PRESIDEN SINYALIR, WAWASAN POLITIK WANITA DESA LEBIH LUAS

PRESIDEN SINYALIR, WAWASAN POLITIK WANITA DESA LEBIH LUAS

 

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto mensinyalir wawasan politik kaum wanita pedesaan lebih tinggi dari pada para suami mereka. Hal ini terjadi karena kaum wanita pedesaan lebih banyak mendapat latihan seperti misalnya simulasi P-4, penataran bidang keluarga berencana dan lain sebagainya, sementara kaum prianya lebih sibuk mencari nafkah.

Pengamatan Kepala Negara ini diungkapkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Wanita Karya (HWK) Ny. Nani Soedarsono kepada para wartawan seusai bertemu Waki IPresiden Sudharmono di lstana Merdeka Selatan hari Sabtu kemarin ( 14/3). Sebelum ini, tanggal 9 Maret lalu, Dewan Pimpinan Pusat HWK juga bertemu Presiden Soeharto di Bina Graha, Jakarta. Mereka yang bertemu Presiden dan Wapres, selain Ny. Nani Soedarsono, antara lain j uga Ny. Inten Soeweno (Pekjen), Ny. Mien Soegandhi (Ketua), Sri Redjeki Sumaryoto SH (Ketua), Yama Nugraha Besoes, Pratiwi Soedharmono (Ketua Departemen Litbang) dan Iris Indira Moerti (Ketua Departemen Penerangan)

Menjelaskan mengenai pengamatan Presiden tersebut kemarin, Nani Soedarsono mengatakan, kaum wanita di desa lebih pandai daripada suami mereka. “Ini benar, coba lihat dalam acara cerdas cermat di televisi, selalu yang tegar dan tegas, adalah jawaban dari wanita,” jelasnya. “Ini bisa terjadi karena mereka setiap hari diberi latihan, sirnulasi P-4, penataran keluarga berencana, itu kanmembuat wawasan politik nasional mereka lebih kuat daripada pria. Sedang suaminya sebagai pencari nafkah membuat tidak ada waktu lagi. Ini disinyalir oleh Bapak Presiden juga,” lanjut mantan Menteri Sosial tersebut.

Karena itu, jelas Ketua Umum DPP HWK, diharapkan agar seluruh keluarga betul-betul mendapat porsi pendidikan, rnisalnya simulasi P-4, jadi bukan ibu-ibu saja. “Kalau para suami pada malam hari, anak-anaknya setelah selesai sekolah,” ujarnya.

 

Keluarga Produktif

Kemarin DPP HWK juga membeberkan sumbangan pemikiran HWK untuk penyusunan GBHN 1993 kepada Wakil Presiden. Sebelumnya hal- itu juga disampaikan kepada Presiden.”Pemikiran kami itu tentu kita salurkan lewat Golkar,” ujar Nani.

Sumbangan pemikiran HWK untuk GBHN 1993 itu, kata Nani Soedarsono, terdiri dari empat butir, yakni masalah keluarga, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta ketenagakerjaan.

Menurut Nani Soedarsono, pemikiran tentang keluarga berkaitan lebih diintensifkan. Dan sudut pandang mengenai keluarga tersebut bukan hanya sebagai kesatuan genetik, tidak hanya dalam kesatuan sosialnya, tapi juga disesuaikan dengan tingkat kemajuan teknologi dan modernisasi, yaitu diarahkan ke unit ekonomi.

“Jadi kalau sebelumnya ditekankan bahwa hanya ayah sebagai pencari nafkah, sekarang ibu-ibu juga, bahkan demi peningkatan taraf hidup unit keluarga, seluruh anggota keluarga itu hendaknya menjadi tenaga yang produktif Itu sasaran kita.”

“Tanpa mengabaikan sasaran utama menegakkan kesehatan ibu dan anak,” sambung Ny. Nani Soedarsono, “Untuk mengantisipasi masa mendatang kita harus bisa menciptakan bahwa peranan dari keluarga yang utuh tidak hanya di bidang sosial budaya, di bidang wawasan berbangsa bemegara, di bidang wawasan politik nasional, tapi juga berwawasan sebagai kesatuan unit keluarga bergerak di bidang industri. Juga di Tasikmalaya, Cirebon dan lain-lainnya. Ditempat-tempat itu keluarga merupakan unit ekonomi, demi meningkatnya kesejahteraan,” ujarnya.

 

Jangan Mengecewakan

Kepada Wapres kemarin dilaporkan tentang hasil Munas ke-3 HWK tanggal 18-20 November lalu dan susunan DPP HWK yang baru menurut pemilihan dalam Munas tersebut.

Dalam kesempatan ini Wapres juga mengingatkan agar HWK bisa melihat saat penting yang menentukan sekarang ini, yakni menjelang berakhimya pembangunan jangka panjang pertama dan memasuki pembangunan jangka panjang kedua, yaitu era tinggal landas dari pembangunan.

Kemudian Wapres mengatakan bahwa wanita selama pembangunan jangka panjang pertama itu telah memberikan andil yang sangat besar. Keberhasilan kaum wanita itu tidak hanya di tingkat nasional saja, tapi juga di tingkat internasional. Sebab itu diharapkan agar kaum wanita tidak akan mengecewakan proses pembangunan bangsa di masa mendatang.

Kemudian Wapresjuga memberi pesan, HWK tidak bisa terlepas dari kegiatan politik yang ada, karena itu organisasi ini diharapkan siap untuk mensukseskan Pemilu mendatang. “Dan berdasarkan hasi l Munas, kami HWK memang punya program untuk memenangkan Pemilu tahun 1992, dan kami telah mengeluarkan pernyataan sikap,”ucap Ny. Nani Soedarsono.

 

 

Sumber : KOMPAS (15/03/1992)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 99-101.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.