesraAzwar Anas, mantan Menteri KLH Emil Salim serta sejumlah menteri dan pejabat lainnya.

Kota-kota Bersih

Ketika menyinggung pemberian penghargaan Adipura bagi kota-kota yang bersih, Kepala Negara mengemukakan, Adipura berhasil mendorong masyarakat berbagai kota untuk menciptakan kota mereka menjadi lingkungan yang bersih.

“Dewasa ini makin banyak kota yang berusaha meningkatkan kebersihan dan keasrian lingkungannya. Dilain pihak, makin sedikit kota yang tampak kotor dan tidak asri. Kita perlu melanjutkan kerja keras agar di tahun- tahun mendatang, kota-kota Adipura makin tersebar,” kata Presiden.

Sebelumnya, Menteri Negara Lingkungan Hidup Sarwono Kusuma atmadja melaporkan, ada delapan kota yang meraih Adipura Kencana antara lain Padang, Bukit tinggi, Jambi serta Manado.

Sementara itu, tiga kota metropolitan meraih Penghargaan Adipura yaitu Jakarta Pusat, Surabaya serta Semarang. Kemudian tiga kota besar lainnya mendapat penghargaan ini adalah Bandar Lampung, Surakarta serta Malang.

Khusus mengenai penghargaan Kalpataru, Sarwono menyebutkan, penerima Perintis Lingkungan tahun 1994 adalah Baharudin bin Haji Pabitte dari Donggala, Sulawesi Tengah yang berusaha menyelamatkan Burung Maleo.

Tokoh Perintis Lingkungan yang kedua, juga berasal dari Sulawesi yaitu Jevelin Milka dari Bitung, Suiawesi Tenggara. Wanita sarjana hukum ini memiliki 174 binatang peliharaan yang setiap harinya memerlukan biaya Rp100.000. Binatang-binatang itu secara bertahap dilepaskan ke alam bebas. Seusai menyerahkan penghargaan-penghargaan itu, Kepala Negara yang didampingi Ibu Tien, Wapres dan Ibu Tuti Sutrisno beramah tamah dengan para pemen ang Iomba ini. (T.EU02/PU-08/ 6/06/9414:32/RU4)

Sumber:ANTARA  (06/06/1994)

________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 487-489.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.