PRESIDEN: PRAKARSA DAN KREATIVITAS MODAL UTAMA KELANGSUNGAN HIDUP[1]
Jakarta, Suara Karya
Presiden Soeharto mengatakan, dalam dunia yang makin saling tergantung dan berubah cepat, di negara nasional tidak akan ada tempat lagi bagi suatu tatanan pemerintahan yang bersifat sentralistik, yang menyerahkan seluruh keputusan kepada pemerintah pusat. Hal itu bukan saja mustahil dilakukan dalam kondisi perubahan serba cepat tetapi juga menghambat tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan prakarsa masyarakat.
Prakarsa dan kreativitas masyarakat justru menjadi modal utama untuk dapat berlangsung hidup dalam dunia yang amat dinarnis. Di lain pihak, tambah Presiden saat menerima peserta Kursus Singkat Angkatan (KSA) V Lemhanas di Bina Graha, Jakarta, Selasa, juga tidak mungkin menyerahkan seluruh kegiatan kepada dinamika masyarakat itu sendiri.
Menurut Presiden, masalah mendasar yang timbul dalam era baru dan memerlukan pemikiran yang sungguh-sungguh adalah merumuskan kembali peranan negara nasional dalam tatanan global. Negara-negara nasional jelas akan selalu ada, sebagai lembaga yang tumbuh dan berkembang dari sejarah perjuangan suatu bangsa dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam negara nasional, suatu bangsa yang terdiri demikian banyak golongan dapat menyatukan seluruh potensi dan kekuatannya untuk menghadapi tantangan serta peluang yang terbuka. Dalam negara nasional itu pula terdapat kadar solidaritas tertinggi yang dapat dikembangkan umat manusia dalam mewujudkan cita-citanya. Karena itu, kata Presiden, tatanan global akan tetap terdiri dari negara-negara nasional ini.
Tatanan Kebangsaan
Didirikannya negara dan dibentuknya pemerintahan, dijelaskan Presiden, untuk menumbuhkan dan mengoperasionalkan kebersamaan sesama bangsa Indonesia. Pembukaan UUD 45 memberi amanat bahwa pemerintah mengemban kewajiban konstitusional untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Keseluruhannya itu berlangstmg dalam tatanan kenegaraan yang berkedaulatan rakyat yang berdasar atas Pancasila dan UUD 45. Bagaimana mewujudkan tatanan kebangsaan kita dalam dunia yang makin terbuka itulah yang menurut Presiden merupakan tantangan yang kita hadapi. Dewasa ini bangsa Indonesia berada dalam lingkungan strategis baru. Dunia terus bergerak ke arah tatanan baru, bukan hanya pada tataran pemerintahan tetapi juga meliputi tataran kewilayahan dan masyarakat. Perubahan itu antara lain berasal dari bertambah matangnya wawasan para negarawan, politisi dan budayawan, kemajuan umat manusia dalam iptek dan bertambah eratnya hubungan sosial antar bangsa. Pada tataran pemerintahan, makin banyak badan-badan yang bersifat multilateral, yang dibangun untuk melayani kepentingan bersama. Akibatnya, setiap pemerintah harus mengadakan rangkaian penyesuaian untuk memungkinkan berlangsungnya kerja sama antar negara.
Pada tataran kewilayahan, makin banyak dikembangkan kerja sama ekonomi dan sosial di daerah perbatasan. Perbatasan tidak dipandang sebagai suatu garis yang memisahkan dua negara secara mutlak, tetapi lebih sebagai pembeda serta perlambang sejarah, identitas dan wilayah kedaulatan negara-negara yang bertetangga. Di daerah perbatasan dapat dibangun proyek bersama yang akan mempererat persahabatan antara negara yang bersangkutan. Pada tataran kemasyarakatan, baik secara fisik maupun melalui hubungan infomasi, umat manusia dewasa ini telah mulai berada dalam suasana paguyuban besar kemanusiaan. Mereka bukan saja bisa saling mengunjungi dengan mudah tetapi juga bisa saling berkomunikasi dengan cepat. Seperti dilaporkan Gubernur Lemhanas Letjen TNI Moetojib, KSA V diikuti 100 orang, terdiri jajaran ABRI (53 orang), departemen (19), nondepartemen (18) dan organisasi/parpol ( 10). Kursus berlangsung 5 bulan, dari 13 Februari dan akan berakhir 18 Juli mendatang. Selain mengikuti kegiatan pendidikan, peserta KSA dilibatkan dalam tugas pengkajian Lemhanas, di antaranya melaksanakan seminar “Strategi Perekonomian Indonesia Menghadapi Tahun 2020”.
Sumber: SUARAKARYA(l 2/07/1995)
_________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 238-239.