PRESIDEN: PERS HENDAKNYA DAPAT MENJAGA MARTABAT DAN KEWIBAWAAN
Samarinda, Suara Karya
Presiden Soeharto mengharapkan agar pers nasional dapat menjaga martabat, kewibawaan dan kepercayaan yang dilimpahkan masyarakat kepadanya. Pers nasional sekarang ini tidak semata-mata dibangun di atas landasan idealisme, tetapi juga segi-segi kegiatan dunia usaha.
Sebagai suatu usaha, keuntungan dan kerugian komersial masuk menjadi perhitungan pers. Tetapi Kepala Negara mengingatkan, jika pertimbangan pertimbangan komersial mengalahkan idealisme, pers memasuki daerah yang berbahaya, karena akan menjadi pers yang sensasional.
Perkembangan ke arah itu sangat merugikan jalannya pembangunan dan juga merugikan kehidupan pers nasional sendiri. “Karena itu kita semua dan terutama kalangan pers sendiri harus menjaga agar pers nasional berkembang menjadi pers yang sehat, bebas dan bertanggung jawab,” kata Presiden Soeharto ketika membuka Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) XVIII, Senin di Samarinda.
Presiden beserta lbu Tien berkunjung sehari ke Kalimantan Timur selain membuka Kongres PWI juga meresmikan Kilang Elpiji Bontang dan Kilang Elpiji Arun di Bontang.
Presiden menilai, perkembangan pers nasional sekarang tidak berarti negatif, walaupun meminta tanggung jawab yang sangat besar. Pers Nasional di satu pihak mengambil peranan yang dapat memperkuat pembangunan nasional dan di lain pihak menjauhkan diri dari pemberitaan dan ulasan yang melemahkan pembangunan nasional.
“Sikap dasar itu harus jelas, sebab perkembangan pers nasional kita dewasa ini telah mencapai tahap masuknya kehidupan pers ke dalam dunia usaha,” kata Presiden.
Di depan 161 peserta Kongres PWI yang hadir di Gedung Olahraga Samarinda Presiden mengingatkan, tanggungjawab pers terasa bertambah besar karena di tahun yang akan datang kehidupan dan pembangunan bangsa akan memasuki tahap yang penting dan menentukan.
Sementara itu Menteri Penerangan Harmoko dalam sambutannya mengatakan, pers harus mampu menjadi jembatan yang kokoh dan kuat bagi berkembangnya komunikasi yang sehat. Pers kita harus mampu menumbuhkan kualitas, etika dan moral, harus menumbuhkan dinamika, sebab tanpa dinamika, pembangunan itu mustahil. Dan lebih dari itu pers Indonesia harus tetap mengibarkan panji-panji Demokrasi Pancasila.
Kilang Elpiji
Ketika memberi sambutan di Bontang, Presiden mengatakan, Kilang Elpiji Bontang dan Kilang Elpiji Arun merupakan kilang-kilang pertama yang mengelola gas alam cair dan elpiji secara terpadu. Ini merupakan langkah yang penting, sebab cadangan gas alam masih sangat besar. Gas alam itu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, karena merupakan potensi ekspor yang besar dan juga akan menjadi landasan bagi pembangunan industri yang harus dikembangkan.
Kepa la negara mengatakan, pembangunan memerlukan modal dan kekayaan alam. Namun diingatkan, andalan utama pembangunan haruslah kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia pembangunan yang tinggi mutunya, yang mempunyai kemampuan dan tekad untuk membangun.
Pembangunan kilang elpiji Bontang dan Arun mencerminkan kerjasama antara Indonesia sebagai penghasil dan Jepang sebagai pembeli. Kerjasama ini, menurut Kepala Negara, mencerminkan adanya kepentingan bersama dalam semangat bantu membantu.
Sumber : SUARA KARYA (29/11/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 529-530.