PRESIDEN: SALING PERCAYA WUJUDKAN DUNIA YANG DAMAI
Chun Doo Hwan Tiba di Jakarta
Presiden RI Soeharto mengatakan jika semua bangsa dapat menikmati situasi seperti yang dialami kedua negara, Indonesia dan Korea Selatan, di mana hubungannya selalu diliputi oleh rasa saling percaya, saling bersahabat dan sedapat mungkin bantu membantu, maka dunia yang damai dan sejahtera, dunia yang diimpi-impikan oleh setiap orang pasti akan terwujud.
Namun diingatkan, dunia yang kita rasakan sekarang ini jauh dari apa yang diinginkan oleh setiap manusia dan oleh seluruh umat manusia.
"Kita masih dicekam oleh bahaya konflik-konflik fisik dan masih dicemaskan oleh perkembangan ekonomi dunia yang belum juga menentu sejak dilanda oleh berbagai krisis lebih dari lima tahun yang laIu," katanya
"Dua pertiga umat manusia masih bergumul untuk membebaskan diri dari lumpur kemelaratan dan kesengsaraan," tambahnya
Berbicara pada jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormat yang mulia Presiden Republik Korea dan Nyonya Chun Doo Hwan, Kamis Malam, di Istana Negara, Presiden menunjuk pada kenyataan tahun-tahun terakhir ini dimana kita menyaksikan pergolakan di berbagai bagian dunia yang mencemaskan.
Tindakan-tindakan kekerasan tanpa segan-segan dilancarkan oleh sementara negara untuk memaksakan perobahan di negara lain. Ini jelas melawan rasa kedaulatan bangsa yang harus menjadi kekuatan pokok dunia yang damai dan beradab.
Presiden juga menegaskan dengan penuh perhatian mengikuti perkembangan keadaan di Semenanjung Korea. "Seperti halnya kami di sini," ujar Presiden," kami selalu mendambakan suasana damai dan sejahtera. Maka itu kami selalu mengharapkan terciptanya suasana damai dan sejahtera juga di Semenanjung Korea"
Berkata Presiden," sebagai sesama negara berdaulat kami menghormati segala putusan yang akan diambil oleh pemerintah dan rakyat Republik Korea mengenai masadepannya".
Sahabat Baik
Sebelumnya, seusai upacara penyambutan kenegaraan begitu tiba di Bandar Udara Halim Perdana Kusuma sore hari, Presiden Chun Doo Hwan dalam sambutannya mengatakan rakyat Republik Korea percaya bahwa Indonesia merupakan negara sahabat yang baik.
Hubungan baik ini, katanya, yang menyebabkan kunjungannya ke negeri ini guna meningkatkan persahabatan yang selama ini sudah terjalin begitu eratnya.
Dikatakan, kedua negara merupakan partner yang saling melengkapi dalam kegiatan palitik. ekonomi dan sosial budaya Ia yakin keadaan demikian itu dapat lebih ditingkatkan !agi.
Dikatakan, rakyat kedua negara mempunyai tujuan yang sama dalam masalah perdamaian dan keamanan. Untuk mencapai tujuan tersebut kita harus mempunyai dasar saling percaya dan membina persahabatan yang baik.
Dengan kunjungannya ke Indonesia diharapkan persahabatan dan kerjasama yang telah dibina sejak lebih antara kedua negara dapat lebih ditingkatkan.
Presiden Chun dalam lawatannya pertama kali ini antara lain mengikutsertakan Menteri Luar Negeri Lho Shin Yoog, Menteri Pertahanan Choo Young Bock, Menteri Ekonomi Shin Byong Hyun serta pejabat tinggi lainnya yang seluruhnya berjumlah 106 orang.
10 Menit Lebih Cepat
Lebih cepat sepuluh menit dari rencana semula, tepatnya pukul 15 .40, pesawat kepresidenan Korean Air Lines (KAL) yang membawa tamu negara dari ‘The Land of Morning Glory" yakni Presidendan Nyonya Chun Doo Hwan dan rombongan tiba.
Begitu mulus pesawat Boeing 7m itu menyentuh tanah bumi Nusantara di Bandar Udara Halim Perdana Kusuma. Berarak pelan dari sudut bagian barat lapangan pesawat yang pada hidung kiri berkibar bendera Republik Korea dan hidung kanan bendera RI akhirnya mematikan mesinnya di posisi yang telah ditentukan.
Suasana hening sejenak. Beberapa detik kemudian begitu pintu terbuka dari perut pesawat itu muncul Presiden Republik Korea dan Nyonya. Berdiri berdampingan di punggung tangga pesawat keduanya melempar senyurn seraya membalas lambaian tangan para penjemput.
Kemudian menuruni tangga tetap berdampingan. Di mulut tangga Presiden Korsel yang mengenakan stelan jas biru tuadan nyonya yang membungkus tubuhnya dengan pakaian nasional khas negara dua musim warna hijau kemuda-mudaan mirip baju bodo Makassar setelah dikalungi mawar merah muda oleh seorang wanita langsung disaIami hangat bergantian oleh Presiden dan Nyonya Soeharto.
Diatas panggung kehormatan kedua Presiden dan Nyonya itu berdiri tegak khikmad untuk mengikuti upacara sambutan kehormatan kenegaraan. Lagu kebangsaan Korsel dimainkan instrumental oleh Korps Musik Angkatan Kepolisian disusul lagu kebangsaan RI. Selama kedua lagu itu berdengung tampak Presiden Korsel dan Nyonya meletakkan tangan kanan mereka pada dada.
Sikap yang sama dilakukan Presiden Korsel itu ketika bersama Presiden Soeharto mendampinginya memeriksa barisan kehormatan.
Seusai upacara yang diakhiri dengan dentuman meriam tamu negara itu memperkenalkan diri menyalami satu per satu para menteri, pejabat tinggi dan para Duta Besar negara asing di Jakarta.
Selain Joop Ave, Dirjen Protokol Deplu yang bertindak memperkenalkan para tamu dengan pejabat-pejabat tinggi tuan rumah, tampak hadir antara lain Wapres Adam Malik dan Nyonya, Menko Polkam Panggabean, Menlu Mochtar Kusumaatmadja, Mendagri Amirmachmud, Mensekneg Soedharmono, Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro, Menteri Perdagangan dan Koperasi Radius, Menhankam Jenderal Jusuf, Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin, Ketua MPR/DPR-RI Daryatmo dan Gubernur DKI Tjokropranolo.
Begitu melewati barisan panjang warga Korsel yang tinggal di Indonesia, yang mengenakan pakaian tradisional berbagai warna menyolok dari bahan sutra, Presiden dan Nyonya Chun tampak berseri-seri, melambaikan tangan dengan riang dan bersemangat. Setelah melewati permadani merah hati yang digelar sepanjang jalan yang dilalui dari dekat tubuh pesawat sampai ruang tunggu VIP, para tamu langsung memasuki mobil yang telah disiapkan.
Presiden Soeharto bersama rekannya Presiden Chun duduk berdampingan dalam mobil Limousine Indonesia l. Sedang Nyonya Tien dan sahabatnya Nyonya Chun duduk bersama di mobil Mercy hitam B-3. Mereka meluncur di bawah pengawalan ketat menuju tempat istirahat, Wisma Negara di Merdeka Utara. (DTS)
…
Jakarta, Merdeka
Sumber: MERDEKA (26/06/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 85-88.