PRESIDEN: PERSATUAN DAN KESATUAN TETAP KEKUATAN UTAMA

PRESIDEN: PERSATUAN DAN KESATUAN TETAP KEKUATAN UTAMA[1]

Bandung, Kompas

Pengalaman selama ini menunjukkan, persatuan dan kesatuan merupakan kekuatan utama dalam menghadapi tantangan dan hambatan dalam perjuangan kemerdekaan maupun dalam pembangunan. Karena itu, meski telah menuju era tinggallandas, bangsa Indonesia, harus terus meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan, yang bisa diperkuat dengan sarana komunikasi.

“Karena itu, telekomunikasi yang andal mutlak perlu bagi pembangunan bangsa kita yang berada dalam era tinggallandas,” ujar Presiden saat meresmikan berbagai proyek telekomunikasi yang dipusatkan di Sekolah Tinggi Telekomunikasi (STT) di Dayeuhkolot, Bandung, Senin (11/4).

Hadir dalam acara itu Nyonya Tien Soeharto, Menparpostel Joop Ave, Mendikbud Wardiman Djojonegoro, Menristek BJ Habibie, Pangab Jenderal TNI Faisal Tanjung, mantan Menparpostel Achmad Tahir, Kepala Badan Pelaksana Ketua Gerakan Nonblok (BPK GNB) Nana Sutresna, Gubernur Jabar R. Nuriana, serta beberapa duta besar negara sahabat.

Presiden juga meresmikan kantor pusat FF Inti (Industri Telekomunikasi Indo­nesia) dan sarana telekomunikasi hasil pembangunan tahun 1993, seperti, sentral telepon otomat terbesar yang meliputi 175 lokasi dengan kapasitas 817.842 sst, transmisi terestrial gelombang mikro digital Trans Sumatera dan Jawa-Bali di 110 lokasi dengan kapasitas 29.840 kana!, proyek sentral telepon otomat kecil (STK)- 1000 di lima lokasi dengan kapasitas 2.500 sst, telekomunikasi pedesaan (rural are) di seluruh Tanah Air yang tersebar di 315 lokasi dengan kapasitas 4.608 sst.

Selain itu, proyek Pusat Pengendalian Jaringan Telekomunikasi Nasional (Inte­grated Management System/IMS) di enam lokasi dan proyek jar ingan khusus Pelanggan perusahaan (coorporate customer network/ccn) di jakarta dengan kapasitas 13.500 sst. Joop ave mengatakan, ccn terutama diberikan pada pelanggan yang mampu menghasilkan Rp 750 juta per bulan.

Usai meresmikan, presiden menyerahkan bantuan beasiswa kepada 1.700 siswa yang secara simbolis diterima oleh siswa STT Telkom dari sulsel,bantuan kios untuk delapan desa idt  dan satu desa pra sejahtera, dan menyerahkan bantuan laboratoriumtelkom. Presiden juga berdialog dengan dua mahasiswa sudan yang sedang memperdalam ilmu telekomunikasi di bandung dalam rangka kerja sama selatan-selatan. Sebelumnya, kepala negara mengadakan pembicaraan telepon dengan madhani, kepaladesa banyu biru, kecamatan labuhan, pandeglang, jabar yang masih masuk kategori  desa pra sejahtera.

“Hallo, apakah suara saya diterima dengan baik?” sapa Kepala Negeri melalui telepon. “Selamat pagi, Pak. Bisa kami terima dengan baik sekali, Pak.” Balas Kepala Desa Banyu Biru.

“Ini Desa Banyu Biru, berapa warganya?”

“1.783, Pak.”

“Ada berapa kepala keluarga?”

“485 kepala keluarga.”

“Yang sudah masuk kategori sejahtera berapa?”

“225 kk, sedang yang lainnya 990 kk masuk prasejahtera.”

“Lho, masih banyak yang prasejahtera. Bagaimana keadaan dan pendapatannya?” Tanya Presiden lebih lanjut.

“Sebagian besar petani.”

“Sudah siap masuk Pelita VI?”

“Siap, Pak.”

“LKMD-nya menyiapkan atau diperintahkan Bupati?”

“Disiapkan, Pak. LKMD dan masyarakat menyiapkan, Pak, dan diarahkan Bupati.”

Presiden menanyakan kendala yang dihadapi desa yang 85 persen warganya petani, dan sebagian besar kaum ibunya bergerak di bidang industri emping, yang langsung dijawab dengan kesulitan modal. Terhadap pernyataan itu, Presiden menyarankan, untuk mencari Bapak Angkat. “Nanti dicarikan Bapak Angkat dari BUMN yang dekat di sini. Saya kira Telkom bisa berikan.”

Melalui Kades Banyu Biru, Presiden juga menyarankan agar menggunakan dana IDT Sebaik-baiknya. Diingatkan, dana tersebut merupakan modal revolving yang berati harus dikembalikan lagi, bukannya diberikan. “Karena itu jangan sampai ada yang bocor, kata Kepala Negara memperingatkan.

Tahap Kritis

Presiden kembali menekankan pentingnya asas persatuan dan kesatuan tersebut, terutama karena era tinggal andas juga merupakan tahap kritis dalam pembangunan. Meskipun diakui, tahap itu mengandung peluang pembangunan yang tidak kecil. “Kita menyadari sedalam-dalamnya bahwa disamping merupakan tahap pembangunan yang mengandung pejuang tidak keci, era tinggal andas juga merupakan tahap kritis dalam proses pembangunan.” Sejarah pembangunan bangsa menjunjukkan, keberhasilan suatu bangsa meampaui tahap kritis ini akan berhasil menjadi bangsa maju dan makmur. Sebaliknya, bila tidaj berhasil memecahkan masalah dalam masa kritis tersebut, suatu bangsa akan mengalami kemunduran. Untuk membangkitkan kembai akan memerlukan waktu cukup lama.

Karena itu, Kepala Negara menekankan, perlunya mengerahkan segala daya dan upaya untuk meningkatkan pembangunan dalam era tinggal landas tersebut. Upaya ini harus diimbangi pula dengan tetap meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa. Presiden mengatakan, komunikasi yang dapat diandalkan merupakan salah satu cara meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan.

“Karena itu telekomunikasi yang handal mutlak perlu bagi pembangunan bangsa kita yang berada dalam awal era tinggal landas,” tegas Presiden. Telekomunikasi menjadi penting karena merupakan sarana cepat komunikasi masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan sarana komunikasi yang baik. Hanya dengan sarana komunikasi yang baik, orang dapat dengan mudah saling bertukar informasi yang akan sangat membantu pembangunan ekonomi. GBHN 1993 menggariskan ekonomi sebagai penggerak utama pembangunan di era tinggal landas.

Ditekankan, seluruh proyek ini mutlak perlu untuk melanjutkan pembangunan telekomunikasi, karena, mencakup peningkatakan pelayanan masyarakat, penyediaan sumber daya manusia yang proporsional, dan industri teekomunikasi. Diharapkan, pembangunan proyek ini bisa memperluas dan meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Kedua aspek itu, kata Kepala Negara, merupakan tolak ukur keberhasilan pembangunan telekomunikasi.

Disadari, pembangunan itu sendiri memerlukan dana cukup besar. Untuk ini, Presiden membuka peluang bagi swasta untuk ikut serta dalam pembangunan sarana telekomunikasi. Langkah ini terutama untuk memperluas jangkauan peayanan masyarakat dalam harga wajar.

“Kita besar hati, karena industri telekomunikasi telah mengalami kemajuan pesat. Kita berharap ditahun-tahun mendatang, industri telekomunikasi Indonesia meningkatkan produksinya, sehingga dapat menunjang rencana pembangunan lima juta satuan sambungan telepon,” kata Presiden.

Industri telekomunikasi ,lanjut Presiden, harus mampu meningkatkan efisiensi, produktivitas ,kemampuan manajerial, dan kualitas sumber daya manusia, dalam rangka mencapai kemandirian. Untuk itu perlu pula meningkatkan koordinasi dan kesatuan gerak di antara semua pihak terkait dan memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.

Rp 2.014 Trilyun

Menparpostel JoopAve mengatakan, seluruh proyekitu bernilai sekitar Rp 2.014 trilyun .Dengan perincian, proyek sarana telekomunikasi hasil pembangunan tahun terakhir Repelita V sebesar Rp 1.04 trilyun. gedung dan sarana STI Telkom Rp 48,7 milyar dan gedung kantor pusat PT Inti sebesar Rp 18,6milyar.

Menurut menteri, sarana dari kapasitas telekomunikasi di Indonesia meningkat. Repelita I, kata JoopAve, Indonesia hanya memiliki 207.378 sst. Akhir Repelita V, sarana itu telah menjadi sekitar 3 juta sst. Bahkan selama Repelita V, PT Inti telah meningkatkan kapasitas produksinya dan 150.000 sst menjadi 400.000 sst per tahun. Sedang yang telah dipasarkan mencapai 1.8 juta sst atau 78 persen dari total pembangunan telekomunikasi sebesar 2,3 juta sst.

Awal Repelita VI. Ur .jutnya, PT Inti akan meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 700.000 sst per tahun dengan menggunakan sistem teknologi pemasangan komponen pada permukaan (service mounting device). Dengan begitu, PT ini akan mampu mendukung pembangunan limajuta sst. Khusus kepada para wakil dan negara donor, JoopAve secara berkelakar mengingatkan.”To day, we are your students. Per­haps tommorrow your competitives. (Sekarang kami murid Anda. Tapi siapa tahu, esok kami menjadi pesaing Anda).”

Sumber :KOMPAS (12/04/1994)

 ________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 729-732.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.