PRESIDEN : PUSAT TAK HANYA KERUK KEKAYAAN ACEH[1]
Banda Aceh, Media Indonesia
Presiden Soeharto Kamis menegaskan, pemerintah pusat sama sekali tidak bermaksud hanya mengeruk kekayaan dari Aceh dan menolak anggapan bahwa daerah ini ditinggalkan dan dianaktirikan oleh pemerintah.
“Sebenarnya hal itu tidak benar, tetapi memang kemampuan negara untuk menjangkau semua pelosok daerah pada waktu itu memang belum ada,” ujar Kepala Negara dalam temu wicara yang diikuti oleh 40 wakil berbagai kalangan masyarakat Aceh di desa Lamgugup, BandaAceh.
Sebelum temu wicara itu Presiden meresmikan berbagai proyek pembangunan yang dibangun sembilan departemen senilai Rp 270 miliar, antara lain sembilan unit PLTD, proyek listrik masuk desa, proyek pengendali banjir Krueng Aceh dan bendung irigasi Beuracan.
Kepala Negara menjelaskan kendati Iajarang berkunjung keAceh, bukan berarti pemerintah tidak mengutamakan kepentingan rakyat Aceh atau menganaktirikann Aceh.
Pemerintah, ungkap Presiden, memang mengutamakan pembangunan kilang LNG
dan pabrik pupuk di Aceh Utara, karena tanpa pembangunan proyek yang menghasilkan devisa besar itu pemerintah tidak akan mampu membangun seperti sekarang ini.
Kepala Negara bersyukur karena tahapan pembangunan dan proyek-proyek itu juga mencakup propinsi Aceh, sehingga seperti jalan di bagian timur dan barat propinsi itu kini sudah mulus .
“Rakit penyeberangan pun sudah terhapus yang berarti transportasijauh lebih lancar.”
Dalam sambutan ketika meresmikan sejumlah proyek Presiden mengatakan salah satu prinsip pembangunan yang dianut dan harus terus dipegang teguh adalah pembangunan berpangkal tolak dari manusia. Karena itu, dalam pembangunan jangka panjang tahap kedua nanti peningkatan kualitas manusia Indonesia harus menjadi perhatian yang utama.
Selain itu, tandas Presiden , diperlukan kesadaran untuk meningkatkan disiplin sebab tanpa disiplin masyarakat tidak akan menikmati ketertiban dan ketentraman yang merupakan syarat mutlak bagi pembangunan. Untuk itu, Kepala Negara meminta agar upaya peningkatan kesadaran hidup berdisiplin benar-benar diperhatikan.
“Karena keberhasilan pembangunan sebagian besar ditentukan oleh manusia pelaksanaannya. “
Pada kesempatan itu, Presiden juga menghadiahkan 10.000 kaset berisi rekaman lagu-lagu perjuangan untuk semua pesantren di Aceh sebagai kenang-kenangan. Secara simbolis kaset itu diserahkan kepada dua santri masing-masing dari Pesantren Darussalam dan Istiqamatuddin.
Ny. Tien Soeharto selaku Ketua Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGK) menyerahkan bantuan sebesar Rp 58 juta bagi korban bencana alam gelombang pasang yang terjadi sejak 11 Mei di Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat.
Akibat bencana alam itu sedikitnya 335 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal karena rumah mereka yang terletak di tepi pantai Samudera Indonesia ditelan gelombang pasang. 3.750 jiwa terpaksa harus dipindahkan ke lokasi lain. (Rid)
Sumber: MEDIA INDONESIA (29/05/1992)
___________________________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 559-560.