PRESIDEN RESMIKAN PROYEK PENGUSAHAAN HUTAN TERPADU
Banjarmasin, Antara
Presiden Soeharto hari Sabtu menegaskan bahwa Bangsa Indonesia harus menghindari cara-cara pembangunan yang menghasilkan kemajuan material namun mengakibatkan kerusakan lingkungan.
“Kita harus mengembangkan pembangunan yang sekaligus melestarikan fungsi lingkungan hidup,” kata Kepala Negara di Desa Jelapat, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, ketika meresmikan sejumlah proyek pengusahaan hutan terpadu dan pemukiman peladang berpindah.
Dengan melaksanakan pembangunan seperti itu, menurut Presiden, kemiskinan rakyat akan dapat diatasi bersama dengan usaha meningkatkan kualitas hidup rakyat.
Lebih dari itu, dengan melaksanakan pembangunan yang memperhatikan kelestarian lingkungan maka Indonesia akan dapat terus membangun selama-lamanya karena sumber daya alam yang dimiliki tetap lestari.
Ia menunjuk pembangunan di bidang kehutanan menduduki tempat sangat strategis, karena hutan merupakan potensi besar untuk mendukung pembangunan serta memiliki fungsi amat vital bagi kehidupan.
“Dengan memanfaatkan hasil hutan, tidak sedikit lapangan kerja yang dapat dibuka dan tidak sedikit devisa yang dihasilkan,” tambah Presiden.
Namun ia mengingatkan bahwa hutan yang rusak tidak akan mampu menjalankan berbagai fungsinya, bahkan akan menimbulkan tanah gundul, tandus dan tidak produktif. Kerusakan hutan juga mendangkalkan sungai-sungai yang bisa menimbulkan bencana banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
Oleh karena itu untuk kesekian kalinya Presiden mengimbau agar dalam memanfaatkan hutan bagi pembangunan, Bangsa Indonesia harus berusaha memelihara kelestariannya.
“Jangan karena terdorong mengejar keuntungan jangka pendek, kita mengabaikan keselamatan jangka panjang, mengabaikan kelestarian hutan dan lingkungan hidup kita,” tegas Kepala Negara.
Ia menyadari bahwa usaha memanfaatkan hutan dengan terus memelihara kelestariannya bukan usaha mudah. Namun apabila hal itu dapat dilakukan dengan cara tepat, maka usaha tersebut pasti akan berhasil, demikian Presiden meyakinkan.
Ia berharap, pengusahaan hutan secara terpadu seperti yang dilakukan di Kalimantan Selatan itu-berhasil baik.
Proyek pemukiman peladang berpindah di Kalsel itu antara lain berupa pencetakan sawah 1.300 hektar di wilayah yang dikelola PT. Rutan Kintab, terletak di Kabupaten Tanah Laut.
Peresmian hari Sabtu itu mencakup 27 proyek pengusahaan hutan terpadu. Investasi total proyek-proyek itu mencapai sekitar Rp 500,-miliar dan menyerap puluhan ribu tenaga kerja.
Dalam kunjungan sehari di Kalsel, Presiden disertai Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono, Mendagri Supardjo Rustam, Menteri Kehutanan, Menteri Perindustrian dan Pangab Jenderal L.B. Moerdani.
Dalam kesempatan berada tiga jam di tempat itu Presiden melakukan temu wicara dengan sejumlah peladang berpindah yang sekarang telah memiliki lahan pertanian tetap.
Sebelum kembali ke Banjarmasin untuk terbang ke Jakarta, Presiden dan rombongan melihat langsung pabrik pengolahan kayu milik PT. Barito Pasifik Lestari, tempat upacara peresmian itu berlangsung.
Sumber : ANTARA (20/02/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 546-547.