PRESIDEN: PERHATIKAN KESEJAHTERAAN PETANI
Gresik, Merdeka
Presiden Soeharto minta kepada semua kalangan dan semua pihak yang berkecimpung dalam kegiatan industri rotan untuk memperhatikan dengan sungguhsungguh kesejahteraan petani pengumpul, pekerja dan pengrajin rotan dalam mengembangkan usahanya. Di samping itu memperhatikan dengan sungguh-sungguh upaya untuk memelihara kelestarian hutan pada umumnya dan hutan rotan khususnya.
“Di masa-masa yang akan datang industri rotan mungkin berkembang menjadi industri besar yang juga harus memperhatikan efisiensi dan produktivitas. Akan tetapi kesejahteraan petani pengumpul, pekerja dan pengrajin rotan harus tetap menjadi perhatian utama. Sebab, pada akhirnya, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka itulah yang menjadi tujuan utama,” kata Kepala Negara dalam amanatnya ketika meresmikan 100 pabrik barang jadi rotan dan 124 sentra industri kecil rotan jadi di kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Kamis.
Diingatkan juga, semua pihak yang terkait dengan kegiatan usaha rotan ini untuk menjaga dan memelihara kelestarian hutan, khususnya hutan rotan, karena dengan cara demikian kekayaan alam seperti ini dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa di masa-masa yang akan datang.
Presiden selanjutnya berpesan perlu dijalin kerjasama yang saling menunjang dan saling menguntungkan antara pabrik-pabrik rotan dan eksportir dengan industri kecil dan pengrajin, sehingga industri kecil dan pengrajin rotan terus dapat berkembang dengan mantap.
Sedangkan dalam rangka menembus pasaran ekspor, menurut Kepala Negara, perlu terus diupayakan agar industri rotan dapat meningkatkan mutu barang yang dihasilkan, meningkatkan efisiensi dan produktivitas, sehingga barangjadi rotan dari Indonesia memiliki daya saing yang mantap di luar negeri dan dapat mencapai harga yang baik
Presiden menilai peristiwa peresmian 100 pabrik barang jadi rotan dan 124 sentra industri kecil rotan jadi yang tersebar di daerah-daerah hampir di seluruh wilayah Tanah Air Indonesia ini, merupakan babak baru. Sebab, sebelum ini Indonesia hanya mengekspor rotan mentah, belum diolah sama sekali.
Kalaupun diolah, maka hasil pengolahan itu baru merupakan barang setengah jadi. Dengan kata lain, sebelum ini, ekspor rotan kita hanyalah untuk menyediakan bahan baku bagi industri rotan di luar negeri.
Ke-100 pabrik barang jadi rotan itu investasi seluruhnya bernilai Rp 100,25 milyar dengan kapasitas produksi 95.045,9 ton dan menyerap tenaga kerja sebanyak 35.902 orang. Barang-barang jadi rotan yang dihasilkan ke 100 pabrik tersebut akan memperoleh devisa sebesar 250 juta dollar AS setahun.
Lokasi dari ke-100 pabrik itu tersebar di 12 propinsi, yaitu di Sumatera Utara lima buah, Sumatera Barat empat buah, Sumatera Selatan satu buah,Lampung satu buah, DKI Jakarta sembilan buah, Jawa Barat 37 buah,Jawa Tengah satu buah, Jawa Timur 13 buah, Kalimantan Barat satu buah, Kalimantan Tengah satu buah, Kalimantan Selatan 25 buah dan Sulawesi Selatan dua buah.
Sedangkan 124 sentra industri kecil barang jadi rotan yang diresmikan itu tersebar di 22 propinsi dengan menyerap tenaga kerja 20.351 orang.Ke-124 sentra industri kecil itu telah memasuki program ekspor, dengan nilai diperkirakan kurang lebih 43 persen dari nilai produksi atau 6,2 juta dollar AS setahun.
Selesai meresmikan 100 pabrik dan 124 sentra industri kecil itu, Presiden yang didampingi Ny. Tien Soeharto mengadakan Temu Wicara dengan para pengusaha, pengrajin dan petani pengumpul rotan. Kemudian melepas truk-truk peti kemas barang-barang jadi rotan yang akan diekspor, dilanjutkan dengan peninjauan pameran dan pabrik barang-barang jadi rotan Fendi Mungil.
…
Gresik, Merdeka
Sumber : Merdeka (12/08/1988)
…
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 346-347.