PRESIDEN: PERSAHABATAN YANG TULUS IKHLAS MENJADI DASAR DUNIA YANG DAMAI ABADI
"Kami tidak ingin membangun persahabatan yang hanya lahir karena desakan kebutuhan-kebutuhan jangka pendek," demikian pidato Presiden Soeharto pada jamuan santap malam kenegaraan di Istana Negara, Sabtu malam.
Jamuan santap malam itu yang dihadiri pejabat-pejabat Jepang, anggota rombongan Perdana Menteri Jepang dan para menteri Kabinet Pembangunan serta kepala-kepala perwakilan asing di Jakarta, diselenggarakan guna menghormat Perdana Menteri Suzuki dan Nyonya yang tiba di Jakarta Sabtu siang.
Presiden mengatakan, bangsa Indonesia, dan "saya yakin juga bangsa Jepang menempatkan persahabatan sebagai salah satu inilah hidup yang tinggi, yang tujuan akhirnya ingin membangun dunia yang penuh saling percaya dan bersahabat antar semua bangsa, yang penuh suasana kerjasama dan bantu-membantu, damai dan bebas dari segala bentuk penindasan baik politik, ideologi, ekonomi maupun kebudayaan".
Presiden mengatakan, persahabatan yang tulus dan ikhlaslah, persahabatan yang dilahirkan oleh kesadaran untuk menjamin kebahagiaan dan keselamatan selmuh umat manusialah yang dapat menjadi dasar dunia yang damai abadi.
"Persahabatan yang demikianlah yang hendaknya menjadi dasar bagi tata hubungan baru antara bangsa. Lebih-lebih dalam keadaan eratnya jalin-menjalin hubungan seperti yang dirasakan dewasa ini yang belum pernah kita alami dalam sejarah umat manusia".
Agar Menahan Diri
Menyinggung tentang keadaan dunia dewasaini yang mengalami cobaan-cobaan berat, seperti di Asia, Kampuchea, Afghanistan, perang Iran-Irak, kemerdekaan Palestina, Presiden mengatakan bahwa Indonesia yang berpolitik luar negeri bebas aktif menyerukan kepada semua pihak agar menahan diri supaya keadaan tidak bertambah buruk.
Semua negara agar mengembangkan sikap saling hormat-menghormati kedaulatan masing2 dan tidak ikut mencampuri urusan dalam negeri pihak lain, sebaliknya mengembangkan kerjasama dan bantu membantu.
Namun, kata Kepala Negara, betapapun keadaan keamanan dunia terasa mencemaskan, tidak boleh lengah terhadap tantangan lain-lain yang tidak kalah besarnya. Yakni, pembangunan ekonomi dunia ke arah tata hubungan yang lebih adil dan usaha2 nyata untuk mercepercepat pembangunan bangsa2 yang sedang berkembang, kata Presiden.
Ia menegaskan, tata ekonomi dunia memang harus diperbaiki, karena krisis moneter dan ekonomi dunia yang berkembang dalam dasawarsa lalu sampai sekarang belum teratasi secara memuaskan.
Semakin Berat
Presiden mengingatkan, keadaan ekonomi dunia yang serba tidak menentukan yang makin memberatkan negara2 yang membangun, jelas tidak dapat diatasi cara tambal sulam.
Satu2nya jalan ialah membangun tata ekonomi baru yang menjamin keadilan dunia dan kemajuan bersama yang memungkinkan negara2 berkembang berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya guna meningkatkan kemakmuran rakyat dan mengejar ketinggalannya. Karena itu, kata Presiden, suatu kerjasama internasional besar2an memang harus digerakkan.
Dalam hubungan ini, Indonesia melihat Jepang yang kini berdiri di deretan negara2 termaju di dunia, memiliki kesempatan dan kemampuan untuk memainkan peranan yang besar dalam memperbaharui tata hubungan ekonomi dan politik dunia ke arab yang lebih menjamin perdamaian, keadilan dan kemajuan bangsa.
Presiden mengingatkan, keharusan pembangunan tata ekonomi dunia baru bukan semata2 untuk kepentingan negara berkembang tetapi juga untuk kepentingan negara maju.
Dalam hubungan kunjungan perdana menteri Jepang itu, Presiden mengatakan bahwa kedua negara perlu saling tukar pendapat sehingga dapat menemukan jawaban bersama dalam menghadapi berbagai tantangan2.
Presiden menilai kunjungan PM Suzuki ini mempunyai arti penting dalam rangka tukar pikiran dan diharapkan dengan kunjungan ini akan dapat membantu PM Suzuki dalam menentukan orientasi baru bagi Jepang.
Presiden pada kesempatan itu menegaskan kembali bahwa kerjasama dan bantuan luar negeri dalam menyertai pembangunan di Indonesia tetap mempunyai arti penting.
Saling Bantu
Presiden mengatakan, dasar dan tujuan utama bagi kedua bangsa dan negara bukanlah perhitungan untung rugi jangka pendek, melainkan bagaimana kedua negara melalui hubungan ekonomi dan kerjasama dapat saling membantu demi kemajuan masing2 dan demi sumbangan kepada perdamaian dunia yang lebih kekal serta saling pengertian antara bangsa yang lebih tulus.
Kepala Negara menandaskan sebelum mengakhiri pidatonya itu, bahwa seiring dengan hubungan ekonomi yang makin meningkat perlu pula dikembangkan hubungan kebudayaan dan hubungan antar manusia yang lebih erat antara kedua bangsa dan negara.
Dengan memahami perbedaan masing2 yang tidak terelakkan karena warisan sejarah dan kebudayaan dan juga karena prioritas nasional dan masalah masing2, kedua negara perlu saling menghormati tujuan2 nasional dan aspirasi2 nasional masing2.
"Dengan semangat ini, saya yakin kedua negara kita akan dapat ug saling memberi manfaat sebagai partner yang sederajat," demikian Presiden Soeharto.
Ketika mengakhiri pidatonya itu, Presiden mengajak PM Suzuki dan hadirin mengangkat gelas dan minum untuk kesehatan Kaisar Jepang, PM Suzuki dan kesejahteraan kedua bangsa. (DTS)
…
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (11/01/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 5-7.