PRESIDEN SOEHARTO AKAN RESMIKAN PEKAN PENGHIJAUAN DI SULAWESI TENGGARA
Presiden Soeharto akan memberikan amanatnya dalam pembukaan Pekan Penghijauan Nasional yang akan berlangsung antara 17-23 Desember 1981 di daerah Sulawesi Tenggara. Pekan penghijauan itu dilakukan pada permulaan musim hujan di dekat perkebunan kapas Sulawesi Tenggara.
Menteri Pertanian Ir. Soedarsono Hadisaputro mengatakan hal itu, Selasa, kepada wartawan di Bina Graha, selesai melapor kepada Presiden Soeharto mengenai masalah pekan penghijauan dan reboisasi. Soedarsono juga melapor tentang kemajuan program bantuan penghijauan dan reboisasi, yang sejak Pelita III secara terus-menerus diusahakan untuk diadakan penyempurnaan.
Prinsip penyempurnaan tersebut adalah mengubah metoda vegetatif ke dalam metoda campuran yaitu carnpuran antara metoda vegetatif dengan metoda sipil.
Metoda vegetatif adalah penghijauan yang dilaksanakan dengan menanam pohon2an yang hanya terjadi di dalam hutan. Dengan demikian erosi dapat dikendalikan dan tata air dapat diatur lebih baik, kata Soedarsono.
Selanjutnya dikemukakan, reboisasi dilakukan di tanah hutan sedang penghijauan di tanah rakyat.
Mengenai keberhasilan penghijauan, Menteri menyatakan masih kurang, karena sistemnya kurang sesuai dengan tujuan petani. Mulai tahun 1980 diadakan perbaikan berdasarkan percobaan sebelumnya, terutama mengenai tanahnya.
Selama Pelita III di seluruh Indonesia dilakukan penghijauan seluas 578.000 hektar, dari rencana seluas 689.000 hektar (1979-1980).
Sedang pelaksanaan reboisasi tahun 79-80 rencananya amah 300.000 hektar, yang terealisasi 200.000 hektar (67 persen).
Penghijauan tahun 1980-81 menurut rencana 678.000 hektar, direalisasi seluas 495.000 hektar (85 persen), sedangkan rencana reboasasi tahun 80-81 adalah 238.000 hektar, realisasinya 181.000 hektar yang berarti berhasil 76 persen.
Presiden Soeharto menyatakan persetujuannya terhadap metoda kombinasi vegetatif dengan metoda sipil teknik tersebut dan menganjurkan agar diteruskan pada tahun2 berikutnya, dengan demikian program2 panghijauan dapat ditingkatkan.
Menteri Soedarsono mengemukakan, apabila kegiatan penghijauan/reboisasi merupakan rehabilitasi tanah baik, sekaligus berarti berusaha meniadakan tanah kritis.
Soedarsonojuga menyinggung tentang sistem perladangan yang umumnya terdapat di luar Jawa, yaitu bentuk usaha tani dalam menggunakan lahan hutan yang dibuka untuk menghasilkan bahan makanan.
Masalah perladangan akan diusahakan ditangani dengan memanfaatkan biaya reboisasi yang merupakan dana jaminan reboisasi yang dipungut dari para pemegang hak pengusahaan hutan (HPH).
Para pemegang HPH diharuskan menyimpan dana reboisasi dengan tujuan apabila sudah mengadakan reboasasi di daerahnya, uang itu dapat diambil kemballi.
Soal Impor Kelapa Sawit
Dalam keterangannya mengenai produksi kelapa sawit, Menteri Pertanian mengemukakan tentang kebutuhan akan minyak goreng di Indonesia.
Semula Indonesia menggunakan minyak goreng dengan bahan kelapa. Karena produksi kelapa menurun dan rehabilitasi terlambat, maka untuk mengatasi kekosongan akan minyak goreng, ditutup dengan minyak kelapa sawit.
Mula2 hal ini kurang lancar, tetapi lama-kelamaan masyarakat bisa menerima minyak goreng yang terbuat dari kelapa sawit, sehingga penjualan meningkat. Pengusaha berusaha meningkatkan produksi kepala sawit dengan harapan dapat memperbesar ekspornya.
Namun keadaan kelapa sawit produksinya menurun, sedang kepentingan di dalam negeri juga harus dipenuhi, sedangkan Indonesia menjaga agar tidak kehilartgan pasaran di luar negeri. Dengan alasan itu maka pemerintah mengimpor biji kelapa sawit dari Malaysia.
Dalam rangka stabilisasi harga, pemerintah selalu berusaha menguasai produksi, yaitu dengan cara membeli sebagian saham perusahaan.
Yang membeli saham adalah perusahaan2 negara yang ditunjuk dan bukan pemerintah sendiri, Menteri menegaskan.
Pemerintah selalu berusaha agar di waktu mendatang hasil devisa diperbesar, demikian Soedarsono Hadisaputro. (DTS)
…
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (01/12/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 445-447.