PRESIDEN RESMIKAN PEMERAGAAN LAPORAN VISUIL PEMBANGUNAN [1]
Jakarta, Antara
Kegiatan-kegiatan pembangunan dan hasil-hasil yang dicapai selama Pelita telah diperagakan dalam bentuk laporan visuil yang oleh Presiden Soeharto dinilai sangat perlu agar masyarakat luas mengetahui apa yang telah dilakukan pemerintah.
Ketika membuka “Pameran Laporan Visuil Pembangunan” di Gedung Pola Jakarta, Kamis malam oleh Kepala Negara dikemukakan, bahwa melalui pemeragaan ini dapat diketahui apakah kita mengalami kemajuan, mandeg atau kemunduran.
“Sudah tentu”, kata Presiden, “ada yang belum puas apa yang telah dicapai dalam pembangunan sekarang ini karena masih kurangnya sekolah-sekolah dan belum tersediannya lapangan kerja secara luas.”
“Peranan demikian,” katanya, “tidak selamanya buruk. Tapi yang penting jangan sampai kita kehilangan kepercayaan terhadap diri sendiri.”
Dari pemeragaan ini dapat dilihat semakin baiknya prasarana dan kegiatan pembangunan yang menyebar sampai ke desa-desa, demikian Presiden. Pemeragaan yang mulai tanggal 15 Maret 1973 terbuka untuk umum, sebagai dilaporkan oleh Menteri Dalam Negeri Amirmachmud bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan pembangunan.
711 Panel
Sejumlah 711 buah panel telah dipergunakan dalam laporan visuil yang mencakup kegiatan-kegiatan dari 26 propinsi, 18 sektor, delapan departemen dan sebuah non departemen.
Menurut Menteri Amirmachmud, semula akan ditampilkan 3.000 panel yang karena terbatasnya ruangan dibatasi dengan jumlah tersebut.
Panel-panel yang diperagakan di tiga lantai dari gedung yang bersejarah bagi bangsa Indonesia terdiri dari 626 panel pembangunan daerah dan 85 panel pembangunan sektoral dan departemen.
Pemeragaan dibagi dalam kelompok-kelompok yang antara lain terdiri dari potensi daerah, masalah-masalah yang dihadapi daerah, usaha-usaha yang sedang dilakukan, hasil-hasil yang dicapai hingga saat ini, proyek-proyek kegiatan pembangunan berdasarkan proyek Inpres, Pembangunan desa dan Pelita Nasional yang letaknya didaerah-daerah.
Pembesar-pembesar tinggi negara termasuk pada Gubernur yang sekarang ini berada di Ibukota untuk menghadiri sidang umum MPR, dan korps diplomatik menyaksikan upacara pembukaan itu yang pengguntingan pitanya dilakukan oleh Nyonya Tien Soeharto.
Keuangan Negara Tambah Sehat
Presiden Soeharto dalam pidatonya mengemukakan kenaikan pendapatan petani berkat adanya bimbingan dari Pemerintah. Kalau dulu petani2 enggan menerima Bimas sekarang ini malah mereka minta agar sawahnya di Bimaskan.
Dikemukakan pula mengenai keuangan negara yang bertambah sehat. Defisit Anggaran Belanja Negara yang merupakan ketidakberesan keuangan pada tahun belakangan ini tidak ada lagi. Sehatnya keuangan negara, menurut Presiden, tampak melalui APBN.
Dengan naiknya APBN menunjukkan meningkatnya Pembangunan. ‘Tidak mungkin pendapatan naik kalau ekonomi tidak tambah maju,” demikian Presiden Soeharto. Presiden Soeharto dan para undangan kemudian me-lihat2 laporan visual pembangunan itu. (DTS)
Sumber: ANTARA (09/03/1973)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 179-180.