PRESIDEN: PENTING KERJASAMA ANTARA BANGSA GUNA MENJAWAB "TANTANGAN PEMBANGUNAN”
Presiden Soeharto menekankan betapa pentingnya kerjasama antara bangsa dan kerjasama internasional guna menjawab tantangan pembangunan umat manusia.
Kepala Negara mengemukakan hal itu pada pembukaan Konferensi Perhimpunan Kerjasama llmu Pengetahuan di Asia ke- VIII di Medan, Kamis pagi.
"Secara sendiri2, bangsa-bangsa yang sedang membangun mungkin akan tetap lemah, namun secara bersama-sama mereka akan merupakan kekuatan besar," kata Presiden.
Presiden berbesar hati melihat perkembangan kegiatan kerjasama perhimpunan ini yang telah banyak melakukan pertukaran informasi mengenai kegiatan dan hasil penelitian dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu contoh majunya kerjasama perhimpunan ini ialah disetujuinya lebih dari 30 proyek kerjasama. Ini merupakan realisasi penting untuk mengembangkan kerjasama tehnik di antara negara-negara yang sedang membangun, kata Kepala Negara.
Ia menambahkan, kerjasama ini dapat ditingkatkan di masa-masa mendatang dan diusahakan agar kerjasama itu dapat terlaksana dengan lebih efektif dan efisien. Namun dengan menentukan dan memusatkan pada program-program kerjasama yang mempunyai nilai strategis, yang relevan dengan prioritas pembangunan nasional dan regional dan benar2 dapat dikerjakan dengan baik. Untuk itu perIu dirumuskan bersama mekanisme kerjasama yang serasi.
Presiden menghargai terpilihnya bidang pangan sebagai bidang kerjasama perhimpunan ini yang baru saja diseminarkan di samping masalah2 lain yang mendesak seperti bidang enerji.
Ia mengingatkan, proyeksi pangan dan energi dunia pada umumnya dan negara2 yang sedang membangun khususnya tidak begitu menggembirakan dalam dasawarsa2 mendatang.
Yang Lebih Mendasa Dan Terpadu
Karena itu, kata Kepala Negara, dalam menangani bidang2 pangan dan energi perIu ada kerjasama internasional yang lebih mendasar dan terpadu, lebih adil dan lebih serasi, baik antara negara2 berkembang sendiri maupun rapat dengan negara2 maju maupun antara negara-negara berkembang sendiri.
Presiden menyambut gembira seminar teknis yang telah membahas berbagai aspek fermentasi dari beberapa bahan pangan tradisional dan prospek pengembangan industri di bidang tersebut, secara nasional maupun regional dikawasan Asia dan Pasifik.
Indonesia, kata Kepala Negara, memang sangat berkepentingan dalam hal ini terutama karena Indonesia secara tradisional telah lama berkecimpung dalam berbagai kegiatan di bidang produksi, pengolahan dan konsumsi bahan pangan yang terfermentasi ini.
la mengingatkan, bagi berbagai daerah atau negara yang masih asing terhadap makanan terfermentasi, perIu memperhatikan pendekatan pengembangannya secara hati2 khususnya yang banyak sangkut pautnya dengan penerimaan dan kebiasaan masyarakat, baik secara sosial maupun ekonomi atau pengaruh2 lain dilihat dari segi kesehatan dan gizi.
Presiden mengatakan, berbagai macam makanan terfementasi di Indonesia walaupun teknologi yang digunakan sederhana, namun secara ilmiah menyangkut taraf yang cukup tinggi serta berkemampuan untuk merobah bahan yang rendah gizinya menjadi bentuk makanan bergizi, murah, aman serta enak rasanya menurut selera setempat.
Pola perobahan tersebut perlu dikaji secara baik terutama terhadap penerapannya bagi penanganan lingkungan, khususnya yang menyangkut limbah pangan dalam rangka peningkatan penyediaan pangan dan perbaikan gizi masyarakat, kata Kepala Negara.
Selalu Mendapat Perhatian Besar
la menegaskan, di Indonesia masalah pangan dan gizi akan selalu mendapat perhatian yang sangat besar, termasuk penanganan masalah kekurangan kalori protein.
Dalam hubungan ini Presiden menghimbau peserta konperensi untuk memberikan perhatian kepada bagaimana cara yang terbaik untuk mengelola dan memanfaatkan jenis makanan terfermentasi agar dapat lebih berperan dalam peningkatan gizi masyarakat.
la mengimbau agar dalam rangka pengembangan industri di bidang makanan terfermentasi diusahakan sedapat mungkin sifat ketradisionalan yang baik dati bahan terfermentasi itu dapat dipertahankan.
Tekhnologi dan jenis bahan pangan tersebut temyata telah berhasil diuji oleh waktu dan generasi. Ia mengharapkan konferensi ini dapat mencapai sasaran dengan sukses.
Presiden menyambut gembira kegiatan2 perhimpunan kerjasama ilmu pengetahuan di Asia dalam rangka meningkatkan kerjasama dan bantuan membantu dalam memanfaatkan tekhnologi yang sesuai dengan kebutuhan2 anggotanya.
Ia mengingatkan, bahwa dalammelaksanakan pembangunan di Indonesia disadari betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk dapat menjawab tan tangan pembangunan secara efektip dan efisien.
Dalam hubungan ini, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu diarahkan pada pengembangan kemampuan nasional yang diperlukan dalam pembangunan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas pembangunan dalam jangka panjang atau pendek, demikian Presiden Soeharto.
Pembukaan Konferensi Perhimpunan Kerjasama Ilmu Pengetahuan di Asia (ASCA) itu dihadiri pula oleh Menlu a.i, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Ristek dan Menteri Muda Urusan Pangan. Pembukaan konferensi itu ditandai dengan pemukulan gendang. Menurut rencana, Presiden dan rombongan tiba kembali di Jakarta, Kamis sore. (DTS)
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (12/02/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 16-18.