PRESIDEN RESMIKAN BERBAGAI PROYEK DI SUMATERA UTARA

PRESIDEN RESMIKAN BERBAGAI PROYEK DI SUMATERA UTARA[1]

Jakarta, Suara Pembaruan

Presiden Soeharto mengatakan, keberhasilan dalam swasembada beras harus disertai dengan kesejahteraan petani yang lebih baik dan jangan sampai swasembada beras dinikmati di atas penderitaan para petani. Usaha, memperbaiki kesejahteraan petani harus dilakukan tidak hanya melalui peningkatan usaha pertanian, tetapi juga melalui usaha-usaha lainnya.

“Dalam kaitan inilah  saya menekankan  pentingnya  pembentukan  koperasi­ koperasi unit desa. Kelemahan, kekurangan dan bahkan mungkin kegagalan di masa lalu harus kitajadikanpelajarandancambukuntukmasa-masayangakandatang,justru ketika kita akan mulai memasuki tahap tinggallandas,” ujar Kepala Negara dalam sambutannya ketika meresmikan berbagai proyek pembangunan di Sumatra Utara Kamis pagi  di Desa Pematang Panjang,  Kabupaten Asahan. Proyek-proyek  itu meliputi irigasi, peningkatan jalan, listrik masuk desa, rumah sakit dan taman hutan raya.

Pembangunan, kata Presiden Soeharto, memang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Namun harus pula disadari, pembangunan bukan kegiatan yang sekali jadi, tapi merupakan rangkaian kegiatan yang bertahap, terpadu dan dilakukan terus-menerus.

Sebaliknya, harus pula dipahami bahwa pembangunan tidak sepi dari tantangan, hambatan dan gangguan sehingga harus pandai-pandai memelihara semangat agar mampu meneruskan dan meningkatkannya. “Rakyat Sumatra Utara terkenal memiliki semangat yang tinggi, ulet dan dinamis. Karena itu saya yakin bahwa pembangunan di daerah ini akan terus bergerak maju dan kesejahteraan rakyat akan terns bertambah baik,” ujar Kepala Negara.

Lebih Cepat

Menurut Presiden, dalam penyelenggaraan pembangunan memang ada daerah yang lebih cepat membangun dari daerah yang lain. Hal ini terutama karena perbedaan tingkat perkembangan dan sumber daya yang dimiliki oleh daerah-daerah yang berbeda-beda pula. Begitupun, hasil-hasil pembangunan yang dilaksanakan telah dirasakan bersama. Kehidupan sekarang jauh lebih baik dari kehidupan 5 tahun yang lalu, “Apalagi jika dibandingkan dengan kehidupan 25 tahun yang lalu, sebelum kita dengan sungguh-sungguh melaksanakan pembangunan.”

Menunjuk proyek-proyek yang diresmikan, Presiden mengatakan, sesungguhnya fungsi prasarana dan sarana perhubungan tidak hanya penting bagi kegiatan perekonomian. Prasarana dan sarana perhubungan yang handal penting untuk mengembangkan berbagai kehidupan bangsa, baik kehidupan sosial, kesegaran politik, kelancaran jalannya pemerintahan maupun pertahanan keamanan. Itulah sebabnya pembangunan prasarana dan sarana perhubungan terus diusahakan di semua daerah.

Esensi Hutan

Dalam kesempatan itu diingatkan pula esensi hutan dan lingkungan hidup untuk kehidupan manusia. Sebagai kekayaan alam, demikian Kepala Negara, hutan harus dimanfaatkan untuk kemakmuran bangsa. Dimanfaatkan sebaik- baiknya tanpa merusak lingkungan dan keseimbangan alam. Karena itu pula di samping pemanfaatan hutan, hutan-hutan harus dihijaukan kembali .

“Peresmian Taman Hutan Raya yang kita saksikan hari ini merupakan bukti mengenai salah satu usaha kita untuk memelihara lingkungan dan keseimbangan alam.”

Presiden mengatakan, kekayaan hutan tidak terbatas pada kayu saja, tapi juga mengandung kekayaan hayati yang tidak ternilai. Berbagai jenis pohon, jamur, lumut, serangga, burung dan sebagainya hanya dapat hidup dan berkembang dalam hutan­ hutan tropis yang dimiliki Indonesia Kekayaan hayati yang mempunyai potensi yang sangat besar itu, memang belum diperhatikan selama ini. Namun dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan bioteknologi serta industrinya dewasa ini,maka kekayaan hayati ini akan menjadi sumber yang penting untuk bahan-bahan baru guna kehidupan manusia, seperti bahan pangan, obat-obatan, serat dan bahan enerji bagi masa depan. (T-6)

Sumber: SUARA PEMBARUAN (04/06/1992)

________________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 570-571.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.