PRESIDEN SETUDJUI TOKOH2 MUDA “JANG TIDAK” TJALON GOLKAR?[1]
Oleh : Tolib Sumbogo
Jakarta, HARIAN KAMI
Dengan diumumkannja daftar tjalon Sementara Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakjat Tahun 1971 untuk Daerah pemilihan, maka itulah kita bahwa nama2 seperti : 1). Liem Bian Hie 2). Liem Bian Koen 3). David Napitupulu 4). Cosmas Batubara 5). Sugiarso 6). Sugiarto 7). Wartono 8). Harjadi Darmawan 9). Dr. Nidian Sirait 10) Rachman Tolleng 11). Daan Jahja 12). Sulistio SH dan 13). Sumiskum ternjata tidak dapat dalam daftar tjalon Golkar tsb. Padahal mereka2 adalah djago2 muda Golkar.
Jang selama ini selalu membawa mission pembaharuan baik jang ditawarkan lebih, Opsus (Uem Bian Kie cs) meskipun lewat forum2 lainnja demikian pula kita tidak melihat nama2: 1). Nono Anwar Karim 2). Adnan Buyung Nasution 3). Marlie Muhammad 4). Fahmi Idris Sedang dikalangan orang2 muda menginginkan pembaharuan2 nama2 ini tjukup. Selebihnja kita hanja melihat nama Zamroni dalam daftar tjalon dari NU untuk daerah pemilihan Djawa tengah dan nama Sajuti baik dalam daftar tjalon Golkar dari Djakarta Raya. Dua Nama terachir ini sebenarnja perlu dikaitkan dengan nama tersebut diatas, Sangat menarik perhatian kiranja adalah terdapat sebuah partai dari tjalon Parmusi, dari Golkar, itu masih dapat di-tjari2 pengertiannja setjara “chusus”. Misalnja dikatakan sebagai alasannja ialah karena mereka2 ini “tidak disenangi oleh Opsus” (Liem Bian Kie cs) berhubung mereka barangkali ada indikasi Islam atau PSI “tukang kritik”. Hal seperti itu bisa sadja. Tapi bila 13 nama tsb paling atas itu tidak tertjantum, ini baru aneh. Dan biasanya terhadap sesuatu keanehan orang lalu berpikir dan mentjari apa latar belakangnja. Kemudian kita teringat kepada berita2 bahwa akan ada 25 orang jang “diangkat” sebagai anggota DPR pilihan rakjat nanti, kita terangsang untuk mengira-ngira barangkali mereka2 inilah orang2nja Sebab tidak mungkin mereka ini tidak bakal mendjadi wakil2 rakjat nanti. Rakjat sebenarnja sudah lama mengetahui bahwa mereka ini mempunjai djasa jang tjukup besar dalam kerdja besar menegakkan Orde Baru. Beberapa diantaranja adalah pemimpin Kesatuan Aksi. Beberapa lainja adalah tokoh2 dari DPR GR dan Liem Bian Kie dan Liem Bian Koen adalah orang2 Opsus. Sedangkan Opsus sebagai arsitek dari banjak perobahan2 dibidang sosial politik, mempunjai wibawa jang besar dalam penentuan tjalon2 dari pihak Pemerintah jang dalam hal ini adalah Sekber Golkar. Maka sangatlah aneh kalau nama Liem Bian Kie/Liem Bian Koen tidak ditjantumkan mereka diakui oleh tokoh2 muda lainnja adalah tokoh muda didalam Opsus jang banjak mendjalankan pembaharuan2 itu.
“Dinegeri orang2 Melayu” ini rahasia hampir tidak ada. Disini anak2 sekolah kenal Opsus. Mahasiswa2 tahu BAKIN dan disamping itu tahu pula siapa 2 tokoh2nja selandjutnja terkadang tahu pula “intel2nja”. Maka djangan heran kalau orang2 tahu siapa Liem Bian Kie. Tahu pula siapa Sumiskum, siapa Sulistio, tahu David Bapitupulu, tahu pula siapa J. Naro SH mereka ini dianggap sangat erat hubungannja dengan para “policy maker” kelompok ketjil jang mengambil keputusan2. Maka seribu heran kalau mereka tidak ditjalonkan. kalau tidak mereka siapa lagi jang diharapkan bakal menundjang program2 pembaharuan jang didjalankan oleh Djenderal Soeharto? Tentu sadja Djenderal Soeharto tidak mengharapkan sokongan penuh dari tokoh2 parpol seperti Mintaredja SH, Hadisupeno, Rusli Abdul Wahid, Hasjim Ning dsb. Djuga Djenderal Soeharto tidak akan mengharapkan dari tokoh2 ex Masjumi dan PSI. Kiranja bagi Djenderal Soeharto sudah djelas bahwa masa bulan madu bagi partai2 sudah berlalu. Menghidupkan kembali supremasi kepartaian berarti menentang ABRI sendiri. Apalagi djauh dari segalanja kalau diharapkan Djenderal Soeharto akan membenarkan partai NU jang merupakan golongan ortodoks Islam itu.
Dengan ratio inilah kira2 maka Djenderal Soeharto ingin “memelihara” satu kelompok sipil jang terdiri dari tokoh2 muda dan tidak berorientasi kepada partai2 jang selalu memberikan sokongan kepadanja. hal ini sudah memberikan manfaat telah diberikan oleh Liem Bian Kie cs lewat Opsus. Group sipil jang bekerdja sama dengan Opsus ini tidak segan2 menghantam partai2 jang sudah lapuk itu. Walaupun opsi masjarakat terutama dari majoritas Islam menentangnja. Melihat effektifitas Liem Bian Kie cs Islam barangkali jg membuat Djenderal Soeharto mengambil keputusan (sebab diketahui bahwa Djenderal Soeharto sangat berhati2 dalam mengambil keputusan) untuk memelihara sekelompok ketjil sipil, jang akan diangkatnja nanti sebagai anggota DPR tanpa melalui pemilihan.
Andaikata analisa (analisa ala PSI) tsb. dianggap dapat didjadikan titik tolak dalam mengartikan ketidak terdapat tokoh2 muda orde baru itu dalam daftar tjalon2 Golkar, maka tentu sadja rakjat ingin tahu siapa sm orangnja jang bakal diangkat itu? setelah melihat nama2 tjalon dan setelah tidak melihat nama2 tertentu maka dibawah ini kita tjoba susun daftar nama2 dari orang2 jang diangkat tsb. jaitu kira2 sebagai berikut:
Pertama 13 nama tsb paling dulu tadi jaitu, 1) Liem Bian Kie 2) Liem Bian Koen 3). David Nainggolan 4). Cosmas Batubara 5). Sugiarso 6). Sugiarto 7). Wartono ). Hatjadi Darmawan 9). Dr Midian Sirait 10). A, Rahman Tolleng 11). Daan Jahja 12). Sulistio SH 13). Drs. Sumiskum.
Ditambah dengan dua nama dari anggota DPR GR sekarang jaitu 14). Jhony Simandjuntak 15). I. Rohali Sani. Selebihnja kita ambil dari nama2 pengasuh harian SUARA KARYA jaitu harian jang dikeluarkan oleh Golkar (tapi jang dibina oleh Opsus barangkali ?) jaitu 16). Djamal Ali 17). Soemarno. 18). Tkorda Raf Sudharto 19). Hendro Budijanto 20). Pintor Simandjuntak 22). Lubis Raolin 23). Sudjati 24). AR Rangkuti dan 25). Sapardjo.
Inilah kira2 “orang2nja” jang bakal diangkat itu Tapi ini hanja “raba2” sadja tentu sadja ada diantara nama2 tsb. jang meleset karena daftar ini di susun dari luar Opsus, karenanja tentu sadja orang dalam sudah tahu lebih dulu. entah siapa sebenarnja nanti (atau sekarang) jang diperintahkan oleh Djenderal Soeharto untuk menjusun daftar tjalon2 jang diangkat ini, kita tidak bakal tahu Tapi biasanja sebagai seorang djenderal tentu sadja Presiden Soeharto tidak akan meninggalkan dua peralatan in telnja jaitu Opsus dan BAKIN kita berdoa (hanja bisa berdoa) semoga Opsus dan BAKIN dalam menjusun 25 nama dapat mewakili tangan rakjat jang menghendaki pemeliharaan dan pembangunan. (DTS)
Sumber: KAMI (18/03/1971)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku II (1968-1971), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 639-641.