PRESIDEN RI LESTARIKAN SEMANGAT & JIWA 66

PRESIDEN RI LESTARIKAN SEMANGAT & JIWA 66

 

 

Semangat dan jiwa 66 perlu dipelihara dan dilestarikan terus untuk kepentingan generasi mendatang, kata Presiden Soeharto, ketika menerima eksponen Angkatan 66 di Bina Graha Jakarta, Kamis.

Eksponen Angkatan 66 yang diterima Kepala Negara terdiri 13 orang antara lain, Cosmas Batubara, Abdul Gafur, David Napitupulu, Marie Mohamad, Fahmi Idris, Louis Wangge, Suryadi, Sugeng Suryadi, Eki Safrudin, Aberson, Zamroni, Savrinus Suardi, Firdaus W.

Mereka menyampaikan kepada Presiden pernyataan Eksponen 66 dalam rangka peringatan Tritura 10 Januari lalu.

Menanggapi pernyataan itu Presiden menegaskan perlunya dipelihara jiwa dan semangat 66, karena intisari Tritura itu ialah pengamalan Pancasila, perbaikan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup rakyat serta terciptanya pemerintahan dan aparat yang bersih dan berwibawa;

Dalam pemyataan Eksponen 66 itu juga disinggung mengenai pembangunan ekonomi termasuk masalah monopoli dan dalam hubungan ini Presiden mengatakan, perbaikan ekonomi merupakan salah satu proses dan tidak bisa diperbaiki dalam sekejap.

Mengenai monopoli Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 sebenarnya mengandung prinsip monopoli, tetapi monopoli untuk sebesar-besamya kemakmuran rakyat, kata Kepala Negara seperti yang diutarakan Fahmi Idris kepada wartawan.

Dalam pemyataan Eksponen 66 itu juga dikemukakan adanya ketidakpuasan dan hal ini ditanggapi positip oleh Presiden dengan mengatakan, ketidakpuasan itu menunjukkan adanya tanda tanda kehidupan.

Dalam pertemuan dengan Eksponen 66 itu Presiden menyarankan agar Yayasan Pembangunan Pemuda Indonesia yang dikelola Eksponen 66 dapat memberikan penyuluhan manajemen kepada pengusaha kecil.

Hal ini penting artinya dalam rangka melaksanakan inti dari Tritura yakni perbaikan ekonomi, demikian Presiden. (RA)

 

 

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (29/01/1987)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 38-39.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.