PRESIDEN: PENGEMBALIAN KREDIT SAWAH PUSO, BOLER DIUNDUR[1]
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto hari Rabu di Bina Graha rnernutuskan kredit bagi sawah yang puso (rusak berat) akibat kekeringan boleh ditunda pengembaliannya sehingga para petani tidak terlalu berat bebannya. Ketika menjelaskan hasil Sidang Kabinet Terbatas Bidang Ekku, Wasbang, Indag yang dipimpin Kepala Negara dan dihadiri Wapres Try Sutrisno dan para pejabat tinggi lainnya, Menpen Harrnoko rnengatakan kepada pers bahwa areal padi yang mengalami puso sekitar 28.414 ha.
Harmoko mengatakan jumlah areal sawah yang mengalami kekeringan seluruhnya mencapai 113.599 ha di berbagai daerah . Sementara itu, areal palawija yang kekeringan 11.265 ha, seluas 1.484 ha di antaranya puso. Untuk mengatasi masalah kekeringan itu, Kepala Negara memerintahkan para pejabat berbagai departemen dan lembaga nondepartemen untuk secepatnya menyiapkan “hujan buatan.” Kegiatan ini biasanya dilakukan BPP Teknologi. Kepala Negara, kata Menpen, memerintahkan Menteri PU Radinal Moochtar untuk segera menghitung kebutuhan air bagi listrik dan pengairan/irigasi. Hujan buatan biasanya dilakukan di atas bendungan/ waduk untuk mengisi waduk-waduk tersebut.
Selain mengisi waduk melalui kegiatan hujan buatan, pernerintah juga akan melakukan pompanisasi di berbagai daerah serta mendorong petani mengganti bibit padinya dengan palawija.
Moneter
Pada sidang bulanan yang juga dihadiri Kasad Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar yang menggantikan Pangab Jenderal TNl Feisal Tanjung yang sedang mengunjungi RR China, dibahas pula perkembangan di bidang moneter dan keuangan. Harmoko menyebutkan inflasi pada bulan Juni adalah 0,12 persen sehingga untuk tahun anggaran 1994/95 mencapai O,88 persen dan tahun takwim 1994 sebesar 4,59 persen. Menurut Menpen, angka inflasi bulan Juniitu cukup rendah karena turunnya harga berbagai komoditi seperti kelompok makanan dan minuman 4,59 persen dan perumahan yang juga turun 0,33 persen.
Ketika mengomentari perkembangan inflasi itu, Kepala Negara mengatakan, sekalipun cukup rendah, para pejabat harus tetap terus mengendalikannya. Jika kebutuhan konsumen di sebuah daerah terhadap produk tertentu meningkat, maka para pejabat harus segera memenuhinya termasuk memperhatikan masalah angkutannya, demikian instruksi Presiden.
Para peserta sidang juga membahas perkembangan ekspor yang pada bulan April mencapai 3,134 miliar dolar AS dibanding impor 2,319 miliar dolar AS sehingga surplus 815 juta dolar AS. Harmoko menyebutkan ekspor selama empat bulan pertama tahun ini mencapai 11,632 miliar dolar dibanding impor 9,296 miliar dolar AS sehingga surplus 2,336 miliar dolar AS.
Kepala Negara ketika mengomentari laporan perkembangan ekspor itu, mengatakan, karena pada bulan Januari dan Februari ekspor menurun maka pada bulan-bulan berikutnya harus dipacu. Harmoko menyebutkan pula mulai sidang bulan Juli ini, akan dibahas perkembangan pariwisata baik yang menyangkut wisatawan nusantara maupun mancanegara. Target Repelita VI adalah enam hingga 6,5 juta orang wisatawan yang diharapkan menghasilkan devisa enam hingga delapan miliar dolar AS. Pada tahun anggaran 1994-95, ditargetkan wisatawan mancanegara mencapai empat juta orang dibandingkan dengan 3,8 juta orang pada tahun sebelumnya.
Selama periode Januari-Mei telah datang wisatawan asing sebanyak 1,257 juta orang yang menghasilkan devisa 1,47 miliar dolar AS. Tujuan utama wisatawan mancanegara adalah Bali, sedang sasaran utama wisatawan nusantara adalah Jakarta.(T.EU02/EU06 /RB1/6/07/9414:46)
Sumber:ANTARA(06/07/1994)
_______________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 298-299.