PRESIDEN SERUKAN PEMBENTUKAN SUATU FORUM ANTAR AGAMA

PRESIDEN SERUKAN PEMBENTUKAN SUATU FORUM ANTAR AGAMA [1]

Jakarta, Berita Buana

Presiden Soeharto meminta agar pengertian2 yang diperoleh para peserta loka karya muballigh selama mereka mengikuti Loka Karya tersebut dapat dikembangkan di daerah2. Pengetahuan2 yang diperoleh dalam Loka Karya tersebut agar digunakan sebagai bahan di dalam pengajian2, di dalam dakwah dan tabligh, juga di dalam khutbah2 Jumlah.

Hal itu dikatakan oleh Kepala Negara hari Sabtu yang lalu di Istana Negara ketiak menerima para peserta Loka Karya Muballigh seluruh Indonesia. Dalam awal amanatnya Kepala Negara menyatakan kegembiraannya atas telah terselenggaranya Loka Karya Muballigh seluruh Indonesia tersebut.

Menurut Kepala Negara Loka Karya tersebut merupakan salah satu wujud dari usaha kita umumnya dan para muballigh khususnya untuk berperan semakin aktif dalam pembangunan.

“Kita semua bergembira bahwa para ulama clan pemuka2 agama telah mengambil bagian dalam pelaksanaan Repelita I yang telah lewat. Dan selanjutnya, tidak dapat lain, Loka Karya muballigh se Indonesia kali ini jelas merupakan usaha untuk membuat Repelita II makin berhasil” Demikian Presiden Soeharto.

Hidup Rukun

Presiden Soeharto kembali mengingatkan landasan dan falsafah negara kita. Dikatakan oleh Presiden bahwa para pemuka masyarakat, juga para muballigh harus benar2 memahami pandangan hidup masyarakat kita yang beragama.

Demikian penting arti agama dengan kehidupan kita, sehingga dalam pasal 29 UUD 1945 ditegaskan bahwa negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa. Selanjutnya juga ditegaskan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap2 penduduk, untuk memeluk agamanya masing2 dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan itu.

Presiden juga mengingatkan bahwa sifat penting lainnya dari masyarakat kita yang menonjol dan perlu kita pelihara adalah kerukunan, persatuan dan keserasian. Karena itu pula Persatuan Indonesia merupakan salah satu sila dari Pancasila. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan dalam pelaksanaannya mencerminkan hasrat untuk hidup rukun dan serasi di antara semua anggota masyarakat.

Karena itu, demikian Presiden Soeharto, “dalam kita bernsaha untuk mengemban guna kehidupan keagamaan di Indonesia, di dalam kita menikmati jaminan untuk memeluk agama kita masing2 dan beribadat menurut agama dan kepereayaan kita itu, maka keserasian dan persatuan hidup masyarakat kita tidak boleh dikorbankan”.

Pembinaan di Madrasah2

Menyinggung soal penggunaan teknologi sekarang ini, Kepala Negara mengatakan bahwa sudah sangat terang bahwa pembangunan moderen harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tetapi ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus dapat meninggikan martabat manusia. Untuk itu maka menguasai ilmu pengetahuan dan menebalkan kehidupan keagamaan mernpakan usaha yang harns berjalan seimbang, usaha ke arah ini telah jelas tercermin dalam kebijaksanaan yang telah digariskan dalam GBHN. Demikian Presiden Soeharto.

“Dalam sekolah2 umum harns diberi pelajaran agama menurut agama yang dianut oleh anak2 sekolah dan pelajar2 yang bersangkutan. Sebaliknya, dalam sekolah2 agama, misalnya madrasah2, juga perlu diperluas pelajaran2 untuk menambah pengetahuan umum dan berbagai ketrampilan.

” Ditambahkan oleh Kepala Negara bahwa langkah itu sangat penting, agar kelak, anak2 yang telah menyelesaikan pendidikan di madrasah2 itu mampu berdiri sendiri dan dapat menyumbangkan tenaganya bagi pembangunan masyarakat. Menyinggung mengenai dana yang telah dapat dihimpun dari ummat Islam Presiden mengemukakan bahwa jumlah tersebut telah mencapai jumlah yang lumayan. Antara lain disebutkan bahwa Dana Kerokhanian Sosial yang dapat kita himpun dari uang perhitungan sisa ONH, mulai Nopember 1969 sampai dengan 31 Oktober 1974 ini meneapai Rp. 5.201.851, 43.

Kurang lebih setengah dari dana yang terhimpun itu telah dinikmati oleh masyarakat Islam, Sedangkan sisanya masih menunggu pereneanaan penggunaan yang setepat-tepatnya. Dana itu menurnt Presiden telah tersebar kembali di selurnh Indonesia dalam bentuk pembangunan atau perbaikan lebih dari 65 masjid, lebih dari 70 madrasah dan pesantren, 5 rumah sakit, 5 panti Asuhan, untuk kegiatan2 dakwah, untuk korban bencana alam dan lain2 keperluan masyarakat Islam. Penyelesaian masjid Istiqlal yang megah dan indah di ibukota inipun, sebagian dibiayai dari dana ini. Demikian Kepala Negara.

Agar Dibentuk Wadah Baru

Kepala Negara juga menyinggung mengenai meningkatnya jumlah calon haji dari tahun ke tahun sebagai pertanda suksesnya pembangunan kita sekarang ini. Selain itu kepala negara juga mengharapkan agar dapat menghimpun kemampuan seluruh ummat beragama, Indonesia agar pembangunan bangsa ini betjalan makin cepat dan lancar.

“Maka saya menyerukan agar dapat diusahakan suatu wadah atau forum dimana para ulama dan pemuka, berbagai agama atau wakil2 dari organisasi keagamaan yang ada, seperti rnisalnya dari Majelis Ulama Islam, MAWI, DGI, Sekretariat ketjasama Kepercayaan dan lain2, dapat berhimpun, berembuk dan beketja sama dalam rangka terus menerus memupuk kerukunan, saling pengertian, hormat menghormati antara pemeluk2 agama yang berlainan”. Demikian akhir amanat kepala negara. (DTS)

SUMBER: BERITA BUANA (2/12/1974)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 509-511.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.