Presiden Soeharto: ABRI HARUS JALANKAN TUGAS SOSPOL SECARA PROFESIONAL
Bogor, Kompas
Presiden Soeharto menegaskan, ABRI harus mampu menjalankan tugas sosial politik secara profesional, sama seperti yang dilakukan terhadap tugasnya dalam bidang pertahanan keamanan. Dan, tugas-tugas sosial politik ini harus dilaksanakan sesuai dengan perkembangan strategis pembangunan nasional itu sendiri, dan sesuai dengan perkembangan rnasyarakat.
Penegasan tersebut diutarakan Presiden pada Perayaan Hari Ulang Tahun Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) ke-31 yang berlangsung Jum’at malam (6/3) di Markas Divisi I Kostrad, Cilodong, Bogor, Jawa Barat. Hadir dalam acara itu antara lain, mantan Pangkostrad Himawan Soetanto, Soeweno, Wiyogo Atmodaminto yang kini Gubernur DKl Jakarta, Letnan Jenderal TNI Sahala Rajagukguk yang kini Wakil KSAD, KSAD Jenderal TNI Edi Sudradjat, Pangab Jenderal TNI Try Sutrisno, dan Mentrans Soegiarto.
Selaku sesepuh Kostrad, Kepala Negara yang merupakan Pangkostrad pertama (1961-1965), dalarn pesan-pesannya yang dibacakan Pangab Jenderal Try Sutrisno mengemukakan tugas pertahanan kearnanan bukanlah satu-satunya tugas yang diemban oleh ABRI. Sebab, ABRI juga berperan sebagai stabilisator dan dinamisator dalam peranannya sebagai kekuatan sosial politik. Dan, tugas lain yang tidak kalah penting adalah ikut mengamankan dan menyukse skan pernbangunan nasional bersama-sama segenap kekuatan yang ada dalarn masyarakat.
Menurut Presiden, dalam melaksanakan pembangunan dewasa ini potensi, kreativitas, dan prakarsa masyarakat sangat diandalkan. Untuk menciptakan kondisi dan peluang agar semuanya itu dapat tumbuh dan berkembang terus dibutuhkan ketja keras. Pelaksanaan strategi ini dinilai telah cukup berhasil.
Karena itu, tambah Kepala Negara, seluruh jajaran teritorial dan karyawan ABRI perlu memperdalam pengertian serta pemahamannya terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. “Hanya dengan pemahaman dan pengertian yang rnendalam itulah jajaran ABRI dapat menunaikan tugasnya dalam bidang pertahanan dan keamanan serta sosial politik, khususnya untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya prakarsa dan kreativitas tadi.”
Dalam pesannya yang kali ini dibawa oleh satu regu penerjun dari pesawat Casa CN-212 -tidak seperti di tahun-tahun sebelumnya-Presiden mengemukakan, Kostrad selama ini selalu tampil ke depan dalam menanggulangi saat-saat kritis untuk mempertahankan keutuhan Tanah Air.
Satuan Pemukul Strategis
Presiden menilai sebagai satuan pemukul strategis, Kostrad telah menunjukkan pengabdiannya yang besar kepada rakyat, bangsa, dan negara. Tugas pokok itu pun telah berhasil dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan tanggungjawab yang sebesar-besamya.
Namun, Kepala Negara mengingatkan, krisis dan saat-saat kritis bisa terjadi di setiap waktu, baik karena campur tangan dari luar maupun akibat kealpaan sendiri. Krisis, lanjutnya, akan mengalihkan perhatian dan sumber daya yang sangat diperlukan untuk membangun ke bidang-bidang lain yang tidak diprioritaskan. Dalam kaitan ini, Kostrad sebagai satuan pemukul strategis dan merupakan sarana pamungkas yang diandalkan, diharapkan dapat selalu mengikuti perkembangan keadaan, baik di dalam maupun luar negeri.
Sementara itu, Panglima ABRI Jenderal TNl Try Sutrisno dalam amanatnya yang dibacakan KSAD Jenderal Edi Sudradjat mengemukakan, bukanlah suatu hal yang berlebihan apabila setiap prajurit atau warga Kostrad merasa berbangga hati terhadap kesatuannya. Sebab satuan yang mereka cintai itu telah memberikan andil yang tidak kecil dalam mempertahankan dan menjaga keutuhan bangsa dan negara, maupun ikut serta memberikan landasan yang kukuh bagi pemerintahan Orde Baru di bidang pertahanan keamanan, sehingga tugas-tugas pembangunan dalam upaya mencapai tujuan nasional dapat terselenggara sebagaimana yang kita lihat dan rasakan sekarang.
Atas prestasi yang telah dicapai tersebut, Ianjut Pangab, patutlah kiranya kita semua menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pendahulu, para sesepuh satuan ini yang dengan tekun telah merintis, membina dan mengantarkan Kostrad hingga mencapai kemajuan seperti sekarang ini. Selama pengabdiannya kepada bangsa dan negara, Kostrad telah hadir di berbagai medan tugas, di berbagai pelosok Tanah Air dan bersama-sama rakyat menumpas segala bentuk ancaman dan gangguan, yang datang membahayakan keamanan dan keselamatan bangsa dan negara.
Menurut Pangab, kecepatan bergerak ke seluruh wilayah Nusantara serta keunggulan daya tempur merupakan ciri utama Kostrad yang tidak pernah absen dalam mengatasi setiap ancaman yang tetjadi di mana pun di seluruh wilayah Nusantara ini. Itu bukanlah suatu hal yang mengherankan karena Kostrad memang dibentuk dan diarahkan sebagai satuan pemukul yang tangguh dan andal.
Di samping itu, Kostrad juga telah berhasil melaksanakan tugas yang dipercaya kepadanya sebagai duta bangsa yang membawa misi damai melalui keikutsertaan satuanjajarannya dalam pasukan-pasukan perdamaian PBB.
Disiplin Tinggi
Try Sutrisno mengutarakan, saat ini kita berada pada awal bulan suci Ramadhan di mana umat Islam tengah melakukan ibadah puasa. Salah satu aspek yang sangat menonjol dari kegiatan puasa adalah menyangkut masalah disiplin, di mana kedisiplinan dalam menaati aturan/ketentuan lahir dan tumbuh dari kesadaran ketakwaan yang mendalam, tanpa ada yang mengawasi secara langsung, dan bahkan tanpa sanksi nyata secara langsung pula.
Disiplin seperti itulah sebetulnya yang dituntut dari setiap prajurit, termasuk prajurit Kostrad. Sangat disadari bahwa upaya ke arah itu bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan pula mempakan suatu hal yang tidak mungkin diwujudkan.
la menegaskan, dengan disiplin yang tinggi, tugas-tugas satuan akan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil. Dan, keberhasilan itu akan membawa dampak positif kepada satuan maupun bagi prajurit yang bersangkutan. Sebaliknya disiplin yang rendah tidak saja dapat menggagalkan pelaksanaan tugas, bahkan akan dapat membahayakan maupun menghancurkan satuan ataupun bahkan membahayakan kepentingan negara.
“Sekali lagi saya harapkan agar setiap prajurit ABRI menyadari dan memahami bahwa disiplin itu adalah urat nadi kehidupan prajurit yang sangat menentukan, baik bagi pelaksanaan tugas maupun bagi kepentingmmya sendiri,” ujar Try.
Demonstrasi
Peringatan HUT Kostrad ke-31 yang berlangsung pada hari pertama Ramadhan itu berlangsung mulai petang hingga malam hari. Seusai upacara, dilakukan beberapa demonstrasi, antara lain panjat tebing, menembak, bela diri, dan terjun payung yang cukup mendapat perhatian pengunjung.
Demo menembak yang dilakukan ibu-ibu Persit dari Brigif 13, menampilkan kebolehan kaum hawa tersebut dalam membidikkan senjata laras panjang yang berisi peluru hampa itu ke sasaran yang disediakan, mulai dari bola ping-pong dan balon dan diletakkan di atas papan, hingga yang diselipkan di antarajari telunjuk dan jari tengah.
Selesai upacara di lapangan, acara dilanjutkan dengan buk:a puasa bersama. Pada kesempatan tersebut, Pangkostrad Mayjen TNI Wismoyo Arismunandar yang diminta pendapatnya mengenai masalah pembinaan personel mengatakan, yang terpenting adalah menanarnkan semangat kejuangan dan profesionalisme.
Kejuangan, menurut Pangkostrad ke-17 itu adalah sangat menentukan perkembangan, maju dan berhasilnya suatu bangsa. Kejuangan harus dijadikan suatu muara, sebab darinya akan timbul kesetiaan. “Kesetiaan kepada pemimpin, ternan dan anak buah,” ujarnya. Ditambahkan, “disiplin, jiwa korsa dan motivasi pun timbul karena adanya rasa setia tadi. Disiplin tanpa rasa kesetiaan adalah disiplin yang semu. Kalau sudah demikian, dengan sendirinya akan mudah melaksanakan tugas yang diemban” Kejuangan yang kini sudah terbentuk di Kostrad, menurut Wismoyo, perlu terus ditingkatkan kualitasnya. Langkah pertamanya yaitu diterapkan dulu ke regu yang dinilai Wismoyo sangat strategis. Kemudian, bam kaderisasi ke bintara. Peningkatan kualitas itu juga harus terus disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetah uan dan teknologi, terutama dalam penempatan personel.
Sumber : KOMPAS (07/03/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 173-176.