Presiden Resmikan Sejumlah Proyek di Sulut : KEKUATAN PEMBANGUNAN RAKYAT MULAI BANGKIT DAN PERLU DIGERAK KAN TERUS

Presiden Resmikan Sejumlah Proyek di Sulut : KEKUATAN PEMBANGUNAN RAKYAT MULAI BANGKIT DAN PERLU DIGERAK KAN TERUS

Jakarta, Pelita

Presiden Soeharto, menilai kekuatan pembangunan rakyat Indonesia kini mulai bangkit. Karena itu, presiden berharap seluruh kekuatan yang ada itu terus dibangkitkan dan dikembangkan serta digerakkan bersama agar benar-benar menjadi kekuatan pembangunan yang besar.

Penilaian dan keyakinan kebangkitan kekuatan pembangunan rakyat itu, diungkapkannya setelah melihat adanya peningkatan kualitas manusia dewasa ini, sesuai dengan keinginan rakyat sendiri yang tertuang dalam GBHN yang ditetapkan MPR.

Kesan yang mendalam terhadap besamya kesadaran rakyat untuk membangun telah pula dirasakan oleh presiden, setelah melakukan banyak temu wicara dengan para petani, peternak, peladang, nelayan, pengurus koperasi serta mereka yang masih lemah dalam setiap kesempatan meninjau daerah-daerah di tanah air.

Dalam pembicaraan itu, ditangkap pula tekad dan keinginan rakyat untuk maju, kemauan bekerja keras dan bertambah luasnya pengetahuan mereka.

Pendapat dan kesan tersebut dikemukakan oleh Kepala Negara dalam sambutannya ketika meresmikan berbagai proyek pembangunan di Sulawesi Utara, Selasa, di Desa Tampusu, Kabupaten Minahasa. Proyek-proyek tersebut mencakup Pusat Pengembangan Ternak Tampusu, Gedung Politeknik Universitas Sam Ratulangi, Pusat Listrik Tenaga Air Tanggari I, Jembatan Randangan,Irigasi Pontak.

Gelombang

Dari kunjungan ke daerah-daerah, Presiden Soeharto juga melihat adanya gerakan besar yang sedang bergelombang di mana-mana, yakni gerakan pembangunan. Pembangunan bergerak di kota-kota besar, kota sedang dan kota kecil.

Gerakan tersebut juga terlihat di Sulut dengan telah selesainya berbagai proyek pembangunan. Pelaksanaan pembangunan memang telah berhasil mencapai kemajuan di segala bidang. Namun disadari tugas besar masih ada, di samping masih banyaknya hambatan serta rintangan yang perlu ditundukkan.

Tetapi proyek-proyek pembangunan yang telah selesai di Sulut, Presiden, mengatakan akan semakin meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan produksi, meningkatkan kekuatan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta meningkatnya penguasa teknologi dengan dibukanya gedung politeknik Universitas Sam Ratulangi.

Dijelaskan, dengan selesainya pembangunan Pusat Pengembangan Ternak Tampusu, Sulut akan dapat mengembangkan kegiatan bidang petemakan dengan lebih baik lagi.

Berkembangnya peternakan akan memperbesar produksi dan meningkatkan penghasilan petani petemak. Dengan bertambahnya produksi kebutuhan akan gizi dan kesehatan masyarakat akan lebih terpenuhi.

Dengan selesainya pembangunan proyek irigasi Pontak, maka ratusan hektar sawah di daerah itu akan dapat diairi. Karenanya akan dapat meningkatkan produksi sawah dan meningkatkan pendapatan petani. Lebih lagi, akan merupakan sumbangan bagi pertahanan swasembada beras yang telah dicapai sejak 1984.

Kekuatan Ekonomi

Dikatakan, peningkatan usaha tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan kekuatan-kekuatan ekonomi yang ada di daerah-daerah ini. Usaha tersebut akan membawa manfaat yang besar, bila Sulut mempunyai sarana perhubungan yang baik.

Tanpa itu, kelebihan produksi sulit dipasarkan di daerah lain yang memerlukan. Karena itu selesainya pembangunan jembatan Randangan, yang merupakan salah satu jembatan yang penting dari jalan trans Sulawesi, akan membuat makin berkembangnya kegiatan ekonomi di pulau ini.

Salah satu kebutuhan masyarakat yang penting untuk meningkatkan kesejahteraan adalah tenaga listrik. Peranannya sangat tinggi, sehingga banyaknya penggunaan tenaga listrik, sebagai ukuran kemajuan suatu bangsa.

Untuk itu dibangun PLTA Tanggari, dan presiden mengharapkan, PLTA ini akan menambah kesiapan masyarakat Sulut untuk membangun landasan pembangunan dalam Repelita V.

Peresmian berbagai proyek pembangunan tersebut ditandai dengan pemukulan Tetengkoren dan penandatangan prasasti oleh Presiden Soeharto. Dan dalam kesempatan itu, presiden yang didampingi oleh Ibu Tien Soeharto mengadakan temu wicara dengan para petani, peternak, peserta KB, anggota koperasi dan petani perkebunan.

Seusai temu wicara, dilakukan peninjauan ke Pusat Pengembangan ternak, untuk kemudian beristirahat sambil menyaksikan pameran PKK. Dan malam harinya, Presiden dan Ibu Soeharto bersama Muspida tingkat I Sulut menghadiri acara santap malam.

Presiden Soeharto dalam kunjungan kerja tersebut, disertai Menko Ekuin dan Wasbang Radius Prawiro beserta istri, Menteri Pertanian Ir. Wardoyo dan istri, Menteri PU Radinal Mochtar dan istri, Panglima ABRI Try Soetrisno, puteri presiden Ny. Tutut Indra Rukmana, Ny. lsye Sigit, Ny. Titiek Prabowo dan lainnya.

Menurut rencana, hari ini Presiden Soeharto akan membuka Musyawarah Besar Nasional Angkatan 45 ke-8, dilanjutkan dengan peninjauan ke Taman Laut Bunaken.

Saling Membutuhkan

Presiden Soeharto menganjurkan KUD-KUD di propinsi atau wilayah yang berbeda untuk saling kontak dalam kaitannya dengan upaya saling membutuhi. Bila di satu daerah terdapat kelebihan produk yang dapat dipasarkan KUD sementara di daerah lain terdapat kekurangan atas produk yang sama, maka KUD di kedua daerah itu dapat saling mengisi.

Anjuran Presiden itu diberikan melalui acara temu wicara dengan para wakil Kontak Tani, KUD dan petani Sulawesi Utara di Desa Tampusu, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa kemarin, selesai meresmikan lima proyek di daerah itu.

Seorang wakil Kontak Tani meminta petunjuk Presiden tentang upaya memasarkan kubis (kol) mereka yang di Manado harganya berharga Rp 25 perkilogram, sementara didengar kabar, di Kalimantan dan Irian Jaya, harga sayur semacam itu sangat mahal sepanjang tahun.

Dalam kesempatan itu Presiden juga membantah pendapat seolah-olah ada paksaan kepada petani atau Kelompok Tani untuk masuk KUD. Oleh Presiden dikatakan adalah benar ada anjuran agar petani maupun Kelompok Tani menjadi anggota KUD.

Anjuran itu bila dilaksanakan merupakan bagian dari rasa setia kawan agar sama-sama menikmati keberhasilan dari KUD tersebut. Tidaklah baik, kalau KUD sudah berhasil yang bukan anggota KUD ikut pula menikmati hasilnya.

Diversifikasi Menu

Dalam kesempatan itu, Presiden juga menjelaskan kembali harapannya mengenai program diversiflkasi menu makanan, agar rakyat Indonesia 174 juta jiwa itu tidak hanya tergantung kepada beras, tetapi agar menjadikan bahan makanan lain sebagai makanan pokok, di antaranya jagung, sagu, kacang kedele, dll.

"Tadi pagi Ibu (maksudnya Ibu Tien Soeharto-red.) memberikan saya bubur Manado dan hal seperti itu sudah berjalan dua pekan," kata Presiden, yang disambut riuh oleh masyarakat yang mendengarka n temu wicara itu.

Kepada kaum ibu, Presiden juga menganjurkan, agar terus mengusahakan menu makanan baru yang mengandung gizi yang baik, yakni yang tidak tergantung pada beras.

Di bawah curahan hujan dan hembusan angin pegunungan yang sejuk, Presiden juga berbicara mengenai turunnya hujan di daerah itu, justru pada musim kemarau sekarang, sementara di negara-negara lain, musim kering melanda dan merusak tanaman serta petaninya menjerit meminta tolong.

Turunnya hujan demikian menurut Presiden bisa diangap sebagai pertanda akan bertambah baiknya kehidupan petani Indonesia demikian pula dengan perkembangan pembangunan nasional.

Lima Proyek

Dalam upacara yang dihadiri Ibu Tien Soeharto, beberapa Menteri Kabinet Pembangunan V, Gubernur Sulut, C.J. Rantung serta ribuan warga Minahasa, Presiden secara simbolis meresmikan selesainya lima proyek di daerah itu.

Proyek pertama dan terbesar adalah PLTA Tanggari I dengan kapastas 17,2KW, yang terdiri dari unit PLTA yang memakan dana sebesar Rp 39 miliar menggunakan air Danau Tondano sebagai sumber energi penggerak.

Listrik yang dihasilkannya dimasukkan dalam sistem interconection jaringan listrik ke Kabupaten Minahasa, baik yang menangani kota Manado maupun kota-kota dan desa-desa lain di antaranya Tondano, Amurang, Bitung dll.

Sebuah jembatan di Km 500 di sebelah barat Manado, juga diresmikan.

Jembatan ini panjangnya 95 meter dan lebarnya 7 meter dibangun dengan biaya Rp 1,2 miliar. Dengan berfungsinya jembatan ini, maka arus transportasi dari dan ke Sulut dan Sulawesi Tengah melalui Jalan Trans Sulawesi semakin lancar.

Politeknik Universitas Sam Ratulangi di Manado, juga sudah selesai dibangun, dengan biaya Rp 5 miliar. Sejak tahun lalu, politeknik ini sudah mulai menerima mahasiswa baru yang dididik dan dilatih menjadi tenaga-tenaga trampil dan siap di terjunkan kemasyarakat.

Sebuah proyek irigasi yang terletak di Km 307 di sebelah barat Manado yakni diKabupaten Bolaang Mongondaouw juga diresmikan. Irigasi yang mampu mengairi 653 Ha sawah dua kali tanam setahun diharapkan dapat mendorong kenaikan produksi beras dalam jumlah besar. Biaya yang digunakan untuk membangun proyek ini mencapai Rp 1,075 miliar.

Satu lagi proyek yang diresmikan Presiden adalah Pusat Pengembangan Ternak Tampusu yang oleh masyarakat setempat disebut dengan "Peternakan Tapos Mini", mengambil nama peternakan di Tapos, Kab. Bogor.

Peternakan ini sekaligus menjadi lokasi upacara peresmian kelima proyek tersebut. Di atas area 1100 Ha lahan, sapi perah yang tadinya hanya 50 ekor, melalui inseminasi buatan sudah berkembang biak menjadi 91 ekor dalam waktu dua tahun. Juga diternakkan jenis sapi potong, kambing, ayam ras dan buras dan kuda pacu.

Sebagian dari ternak yang ada di peternakan itu, merupakan bantuan Presiden (Banpres) yang diberikan beberapa waktu lalu. Dalam kesempatan temu wicara dengan para petani Presiden juga meminta Gubemur Sulut untuk memperhatikan permintaan para petani akan tambahan sapi Banpres.

Menurut rencana, Rabu pagi ini, Presiden akan membuka dengan resmi Musyawarah Besar Nasional Angkatan 45 di kota kecil Tomohon, sekitar 25 Km dari Manado di daerah pegunungan.

Siang harinya, Presiden dan Ibu Tien Soeharto berkenan meninjau Taman Wisata Laut, Bunaken, di sebuah pulau bernama sama, 8 kilometer di lepas pantai Manado.

Jakarta, PELITA

Sumber : PELITA (20/06/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 325-329.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.