PRESIDEN SESALKAN SUARA2 NEGATIF TENTANG PROYEK PERUMAHAN RAKYAT
Presiden Soeharto menyesalkan suara-suara sementara orang yang mengatakan, bahwa rumah-rumah sederhana dan rumah-rumah inti yang sedang giat dibangun oleh pemerintah sekarang ini sebagai tidak memenuhi kebutuhan dan tidak pantas ditinggali oleh suatu keluarga dalam negara yang merdeka.
”Mungkin, yang mengatakan seperti itu hanyalah mereka yang telah tinggal di rumah-rumah besar dan mewah. Akan tetapi, bagi kebanyakan rakyat kita yang selama ini tinggal di rumah-rumah yang lebih buruk, yang tinggal di lingkungan yang lebih menyedihkan, pembangunan perumahan sekarang ini, sungguh merupakan perbaikan tingkat kehidupan yangjauh lebih baik”, demikian Presiden menandaskan dalam sambutannya sewaktu meresmikan proyek perumahan Perum PERUMNAS di Banyumanik, Semarang hari Sabtu yang lalu.
Pada acara peresmian yang dihadiri oleh beberapa Menteri Kabinet Pembangunan III, dan para pejabat Jawa Tengah itu, Presiden mengatakan, pembangunan perumahan mempunyai arti yang penting bagi pembangunan bangsa Indonesia. Tanpa perumahan yang layak, tidak mungkin timbul kesejahteraan keluarga, dan tanpa kesejahteraan keluarga tidak mungkin timbul bangsa yang sejahtera, katanya.
Program REPELITA III
Dengan mengemukakan, pembangunan perumahan memang mendapat perhatian dari Pemerintah dalam REPELITA III sekarang ini, pada kesempatan itu kembali mengingatkan masyarakat, bahwa pembangunan perumahan sama sekali tidak berarti pemerintah menyediakan secara cuma-cuma sebuah rumah kepada setiap keluarga.
”Kebijaksanaan pokok pemerintah adalah menciptakan iklim agar bahan perumahan tersedia dengan cukup dan dalam batas harga yang terjangkau oleh kebanyakan orang”, kata Presiden mengingatkan.
Ditambahkan, dalam REPELITA III ini akan dibangun rumah-rumah inti dan rumah sederhana sekitar 120.000 rumah di samping sekitar 30.000 rumah melalui Bank Tabungan Negara.
Masih dalam REPELITA III, menurut Kepala Negara juga akan dilanjutkan usaha pemugaran perumahan di 6.000 desa yang tersebut di seluruh Indonesia, serta usaha meningkatkan air bersih untuk kota-kota kecil sedang perbaikan kampung bagi 3,5 juta penduduk kota akan dilakukan penyehatannya.
Sebanyak 4.500 Unit Rumah
Dalam pada itu Menteri Urusan Perumahan Rakyat, Drs. Cosmas Batubara melaporkan rumah yang diresmik:an di Banyumanik Semarang itu berjumlah 4.500 unit, yang terdiri dari 2.000 unit dengan luas lantai 33 meter persegi dan 2.500 unit rumah dengan luas lantai 21 meterpersegi.
Untuk menempati rumah-rumah tersebut telah diterima sebanyak 4.250 permohonan, dan dari jumlah permohonan itu untuk tahap pertama hingga saat peresmian telah dinyatakan lulus sebanyak 1.976 permohonan, dan mereka yang lulus sudah mulai menghuni rumah-rumah tersebut.
Selanjutnya mengenai hasil pembangunan perumahan rakyat oleh Perumnas, Menteri Muda Drs. Cosmas Batubara mengatakan, sesuai dengan target selama Pelita II yang lalu, telah selesai dibangun sebanyak 73.072 unit rumah yang tersebar di wilayah JABOTABEK (Jakarta, Bogor/Depok, Tangerang dan Bekasi) sebanyak
76.292 unit dan kota-kota lainnya seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, Surabaya, Medan, Padang, Samarinda, Pontianak dan Ujung Pandang sebanyak 36.750 unit rumah.
Pada acara peresmian lbu Tien Soeharto berkenan memberikan kunci rumah kepada wakil penghuni, dan Gubernur Jawa Tengah Soepardjo Roestam memberikan pohon cengkeh.
Proyek Listrik Jateng
Sebelum meresmikan proyek perumahan Perumnas tersebut, paginya Presiden Soeharto berkenan pula meresmikan berfungsinya proyek pengembangan kelistrikan untuk daerah Jawa Tengah. Peresmian dilakukan dengan menekan tombol tanpa pidato sambutan bertempat di depan proyek pembangkit tenaga listrik PLTG yang baru selesai dibangun dekat pelatihan laut Semarang.
Kepala Proyek, Joko Soemarno melaporkan, proyek pengembangan kelistrikan yang diresmikan oleh Presiden Soeharto pagi itu meliputi dua unit PLTG dengan masing-masing kapasitas 20 MW, kemudian PLTD di tujuh lokasi (Tegal, Majenang, Cilacap, Yogya, Solo dan Tuban) yang seluruhnya berkapasitas 24 MW, proyek transmisi dan gardu induk, jaringan distribusi.
Seluruh proyek menelan biaya sebanyak Rp 108,4 milyar lebih. Dan dengan selesainya proyek kini dari 9.016 desa di Jawa Tengah dan Yogyakarta, kini sudah tercatat 1.050 desa yang masuk listrik, yang berarti ada penambahan sebanyak 685 desa, karena sebelumnya yang tetjangkau listrik baru 365 desa.
Dalam pada itu Menteri Pertambangan dan Energi Soebroto mengatakan, pemerintah dalam REPELITA III ini akan mengusahakan program listrik masuk desa untuk desa tingkat swasembada. Dikatakan, usaha pembangunan listrik di Indonesia adalah untuk mengejar ketinggalan kita dari negara-negara lain, yang untuk tingkat ASEAN saja Indonesia sekarang ini dalam hal kebutuhan listrik sebenarnya masih ketinggalan bila dihitung watt per kepala.
Dapat di tambahkan proyek pengembangan kelistrikan untuk Jawa Tengah dan Yogya yang diresmikan oleh Kepala Negara mendapat bantuan pinjaman dari luar negeri, antaranya dari Amerika Serikat untuk PLTG Semarang Unit II (tempat peresmian-red) sebanyak U.S.$.3 juta lebih, untuk PLTG Unit III dari Perancis sebanyak F.F.35,6 juta lebih, untuk proyek PLTD di tujuh lokasi dari Jerman Bar at sebanyak D.M. 5,5 juta lebih dan dari Amerika Serikat sebanyak US.$.1,9 juta lebih.
Untuk proyek transmisi 150 £V danjaringan sepanjang 872 km sirkit dari Jerman Barat sebanyak D.M.73,4 juta lebih dan dari Amerika Serikat sebanyak US.$.19,9 juta lebih, sedang untuk jaringan distribusi dari Jerman Barat sebanyak D.M. 1,4 juta lebih, dan dari Amerika Serikat sebanyak US.$.29.8 juta lebih.
Semua proyek masih ditambah lagi dengan biaya rupiah sehingga jumlah biaya seluruhnya mencapai Rp108,4 milyar lebih kalau bantuan pinjaman asing tersebut juga dirupiahkan. (DTS)
…
Semarang, Suara Karya
Sumber: SUARA KARYA (09/07/1979)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 494-496.