PRESIDEN: RI BANTU PEMECAHAN MASALAH UTANG NEGARA MISKIN

PRESIDEN: RI BANTU PEMECAHAN MASALAH UTANG NEGARA MISKIN [1]

 

Jakarta, Antara

Presiden  Soeharto meminta beberapa ahli ekonomi terkemuka yang berpengalaman mengelola perekonomian  nasional untuk membantu memeca hkan masalah utang luar negeri berbagai negara berkembang.

“Namun Indonesia sama sekali tidak bermaksud minta menjadwalkan kembali pembayaran utang luar negerinya,” kata Mensesneg Moerdiono kepada pers di Bina Graha Senin setelah Presiden mengundang beberapa ekonom terkemuka.

Para ahli ekonomi yang bertemu dengan Presiden antara lain adalah Ali Wardhana, Suhadi Mangkusuwondo, Widjojo Nitisastro, Rachmat Saleh, Sadli, serta Emil Salim. Acara ini dihadiri pula Menko Ekku Wasbang Saleh Afiff, Menkeu Mar’ie Muhammad, Menlu Ali Alatas, serta Moerdiono. Moerdiono mengatakan para ahli ekonomi itu diundang karena mereka berhasil membantu Presiden Soeharto mengelola ekonomi nasional terutama pada awal Orde Baru. “Tidak tertutup kemungkinan mereka mengunjungi negara-negara miskin itu,” kata Moerdiono. Ia mengatakan sekarang terdapat 47 negara berkembang yang mengalami kesulitan membayar utangnya dan 18 di antaranya berada pada kondisi yang amat parah. Langkah Presiden Soeharto selaku Ketua Gerakan Non Blok membantu negara berkembang memecahkan utang luar negerinya dilakukan karena terdapat kecenderungan negara maju acuh tak acuh terhadap masalah ini. Presiden AS Bill Clinton ketika bertemu dengan Presiden Soeharto di Tokyo Jepang, baru-baru ini mengatakan pihaknya akan menghapuskan utang sejumlah negara sangat miskin antara lain diAfrika.

“Momentum seperti ini harus terus kita pelihara,” kata Moerdiono. Ia menyebutkan dalam masalah utang luar negeri ini, negara-negara berkembang dapat dibagi ke dalam tiga kelompok.

Kelompok pertama adalah negara berkembang yang mampu mengelola pinjamannya dengan baik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap. Kelompok kedua adalah negara yang utangnya banyak, namun masih bisa berkembang walau lamban. Sementara itu, kelompok ketiga menyangkut negara-negara yang praktis sama sekali tidak bisa membangun sehingga tak mungkin mengembalikan pinjamannya. Moerdiono mengatakan untuk menyelesaikan masalah utang luar negeri terutama negara yang sangat miskin, maka diperlukan suasana yang baik agar mereka bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang maksimal. (T/ EU02/EU-09/ 6/09/93 14:21/RU3)

Sumber:ANTARA(06/09/1993)

____________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 372-375.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.