PRESIDEN SOEHARTO: ANGGOTA ABRI HARDS TURUT SERTA SUBURKAN KEHIDUPAN DEMOKRASI PANCASILA
Presiden Soeharto mengemukakan, dalam rangka pembinaan bangsa, pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan tidak lain harus berarti memperkokoh pertumbuhan demokrasi Pancasila dan kehidupan yang tertib dinamis secara konstitusional.
Sebagai pejuang pembela dan pendukung ideologi negara, segenap anggota ABRI harus turut serta menyuburkan kehidupan Demokrasi Pancasila ini.
Kepala Negara menyatakan hal ini pada pembukaan musyawarah nasional keluarga besar purnawirawan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Senin pagi, di Balai Sidang Senayan, Jakarta.
Sebagai pejuang, setiap anggota ABRI dan juga yang telah purnawirawan telah bersumpah untuk mempertahankan Pancasila tanpa mengenal menyerah, seperti yang dengan tegas dinyatakan dalam Sapta Marga.
Dalam Sapta Marga inilah, kata Presiden Soeharto, jelas sikap setiap anggota ABRI sebagai pejuang dan sebagai prajurit.
Bangsa Indonesia tidak boleh goyah sedikit pun kesetiaannya terhadap Pancasila, karena Pancasila inilah yang dapat menjamin keselamatan dan kebahagiaan bangsa Indonesia. Segenap anggota Pepabri harus selalu menjadi pelopor dalam mengamalkan Pancasila di segala bidang, karena anggota Pepabri adalah pejuang yang ikut melahirkan dan mempertahankan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Tugas pejuang tidak pernah akan berhenti walaupun tugas sebagai prajurit memang telah berakhir, kata Presiden menekankan.
Sekali lagi, sebagai pejuang pengabdian kepada negara yang berdasarkan Pancasila ini tidak pemah akan berakhir sampai masing-masing dipanggil kembali oleh Tuhan Yang Maha Esa, katanya.
Persoalan pokok untuk sekarang dan seterusnya adalah melaksanakan Pancasila dalam kehidupan nyata, seperti yang pedomannya telah dimiliki bersama dalam P4.
"Pancasila bukan merupakan hasil kompromi antara golongan-golongan dalam tubuh bangsa, melainkan merupakan kesepakatan nasional Indonesia yang bulat, karena Pancasila memang merupakan suara hati nurani seluruh rakyat Indonesia, digali dari bumi kepribadian kita sendiri", demikian Kepala Negara.
Untuk Rakyat dan Tanah Air
Dalam amanatnya kepada para anggota Pepabri, Presiden Soeharto menyatakan pula bahwa setiap kali generasi ’45 berkumpul, harus dengan sadar digunakan untuk menyegarkan diri kembali kepada suasana dan semangat perjuangan yang telah mengantarkannya kepada suksesnya tugas sejarah dahulu.
Waktu itu tidak seorang pun diantaranya yang terjun ketengah2 perjuangan dengan memikirkan balas jasa.
"Juga tidak untuk mengejar kedudukan, pangkat, kekuasaan ataupun harta," kata Kepala Negara.
Satu-satunya tujuan para pejuang ialah membebaskan rakyat dan tanah air dari cengkeraman penjajahan dan mempersembahkan mahkota kehormatan tertinggi bangsa berupa kemerdekaan nasional.
Inilah hendaknya yang terus tertanam dalam jiwa setiap pejuang. Kedudukan, pangkat, kekuasaan dan harta dapat hilang, yang kehilangannya tidak jarang membuat kecewa bagi mereka yang lemah semangat, kata Presiden. Namun kebanggaan sebagai pejuang akan selalu memberi kepuasan rokhani yang tidak pernah akan lenyap.
"Inilah yang membuat pejuang sejati selalu merasa bahagia, menyaksikan bangsa dan negaranya berdiri dengan kepala tegak penuh harga diri sebagai bangsa yang bebas merdeka," kata Kepala Negara lebih lanjut.
Dalam perjuangan dahulu tidak pemah dibedakan apakah teman-teman seperjuangan tersebut berbeda agama, apakah datang dari pulau yang berlainan, apakah berasal dari suku lain, apakah datang dari tingkat sosial yang berbeda-beda, apakah berasal dari orang yang berada atau orang yang tidak berpunya.
Kepala Negara menegaskan bahwa bangsa Indonesia disatukan dan bersatu dengan satu tujuan, ialah merebut dan mempertahankan kemerdekaan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Pernah Goyah
Presiden Soeharto mengungkapkan kembali bahwa Indonesia sendiri pernah mengalami masa dimana persatuan goyah dari dalam. Tubuh bangsa Indonesia pernah menderita Iuka parah karena pergolakan politik dan pergolakan bersenjata, yang bersumber pada adanya keinginan untuk rnengubah dasar negara Pancasila.
Pelajaran sejarah inilah yang harus selalu direnungkan sedalam dalamnya agar bangsa Indonesia tidak mengulangi kesalahannya yang sama, agar rakyat tidak menjadi korban dan terus menderita, kata Presiden.
Kepala Negara mengingatkan agar setiap saat "kita mengingat kembali betapa besar pengorbanan yang diberikan untuk mempertahankan Pancasila itu".
Bagian berikutnya dari tugas sejarah para anggota Pepabri adalah memelopori pelaksanaan Pancasila secara nyata, karena ini merupakan bagian yang penting dari tugas sejarah generasi pembebas, sehingga bangsa Indonesia dapat melanjutkan pembangunan masyarakat yang maju berdasarkan Pancasila, demikian Presiden Soeharto.
Pemilu
Presiden selanjutnya mengemukakan, dalam terus menumbuhkan Demokrasi Pancasila, sangat penting arti pelaksanaan Pemilihan Umum yang diadakan sekali dalam lima tahun.
Pemilu merupakan wujud paling nyata dari pelaksanaan hak hak dan kewajiban demokrasi Indonesia.
"Melalui pemilihan umum itulah," kata Kepala Negara, "setiap warganegara yang berhak memilih wakil2 rakyat yang akan duduk dalam lembaga lembaga perwakilan rakyat kita."
Juga wakil2 inilah yang akan menggariskan haluan2 baru untuk jangka waktu lima tahun berikutnya. Sebagai pejuang, sebagai kekuatan bangsa yang ikut melahirkan dan mempertahankan kemerdekaan nasional, seluruh kekuatan Pepabri bersama sama golongan masyarakat yang lain, turut berusaha agar Pemilu nanti berjalan dengan sebaik-baiknya.
Karena itu, adalah tugas Pepabri untuk mengantarkan rakyat agar ikut serta dalam pemilihan umum dan memilih wakil2 yang dapat menjamin kelanjutan pembangunan serta dapat memperkokoh tegaknya Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
Dengan demikian akan makin memperkokoh kesatuan dan persatuan sarta memperkuat ketahanan nasional, kata Presiden.
Musyawarah nasional ke-8 keluarga besar Pepabri ini bertekad mengambil langkah langkah selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraan warganya, menyukseskan Pemilu 1982 dan Sidang Umum MPR 1983 serta melanjutkan perjuangan 1945 demi pemantapan landasan pembangunan nasional. Presiden Soeharto menganggap pertemuan seperti ini bersifat agak khusus, karena dihadiri pula oleh isteri para purnawirawan dan putra-putri para purnawirawan.
Angkatan-45 telah berhasil merampungkan tugas sejarahnya yang besar, ialah melahirkan Kemerdekaan Nasional.
Ajakan Presiden
Presiden Soeharto selanjutnya mengajak anggota Pepabri untuk menjadikan organisasi ini sebagai wadah penerusan nilai2 ’45 kepada generasi muda, khususnya putra-putri warga ABRI.
Kepala Negara menyambut baik dikembangkannya forum2 komunikasi puteraputeri warga ABRI, bagi kelanjutan pelaksanaan Pancasila dan UUD 45 yang akan dapat diteruskan oleh generasi2 selanjutnya. (DTS)
…
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (12/10/1981)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 472-475.