PRESIDEN: POSISI IRAK JADI KUAT JIKA TARIK MUNDUR PASUKANNYA

PRESIDEN: POSISI IRAK JADI KUAT JIKA TARIK MUNDUR PASUKANNYA

 

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengatakan, jika Irak menarik mundur pasukannya dari Kuwait sesuai dengan Resolusi DK-PBB maka posisinya akan semakin kuat untuk menuntut penyelesaian masalah Palestina serta berbagai masalah lainnya di Timur Tengah.

Pendapat Kepala Negara yang disampaikan minggu lalu ketika mengadakan pembicaraan dengan Dubes Irak untuk Indonesia Zaki Abdulhamid Al-Habba dijelaskan Mensesneg Moerdiono kepada pers di Istana Merdeka, Selasa.

Dalam pertemuan ini, Moerdiono mengurnumkan penundaan kunjungan Perdana Menteri Republik Ceko-Slovakia Marian Calva ke Indonesia yang seharusnya berlangsung tanggal 16-18 Januari. Penundaan itu dilakukan akibat konflik di Lithuania, Uni Sovyet.

Presiden Soeharto meminta Dubes Irak untuk menemuinya, guna mengetahui pandangan pemerintahan Presiden Saddam Hussein tentang penyelesaian krisis ini serta menyampaikan pendapat Indonesia terhadap masalah itu.

Pasukan Irak pada tanggal 2 Agustus tahun 1990 menyerbu Kuwait dan sampai sekarang masih terus menduduki negara itu, Dewan Keamanan PBB kemudian menetapkan batas waktu 15 Januari bagi Irak untuk menarik mundur pasukannya.

“Irak sebaiknya patuh terhadap Resolusi DK-PBB itu. Sesudah itu masalah­masalah lain termasuk pandangan Irak mengenai penyelesaian masalah Palestina bisa dibicarakan melalui cara-cara damai. Presiden melihat apabila Irak mundur dari Kuwait maka kelihatannya posisi Irak dalam penyelesaian damai lebih kuat,” katanya mengutip Presiden.

Alasan Kepala Negara yang disampaikan kepada Dubes Irak itu, karena negara itu membuktikan kepatuhannya terhadap pelaksanaan Resolusi DK-PBB, sehingga mereka bisa menuntut penyelesaian masalah Palestina.

“Irak bisa mengatakan, karena telah patuh kepada Resolusi DK-PBB mengapa masalah Palestina tidak bisa diselesaikan,” kata Moerdiono ketika mengutip penjelasan Kepala Negara kepada Dubes Irak.

Dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto yang berlangsung dua kali itu, Dubes Zaki Abdulhamid Al-Habba mengatakan, Indonesia bisa mengirimkan peninjau.

Ketika ditanya wartawan langkah apa yang akan ditempuh Indonesia jika Irak tetap menolak menarik mundur pasukannya yang mengakibatkan terjadinya perang, Mensesneg mengatakan, pemerintah telah menganalisis berbagai kemungkinan termasuk pecahnya perang serta dampak-dampaknya.

“Apabila sampai terjadi perang, kita mengharapkan bisa menekan semaksimal mungkin akibat-akibatnya,” kata Moerdiono. Dalam kesempatan itu, Moerdiono juga mengatakan pemerintah telah mempertimbangkan pengaruh perang di Teluk terhadap kunjungan Presiden Soeharto ke India yang dijadwalkan berlangsung 25-27 Januari.

Presiden diundang ke negeri itu menghadiri upacara peringatan hari kemerdekaan pada 26 Januari mendatang.

 

 

Sumber : ANTARA (15/01/1991)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 7-8.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.