PRESIDEN RESMIKAN 62 PROYEK INDUSTRI DI NTB KERAWANAN PANGAN PANGKAL KETIDAK STABILAN SOSIAL[1]
Sumbawa Besar, Pelita
Presiden Soeharto mengingatkan, kerawanan pangan dapat menjadi awal dari kesulitan ekonomi serta pangkal dari ketidak stabilan sosial. Sebaliknya, meningkatnya produksi pangan akan meningkatkan mutu gizi akan memperbesar pendapatan dan taraf hidup jutaan petani beserta keluarganya.
Hal itu dikatakan Kepala Negara ketika meresmikan Bendungan Mamak di Desa Kecamatan Lape Lopok, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (14/4). Ikut menyertai Presiden dalam kesempatan Itu adalah Menko Ekuin/Wasbang Radius Prawiro, Men-PU a.i Siswono Yudohu sodo, Mentran s Soegiarto dan Menrnud Sekkab Saadilah Mursjid dan Gubernur NTB Warkito.
Karena itu, kata Presiden, sejak mulai membangun hampir dua setengah dasawarsa lalu Pemerintah memberikan perhatian utama terhadap sektor pertanian, khususnya pertanian tanaman pangan, dan kemajuan pembangunan dalam sektor usaha tersebut pada akhirnya akan mendorong perkembangan ekonomi pada umurnnya.
Dalam rangka pembangunan sektor usaha pertanian itu, waduk dan bendungan beserta saluran irigasi merupakan sarana yang mutlak diperlukan, sehingga Pemerintah terus berusaha membangun bendungan dan Waduk beserta saluran “irigasinya.
Pemerintah juga membangun pabrik-pabrik pupuk dan pestisida yang merupakan sarana produk si pertanian yang sangat penting serta menyediakan kredit dan bibit unggul membangun petak-petak percontohan dan kegiatan-kegiatan lain yang bertujuan meningkatkan kemampuan petani ini dalam menjalankan usaha taninya.
Pada pihak lain para petani sendiri ternyata menanggapi dengan kegairahan yang tinggi. Mereka ikut serta secara aktif dalam kegiatan KUD ke lompok tani dan lembaga-lembaga lain sebagai wadah bersama dalam meningkatkan produk si pertanian.
Dikatakan, pembangunan pertanian itu telah memberikan hasil yang membesarkan hati karena terbukti bahwa produksi pangan secara nasional terus meningkat.
“Sejak beberapa tahun yang lalu kita telah berswasembada beras dan terus mempertahankannya, walaupun jumlah penduduk dan kebutuhan beras kita harus bertambah besar, ” kata Presiden.
Keberhasilan di NTB
Kepala Negara mengemukakan, keberhasilan-keberhasilan pembangunan telah terjadi secara hampir merata di seluruh tanah air, termasuk di NTB:
Sejak ratusan tahun lalu sebagian wilayah NTB merupakan daerah rawan pangan, antara lain disebabkan oleh gagalnya panen, pendeknya kurun waktu curah hujan, kebiasaan mengolah tanah yang kurang tepat dan belum dikuasainya teknologi bertanam padi gogo rancah.
Namun, sejak dilaksanakannya Operasi Tekad Makmur yang inti kegiatannya berupa pelaksanaan intensifikasi padi gogo rancah lebih dari sepuluh tahun lalu, daerah ini telah berhasil menjadi daerah yang berswasembada beras, bahkan kini telah menjadi salah satu daerah penyedia beras untuk stok nasional.
Rakyat NTB, menurut Presiden, telah mengubah nasibnya sendiri, karena telah mampu mengubah daerah miskin yang kekurangan pangan menjadi daerah yang mampu membantu kebutuhan beras daerah-daerah lain di tanah air. Dengan selesainya pembangunan Bendungan Mamak, Presiden mengharapkan daerah NTB pada masa mendatang akan maju lebih pesat lagi.
Bendungan Marnak yang diresmikan Presiden merupakan bendungan terbesar di NTB, dan upacara peresrnian proyek tersebut ditandai dengan penekanan tombol sirene dan penandatanganan prasasti.
Peresmian bendungan tersebut, sekaligus sebagai pertanda diresmikannya 62 proyek di NTB yang menelan biaya Rp. l00,22 miliar.
Menurut keterangan, sumber dana bagi pembangunan proyek-proyek tersebut, antara lain dari APBN. Bantuan Luar Negeri Banpres, Proyek Bangun Nusa (NTASP), PMA, PMDN dan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP).
Pembangunan Waduk Mamak yang marnpu mengairi sawah seluas 5.200 hektar itu, menghabiskan biaya paling besar yaitu Rp 50,95 miliar. Proyek irigasi itu juga mencakup pembangkit listrik mikro hidro dengan kapasitas 0,5 Mega Watt (MW), pencetakan sawah baru seluas 529 ha, 200 rumah untuk transmigran lokal yang berasal dari kabupaten Lombok Tengah (eks Waduk Pengga), serta sebuah rumah untuk masing-masing Kepala Keluarga (KK).
Setiap KK juga memperoleh areal sawah seluas 1,75 Ha berlokasi di sekitar Waduk Mamak, serta tanah pekarangan 0,25 ha, guna meningkatkan pendapatan dan derajat hidup mereka di pemukiman baru itu.
Kepala Negara dalam kesempatan itu juga menyerahkan bantuan 5.801 ekor sapi bibit bernilai Rp 1,19 miliar untuk 1.901 petani/peternak di daerah ini, ditandai penyerahan sertifikat bibit sapi kepada seorang petani.
Selain itu, Kepala Negara menyerahkan sertifikat tanah/sawah sebanyak 713 persil kepada tiga petani mewakili teman-temannya, serta menyerahkan 63 sertifikat KUD Mandiri se-NTB yang diterimanya secara simboliskepada dua orang pengurus KUD mandiri.
Presiden Soeharto didampingi Gubernur NTB Warsito juga menaburkan 500.000 ekor benih ikan ke dalarn Waduk Marnak. Seusai penebaran benih ikan, Presiden melakukan temu wicara dengan para nelayan, petani tanarnan pangan, petani ikan, petani tenak, pengurus anggota KUD, transmigran, pemuka masyarakat dan alim ulama.
Hutan Tanaman Industri
Proyek yang diresmikan Presiden Soeharto itu di antaranya adalah penanaman Rutan Tanaman Industri (HTI) seluas 1.000 ha di Kabupaten Sumbawa dengan dana Rp 1,35 miliar, penebaran 10.000 bibit jambu mete bernilai Rp 42 juta untuk penghijauan di sekitar Waduk: Mamak.
Proyek lainnya mencakup peningkatan jalan di Pulau Lombok dan Sumbawa sepanjang 255,30 km, pemeliharaan jalan 17, 10 km dan penggantian jembatan di Sumbawa sepanjang 70 meter dengan biaya keseluruhan Rp 5,68 miliar.
Selain itu juga penyediaan prasarana dan sarana air bersih pada 51 desa di Lombok dan Sumbawa dengan sarana perpipaan sepanjang 7.247 meter, serta perbaikan pemukiman lingkungan dengan dana Rp 2,98 miliar.
Kepala Negara juga meresmikan usaha patungan antara PT. Budaya Mutiara (PMA) dalam pemeliharaan 66.000 ekor siput mutiara dengan PT. Lombok Island Pearl (PMDN) berlokasi di Pelanggan dan Gili Air, Lombok Barat dengan investasi Rp 4,97 miliar. Proyek lainnya mencakup pengembangan pelabuhan Lembar dengan dana Rp 2,94 miliar, pengembangan fasilitas Bandara Salaparang Mataram, Lombok Barat, Bandara Salahuddin, Bima dan Bandara Brangbiji, Sumbawa dengan biaya Rp 2,13 miliar serta pengembangan air tanah untuk irigasi se-NTB dengan biaya Rp 3,05 miliar.
Penempatan dan pembinaan 600 KK transmigran lokal berasal dari Pulau Lombok di Labangka, kabupaten Sumbawa menghabiskan dana Rp 3,68 miliar, pembangunan sepuluh unit gedung baru SMP Negeri di Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa dan Dompu dengan dana Rp 1,48 rniliar.
Proyek lainnya yang diresmikan Presiden adalah peningkatan prasarana/sarana kesehatan di Lombok Barat dengan biaya Rp. 465,41 juta dan peningkatan prasarana dan sarana keagamaan termasuk: pembangunan Masjid dengan dana Rp. 827 juta. (dan/ant)
Sumber: Pelita (13/04/1992)
_____________________________________________
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 754-757.