PRESIDEN RI RESMIKAN GEDUNG BUKOPIN
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengharapkan agar rakyat Indonesia tidak meragukan manfaat koperasi sebagai wahana untuk mensejahterakan rakyat.
Harapan Presiden Soeharto tersebut dikemukakan di Jakarta, Minggu, sebelum temu wicara dengan para pengelola Koperasi Unit Desa (KUD) terbaik dan pembina KB Mandiri dalam acara peresmian gedung Bank Umum Koperasi Indonesia (Bukopin) yang merupakan acara puncak Hari Koperasi ke-40 dan HUT Program KB ke-17.
Ketua Koperasi Tani Tambak “Tani Rejo” dari Bangil, Pasuruan, Mashudi mengatakan bahwa para petani tambak anggota koperasi merasakan manfaat koperasi dalam peningkatan hasil produksi udang. Selama 10 tahun keberadaan koperasi, para anggota telah merasakan pentingnya koperasi, baik sebagai wahana untuk meningkatkan produksi maupun untuk memasarkan hasil tambak, kata Mashudi.
Luas area tambak anggota koperasi tersebut adalab 3.000 hektar, dan saat ini setiap hektar dapat menghasilkan satu ton setiap panen dengan dua kali panen dalam setahun.
Menurut dia, harga udang, ikan hasil tambak dijual Rp 12-Rp 20 ribu per kilogram, dan dengan demikian setiap panen, seluruh tambak menghasilkan rata-rata Rp 96 juta.
Sedangkan Sakun Hudoyo, Ketua Koperasi Serba Usaba “Ganesha” Wates, Kulon Progo, Yogyakarta mengungkapkan bahwa koperasi yang dipimpinnya pada 1986 lalu memperoleh untung bersih sebesar Rp 43,8 juta. Modal koperasi yang mempunyai 1.170 anggota tersebut sebesar Rp 600 juta, yang merupakan modal sendiri tanpa pinjaman dari pihak lain.
Setiap anggota bisa meminjam hingga Rp 5 juta dengan bunga sebesar 1,4 persen per bulan. Lain lagi dengan para anggota koperasi simpan pinjam dan jasa di Pekalongan di bawah pimpinan Achmad Zaki. Koperasi yang mempunyai anggota sebanyak 1.500 itu memberikan kredit maksimal sebesar Rp 150 juta, dan minimal Rp 100 ribu dengan bunga sebesar 2,1 persen per bulan.
Kekayaan koperasi yang didirikan pada 11 Maret 1974 tersebut adalah Rp 10 milyar tetapi koperasi yang mempunyai wilayah meliputi eks Karesidenan Pekalongan, Karesidenan Surakarta, dan Karesidenan Semarang ini belum bisa memberikan pinjaman jangka panjang karena belurn pernah menerima kredit likuiditas atau dana murah.
Koperasi tersebut membagikan dividen setiap tahunnya dalam bentuk tunjangan hari raya dan sisa hasil usaha serta mengasuransikan anggotanya selama 10 tahun.
Mengenai KB, Presiden Soeharto mengatakan bahwa perkembangan KB menggembirakan, dan ini terlihat dari kenyataan bahwa masyarakat pedesaan menerima KB dan tekun melaksanakannya. Dan berkurangnya murid SD akhir-akhir ini merupakan indikasi bahwa KB berhasil sehingga Menteri P dan K mengubah ketentuan wajib belajar bagi anak dari usia 7 tahun menjadi 6 tahun, kata Presiden.
Menurut dr. Aida dari Kodya Bandung yang berpraktek partikelir sore hari, 70 persen dari pasiennya adalah akseptor KB.
Mereka mengikuti KB karena alasan kesadaran dan alasan ekonomi, serta banyak di antara mereka yang merupakan pasangan yang baru menikah, yang setelah 2-5 tahun baru melepaskan alat kontrasepsi itu. (LS)
Sumber: ANTARA (12/07/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 486-487.