PRESIDEN: PERANGI PENYAKIT PERLU KEMITRAAN ANTAR BANGSA

PRESIDEN: PERANGI PENYAKIT PERLU KEMITRAAN ANTAR BANGSA[1]

Nusa Dua, Suara Karya

Presiden Soeharto memperkenalkan konsep-konsep penanganan kesehatan masyarakat di Indonesia yang dirintis sejak 25 tahun lalu, di hadapan peserta Kongres Internasional VII Federasi Dunia Asosiasi Kesehatan Masyarakat yang dihadiri wakil­ wakil dari 55 negara, di Nusa Dua, Bali, Senin kemarin. Bahkan dalam kesempatan tersebut Kepala Negara masih menawarkan untuk membagi pengalaman kepada sesama negara berkembang, yang ingin belajar dari konsep-konsep tersebut.

“Perhatian yang begitu besar dalam bidang kesehatan, temyata ikut mendukung Menurut Presiden, kesehatan, pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sumberdaya manusia sangat erat hubungannya satu dengan yang lain.

Dipaparkan, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang tersebar, sejak awal pembangunan 25 tahun lalu didirikan pusat-pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di seluruh pelosok Indonesia, meski dengan kemampuan yang masih sangat terbatas.

“Untuk memperluas jangkauan dan cakupan klinik-klinik di pedesaan tereebut, semua kekuatan pembangunan yang ada di daerah seperti Gubernur, Bupati, Camat dsb-nya, kami ajak membantu para dokter yang ada. Mereka semua seakan menjadi staf puskesmas,” ucap Presiden.

Presiden menyebutnya puskesmas-puskesmas  itu sebagai klinik-klinik tanpa dinding, karena masyarakat sendiri telah bertindak selaku “staf klinik-klinik” tersebut, dan masyarakat merupakan kader-kader kesehatan yang rajin.

Tanggung Jawab

Dalam sambutannya Kepala Negara juga menegaskan, tanpa  kesehatan dan kualitas sumber daya manusia yang memadai maka pembangunan industri, perdagangan dan pariwisata tidak akan mengalarni pertumbuhan yang layak.

Sementara, semakin maju industri dan perdagangan di suatu negara, maka terasa sekali perlunya penduduk dengan kualitas lebih tinggi, lebih sehat dan lebih menguasai teknologi. Menurut Presiden, apabila kebutuhan akan kualitas penduduk tersebut tidak mampu dipenuhi, maka hampir dipastikan pertumbuhan ekonomi yang memadai untuk mengejar ketinggalan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lain yang lebih maju, akan memakan waktu sangat lama. Itulah sebabnya, kami memikul tanggung jawab yang besar untuk memelihara kesehatan penduduk dengan sungguh-sungguh dan memberi pendidikan yang memadai. Dengan begitu, mereka akan mampu terns berjuang membangun ekonomi bangsa kami. Dan, bisa mewariskan kehidupan yang lebih sejahtera untuk anak cucu kami di kemudian hari,” kata Kepala Negara.

Presiden mengatakan, seperti halnya negara-negara maju lainnya, kemajuan bidang ekonomi di Indonesia telah membawa perubahan pola penyakit. Penyakit infeksi yang biasanya dominan, berubah menjadi penyakit degeneratif. Selain itu, In­donesia juga mendapat tantangan lain yang lebih besar dengan munculnya jenis penyakit baru yang tidak dikenal sebelumnya, seperti HIV/AIDS. Karena itu, kata Kepala Negara, tidak ada jalan lain kecuali harus menggalang kemitraan antar bangsa yang akrab, dan dengan kemitraan itulah dapat disatukan kekuatan dan kemampuan serta tukar-menukar pengalaman agar masing-masing bisa menjaga diri dan memerangi penyakit itu sebaik-baiknya. Tanpa persatuan yang ikhlas, maka dunia yang makin kecil initidak akan bisa memelihara sumber daya manusia yang tangguh untuk melanjutkan pembangunan ekonomi yang memadai.

“Marilah kita galang kemitraan antarbangsa, antar organisasi profesi dan dengan masyarakat pada umumnya untuk secara gotong royong membangun dunia barn yang penuh dengan keadilan dan kesejahteraan yang menyejukkan,” ajak Kepala Negara. Presiden menunjuk keberhasilan Indonesia dalam penanganan kesehatan masyarakat dengan contoh berkurangnya tingkat kematian bayi. Jika tahun 1965 hingga 1970 angka kematian bayi di atas 145 per 1000 kelahiran, turun menjadi 55 per 1000 kelahiran pada tahun 1990-an. Sedangkan tingkat kelahiran yang tahun 1970masih 5,6 anak telah berkurang menjadi di bawah 3pada tahun 1991. Sementara itu, harapan hidup yang semula di bawah 50 tahun, kini mencapai lebih dari 62 tahun.

Solidaritas

Pada bagian lain sambutannya Presiden menegaskan, pembangunan dengan komitmen yang tinggi serta dilakukan bersama masyarakat, mengundang solidaritas nasional yang tinggi. Dengan demikian kesadaran hidup sehat berkembang dengan baik, tingkah laku hidup sehat semakin merata di seluruh pelosok Tanah Air.

“Biarpun kami mempun yaijuml ah dokter yang terbatas, secara bertahap kami menempatkan mereka di seluruh pelosok Tanah Air, di kecamatan dan di desa-desa,” katanya.

Ditambahkan oleh Presiden, sekarang di Indonesia sedang disiapkan desa-desa dengan jarin gan kesehatan yang semakin kuat. Tidak kurang 11.000 tenaga bidan setiap tahun ditempatkan pada pos-pos yang strategis di pedesaan.

“Daerah-daerah terpencil yang biasanya tidak dilayani dokter, sekarang telah ditempatkan tenaga dokter dan bidan serta sarana kesehatan yang semakin memadai,” kata Kepala Negara.

Kongres Federasi Dunia Asosiasi Kesehatan Masyarakat ini berlangsung empat hari, diikuti 600 peserta dari 55 negara. Hadir pada pembukaan tersebut Dr Hiroshi Nakajima, Dirjen WHO, wakil-wakil dari UNDP, UNFPA, UNICEF, WHO, USAID dan organisasi internasional lainnya. Presiden yang didampingi Menkes Sujudi memukul gong menandai pembukaan kongres tersebut, dilanjutkan dengan ramah-tamah dengan sejumlah peserta.

Sumber: SUARA KARYA( 06/12/1994)

__________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 637-639

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.