PRESIDEN SETUJUI PENDIRIAN PUSPIPTEK DI SULTRA
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto menyetujui pendirian Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) di Sulawesi Tenggara yang tugas utama nya antara lain melakukan penelitian tentang pembangunan pedesaan.
Masalah pendirian Puspiptek itu dijelaskan Gubernur Sultra Alala kepada wartawan setelah melapor kepada Kepala Negara di Bina Graha, Sabtu tentang perkembangan pembangunan di propinsi itu.
Alala mengatakan pusat penelitian tersebut khusus bertugas untuk mengembangkan propinsi itu serta daerah-daerah tingkat satu lainnya di Indonesia Bagian Timur (IBT).
Di tanah air, sampai sekarang baru terdapat satu Puspiptek yaitu di Serpong Tangerang, Jabar yang mengkaji teknologi melalui berbagai laboratorium antara lain uji konstruksi, getaran. Puspiptek Serpong juga memiliki terowongan angin.
Kepada Kepala Negara, juga dilaporkan tentang pemanfaatan aspal alam di Pulau Buton yang selama beberapa tahun terakhir ini sulit dipasarkan. Kesulitan itu timbul antara lain karena terlalu tingginya kadar kapur pada aspal Buton itu.
Alala mengatakan dahulu aspal ini dikelola oleh PT Sarana Karya, sebuah BUMN di lingkungan Departemen Pekeijaan Umum. Namun sekarang sebuah perusahaan patungan antara pengusaha nasional dan Australia ikut menggarap hasil penambangan ini. Ketika menanggapi laporan itu, Presiden minta agar pemerintah juga ikut serta dalam proyek patungan ini.
Sumatra Utara
Di tempat yang sama, Presiden juga menerima Gubernur Sumatra Utara, Raja Inal Siregar yang melaporkan perkembangan pembangunan daerahnya selama enam bulan terakhir ini. Raja Inal setiap enam bulan menyampaikan laporan kepada Kepala Negara. Dalam keterangannya kepada wartawan seusai pertemuan itu, Raja Inal
mengatakan, kelangkaan listrik di daerahnya secara bertahap berhasil diatasi. Sekarang, kata mantan Panglima Kodam Siliwangi ini, sudah tidak ada lagi giliran pemadaman listrik terutama di Medan.
Kelangkaan listrik ini berhasil diatasi melalui penambahan pusat listrik di Belawan, Medan. Ia mengatakan sebenarnya listrik yang dihasilkan PLTA Asahan juga ingin dimanfaatkan oleh pemda untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat.
Namun ia menolak menjelaskan lebih lanjut mengapa sampai sekarang listrik yang dihasilkan PLTA Asahan tidak bisa dimanfaatkan PLN.
Raja Inal juga melaporkan perkembangan Rutan Tanaman Industri (HTI) yang selama Repelita V ini ditargetkan mencapai 140.000 ha namun sekarang baru terlaksana 28.265 ha. Masalah tanah merupakan salah satu faktor penghambat pelaksanaan program HTI ini, katanya.
Sumber : ANTARA (01/06/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 651-652.