PRESIDEN RESMIKAN PROYEK DI SUMSEL: INDONESIA MASIH PERLU BANTUAN DARI NEGARA-NEGARA SAHABAT

PRESIDEN RESMIKAN PROYEK DI SUMSEL: INDONESIA MASIH PERLU BANTUAN DARI NEGARA-NEGARA SAHABAT[1]

Palembang, Pelita

Presiden Soeharto mengakui, dalam masa pembangunan masih diperlukan bantuan dari negara-negara sahabat. Tapi ditegaskan, bantuan yang diperlukan oleh Indonesia adalah, bantuan tanpa syarat. Dan bangsa Indonesia pun punya cita-cita, di waktu-waktu mendatang tidak hanya menadahkan tangan, tapi juga memberi bantuan kepada negara lain yang membutuhkan.

Hal itu dikatakan Presiden dalam temu wicara dengan para transmigran eks perambah hutan di Oku, Selasa (4/8). Kepala Negara menjelaskan pula tentang kebijaksanaan dan langkah-langkah yang ditempuh selama 25 tahun pembangunan yang kini masih merupakan penciptaan landasan yang akan digunakan untuk memulai meningkatkan pembangunan dengan kemampuan sendiri.

Sebelumnya, Presiden Soeharto menegaskan , harus diakui bahwa salah satu kelemahan dalam melaksanakan pembangunan selama ini justru terletak pada masalah pemeliharaan apa yang telah dibangun dengan segala susah payah. Akibatnya, tidak jarang  terjadi pemborosan  yang, sebenarnya tidak perlu.

Hal itu ditegaskan Kepala Negara ketika meresmikan berbagai proyek pembangunan di Propinsi Sumsel pada hari yang sama. Proyek-proyek yang diresmikan adalah Jembatan Air Musi II Palembang dan Jembatan Air Keramasan Palembang. Jalan Arteri Lingkar Barat Palembang dan Peningkatan Jalan Lintas Tengah Sumatera serta Listrik Masuk Pedesaan di 291 Desa di Sumsel.

Dengan meningkatkan efisiensi, akan bertambah besar kekuatan yang dapat dikerahkan untuk memperluas pembangunan. Salah satu di antaranya yang sangat penting adalah memperluas pembangunan daerah-daerah pedesaan.

“Itulah sebabnya, saya selalu merasa ada kebahagiaan jika saya meresmikan proyek-proyek pedesaan, seperti listrik masuk desa ini, “ucap Kepala Negara.

Upacara itu dihadiri Ny. Tien Soeharto, sejumlah menteri, pejabat sipil dan militer serta undangan lainnya. Seusai peresmian, Kepala Negara dengan helikopter meninjau proyek Hutan. Tanaman industri (HTI) PT Musi Hutan Persada di Subanjeriji dan me lakukan temu wicara di Lokasi Transmigrasi Banpres Rantau Kumpai Kabupaten OKU, beberapa kilometer di selatan Palembang.

Dalam sambutannya ketika di Palembang, Presiden menekankan, pembangunan sarana dan prasarana fisik membawa pengaruh yang positif, tidak hanya dalam kehidupan ekonomi, melainkan juga dalam kehidupan sosial, politik dan budaya masyarakat Indonesia. Tantangan yang dihadapi adalah memberi arah dan saluran agar perkembangan kehidupan masyarakat itu tetap memperkuat kepribadian dan jatidiri bangsa Indonesia.

Sebab, kata Kepala Negara, bangsa yang Jemah kepribadiannya dan kabur jati dirinya akan sangat mudah diombang-ambingkan oleh perubahan masyarakat yang berjalan sangat cepat.

Tantangan

Diingatkan pula, keberhasilan yang dicapai dalam pembangunan selama ini tidak berarti bahwa tantangan pembangunan yang dihadapi di masa depan akan makin ringan dan berkurang. Justru sebaliknya, tantangan-tantangan yang akan dihadapi akan maki besar, makin banyak dan makin kompleks .

Bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan proses globalisasi yang tidak mungkin dibendung. Masyarakat dihadapkan pada perubahan-perubahan dunia yang betjalan sangat cepat dan sebagian tidak terbayangkan sebelumnya. “Kita dihadapkan pada persaingan dan perlombaan sengit dalam mengejar kemajuan dalam kehidupan antarbangsa.”

Semua itu harus membuat bangsa Indonesia makin sadar bahwa harus memacu lebih cepat lagi Iaju pembangunan. Untuk itu, kerja keras kerja tekun dan ketjasama di antara kalangan bangsa Indonesia harus lebih ditingkatkan lagi.

Itu berarti,bangsa Indonesia harus berusaha lebih meningkatkan semangat kerja dan solidaritas sosial. Bangsa yang lembek semangat kerjanya akan makin tertinggal dan terbelakang dibanding bangsa-bangsa lain yang memiliki semangat kerja yang tangguh.

Harus Dihentikan

Sementara itu, ketika melakukan temu wicara dengan para transmigran eks perambah hutan, penduduk sekitar jalan lintas tengah Sumatera, jalan arteri lintas barat. Palembang, masyarakat konsumen listrik pedesaan dan perambah hutan, Kepala Negara kernbali mengingatkan, praktek perambahan dan peladangan hutan harus dihentikan. Karena, jika praktek perambahan hutan itu terus dibiarkan akan mengakibatkan rusaknya hutan.

Dengan kerusakan hutan itu, bukan hanya Indonesia yang dirugikan, tapi juga dunia, karena hutan tropis Indonesia juga merupakan paru-paru kehidupan dunia. “Kalau rusak, nanti anak cucu kita juga yang akan menderita. Karena itu harus kita selesaikan,”tegasnya .

Di depan para peserta temu wicara, Presiden menghargai kesadaran masyarakat yang sudah meninggalkan praktek perambahan hutan dan menjadi petani menetap atau menjadi transrnigran.

Kepada Presiden, para eks perambah hutan yang kini menjadi transmigran di beberapa UPT di Sumsel menyatakan, kini sudah hidup tenang dan tenteram. Karena selama ini mereka merasa dikejar-kejar oleh petugas jika masih tetap merambah hutan.

Presiden juga berpesan agar mereka yang sudah sadar mengajak rekan-rekan mereka untuk meninggalkan pola hidup dengan merambah hutan atau melakukan sistem peladangan berpindah.

Proyek HTI yang ditinjau dari udara oleh Presiden kemarin mempunyai areal 300.000 ha dan kini sudah ditanami 76.000 ha. Proyek HTI itu diresmikan Presiden bulan Mei 1991 dan merupakan proyek terbesar di dunia.

Predir PT Musi Hutan Parsada Prajogo Pengestu dalam keterangannya menyebutkan, melalui proyek itu sekitar 2.000 orang perambah hutan berhasil diajak berperan serta. Pada awal tahun 198S tercatat 76.00001 orang rambah hutan, di Sumsel, dan kini dari tahun ke tahun jumlah itu terus berkurang.

Dengan proyek HTI itu dapat, dikembangkan tanaman tumpangsari seperti semangka, padi, kedelai ,jagung, cabe dan kacang tanah. Belum lama ini di lokasi itu dipanen padi sebanyak 7.000 ton, yakni sebanyak 2 ton per hektar.

Presiden dan Ny. Tien Soeharto usai temu wicara itu juga meninjau hasil pertanian usaha para transmigran. (be)

Sumber: PELITA (05/08/ 992)

__________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 592-595.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.