PRESIDEN RESMIKAN PABRIK SEMEN TONASA II : WUJUD POLITIK LN BEBAS AKTIF YANG DITERAPKAN DIBIDANG EKONOMI

PRESIDEN RESMIKAN PABRIK SEMEN TONASA II :

WUJUD POLITIK LN BEBAS AKTIF YANG DITERAPKAN DIBIDANG EKONOMI

Presiden Soeharto Kamis meresmikan pabrik semen Tonasa II di Sulawesi Selatan, lebih kurang 49 km dari Ujungpandang, yang dapat menghasilkan produksi 510 ribu ton setahun.

Pabrik semen Tonasa I diresmikan Presiden menjelang akhir tahun 1968, yaitu memproduksi lebih kurang 100.000 ton setahun.

Presiden mengatakan jika pembangunan pabrik semen Tonasa mendapat bantuan Cekoslowakia, maka pada pembangunan pabrik semen Tonasa II Indonesia memperoleh bantuan dari Kanada.

"Ini merupakan salah satu wujud politik luar negeri RI yang bebas aktif yg diterapkan dalam bidang ekonomi pembangunan," kata Presiden.

Dengan peresmian pabrik Tonasa II, maka Sulawesi dewasa ini memproduksi semen 610 ribu ton semen per tahun.

Ia mengatakan, “pembangunan di Indonesia tetap membuka pintu dan memberi kesempatan kepada bangsa lain untuk menyertai kita dalam mempercepat jalannya pembangunan. Kita tetap menerima uluran tangan dari negara lain sahabat2 kita," kata Presiden,

Menurut Presiden, kebutuhan semen di Indonesia terus meningkat dalam zaman pembangunan sekarang maupun masa yang akan datang. Jika nanti Repelita III diperlukan 6,3 juta ton semen setahun, maka pada akhir Repelita Ill nanti diperlukan 10-12 juta ton semen setahun.

"Ini merupakan tantangan dan tuntutan pembangunan. Sebab makin banyak kita membahgun makin banyak pula semen yang kita perlukan".

Presiden mengemukakan, untuk membangun bangunan2 raksasa, jembatan2, gedung2 sekolah, rumah2 sakit, rumah2 tempat tinggal semuanya memerlukan semen.

Ia melihat bahwa masa depan industri semen di Indonesia sangat cerah. Dalam bidang industri semen telah banyak dicapai kemajuan2 besar.

Presiden mengatakan, sebelum Repelita I Indonesia mengimpor semen, maka sejak beberapa tahun lalu negeri ini sudah dapat mengekspor semen, membantu negara negara2 sahabat yang sungguh2 memerlukan semen.

Juga tentang pupuk. Dulu harus diimpor, sejak beberapa tahun lalu Indonesia ekspor pupuk. Masih banyak bukti yang dapat dilihat dan dirasakan mengenai kemajuan pembangunan, kata Presiden.

Perlu usahawan Sejati

Ia menyerukan kembali agar rakyat tanpa ragu2 terus melanjutkan arah pembangunan yang sekarang, sehingga nanti tiba saatnya negeri ini dapat memenuhi segala kebutuhannya sekaligus.

"Untuk itu kita harus terus mengumpulkan modal, menambah pengalaman dan bekerja keras. Kita masih banyak memerlukan pemimpin perusahaan yang mempunyai sifat2 usahawan sejati".

Selain itu, kata Presiden, "Kita memerlukan manajer2 yang cakap, teknisi2 yang tinggi mutunya serta tenaga2 trampil".

Ia mengingatkan bahwa semua itu tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus belajar dan terns belajar.

"Lihatlah bangsa lain, yang telah maju ekonomi dan industrinya. Mereka mencapai kemajuan seperti yang sekarang melewati proses "belajar" yang sangat panjang." kata Presiden.

Ia minta kepada seluruh karyawan pabrik Tonasa, mulai dariyang tertinggi sampai terendah supaya terus belajar. Kepada masyarakat di Sulawesi Selatan, diharapkan dapat memanfaatkan pabrik ini, demikian amanat Presiden Soeharto.

Presiden tiba di Ujungpandang Kamis pagi dari Mataram (NTB). Selain Ny. Tien Soeharto turut pula dalam rombongan Presiden beberapa menteri kabinet pembangunan. Kamis sore, menurut rencana Presiden tiba kembali di Jakarta.

Belut

Presiden Soeharto juga telah memerintahkan kepada Gubernur Haji Gatot Suherman agar peternakan belut tidak saja dilaksanakan di Lombok Tengah seperti sekarang ini, tetapi hendaknya dimassalkan pada semua kabupaten di Nusa Tenggara Barat.

Gubernur NTB menjelaskan hal itu atas pertanyaan "Antara", Kamis pagi, sesaat setelah ia mengantarkan Presiden dan rombongan di pelabuhan udara Selaparang Ampenan menuju Ujungpandang.

Ia mengatakan, Presiden Soeharto sangat gembira melihat perkembangan belut di Lombok Tengah Selatan, khususnya ketika meninjau peternakan belut di desa Penujak.

Usaha petemakan belut ini, menurut Presiden, di samping sangat bermanfaat bagi peningkatan gizi sekaligus sebagai tambahan hasil pangan masyarakat pedesaan.

Presiden mengharapkan agar peternakan belut itu harus dibina dengan baik termasuk usaha penyuluhan yang intensif, sehingga akan menjadi gerakan massal yang sangat menguntungkan.

Di sela2 Pohon Kelapa

Presiden juga meminta perhatian Gubernur NTB, agar meningkatkan tanaman kelapa, karena daerah ini termasuk daerah yang punya potensi besar dibidang tanaman kelapa, disamping penambahan areal tanaman kopi dan coklat.

Khusus pada perkebunan kelapa dan pada tanaman kelapa rakyat yang kini dikembangkan di pulau Lombok khususnya dan NTB pada umumnya, Presiden meminta gubernur dapat menganjurkan kepada para petani agar di sela2 tanaman kelapa mereka ditanami rumput unggul seperti "rumput gajah".

Karena selama peninjauannya di pulau Lombok, Presiden Soeharto memperhatikan masyarakat masih banyak menanam pisang pada sela2 tanaman kelapa mereka.

Menyampaikan anjuran Presiden itu, gubernur mengatakan karena tanaman rumput unggul penting bagi makanan ternak yang banyak terdapat di Lombok dan pulau Sumbawa, sehingga hasil dari rumput yang dimakan ternak itu dapat menghasilkan pupuk kandang yang besar manfaatnya bagi peningkatan produksi pangan serta kesuburan tanaman lainnya.

Kepala Negara menurut gubernur sangat teliti memperhatikan daerah2 yang dikunjunginya, seperti masalah2 kecil seperti menanam kelapa, sebagai yang kini dilaksanakan di Sumatera Barat. (DTS).

Ujungpandang, Suara Karya

Sumber: SUARA KARYA (29/02/1980)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 764-765.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.