PRESIDEN SOEHARTO CANANGKAN GERAKAN KB LINGKARAN EMAS GANTIKAN GERAKAN KB LINGKARAN BIRU

PRESIDEN SOEHARTO CANANGKAN GERAKAN KB LINGKARAN EMAS GANTIKAN GERAKAN KB LINGKARAN BIRU[1]

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto mencanangkan Gerakan Keluarga Berencana (KB) Lingkaran Emas menggantikan Gerakan KB Lingkaran Biru, untuk terus memotivasi peran masyarakat sehingga KB merupakan bagian kehidupan dan kebutuhan keluarga dan masyarakat.

“Dengan demikian, Keluarga Berencana merupakan gerakan masyarakat yang berlangsung secara mandiri dan makin mantap, ” tegas Kepala Negara pada peringatan Hari Koperasi Ke-45, Hari Krida Pertanian Ke-20 dan Hari Gerakan Keluarga Berencana Ke-22 (Pertasi kencana) yang berlangsung di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, hari Minggu petang (12/7).

“Untuk tahun-tahun yang akan datang, gerakan Keluarga Berencana tidak boleh hanya menyangkut pengendalian kelahiran, tetapi juga harus makin mendewasakan usia kawin, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga,” katanya. Dalam kesempatan itu, Presiden Soeharto melalui Keppres No. 028/TK/Tahun 1992 menganugerahkan tanda kehormatan Satyalancana Pembangunan kepada 51 pejabat dan pengusaha, masing-masing enam gubernur (Di Aceh, Riau, Lampung, DKI Jakarta, Sulsel, dan Irja), satu Wagub (Bidang Ekbang Jabar), Sekwilda Sumbar, Pembantu Gubernur Jatim di Malang, 34 bupati dan mantan bupati, lima walikota madya, dan tiga pengusaha masing-masing Komisaris Utama PT. Ariyo Seto Wijoyo, Sigit Haryoyudanto. Preskom PT. Indocement Tunggal Prakarsa Soedono Salim dan Ketua Masyarakat Perhutanan Indonesia H. Mohammad Hasan.

Kepala Negara berdasarkan Keppres No. 029/ TK/ tahun 1992 juga menganugerahkan tanda kehormatan Satyalancana Wira Karya kepada 26 pejabat, masing-masing enam gubernur (Sumsel, Bengkulu. NTB, Kalbar, Kalteng, Sulawesi Tenggara), tiga wagub (Jatim, Jabar, Sumbar), pembantu gubernur Jabar di Purwakarta, 14 bupati, dan dua Walikota madya.

Penghargaan juga disampaikan kepada tiga pengurus KUD/koperasi terbaik tingkat nasional, dan masing-masing seorang akseptor KB dan UP-PKA -KB terbaik.

Berhasil

Presiden menegaskan, sasaran program KB bukan sekadar membatasi kelahiran, tapi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sebagai kesatuan terkecil masyarakat. Ditambahkannya, penduduk yang besar memang merupakan kekuatan pembangunan. Namun penduduk yang besar juga memerlukan sarana kehidupan yang besar pula. Bila sarana kehidupan itu tidak dapat dicukupi, maka Indonesia akan menghadapi kesulitan besar dan penderitaan berat.

“Apabila kemajuan pembangunan tidak dapat mengejar pertambahan jumlah penduduk, maka mustahil kita merasakan kemakmuran dan kesejahteraan yang kita idam-idamkan, “tekannya.

Presiden bersyukur, program KB berhasil. Hal ini terutama disebabkan oleh kesadaran masyarakat sendiri. Program ini telah berhasil menanamkan kesadaran, bahwa keluarga kecil merupakan kunci bagi terwujudnya keluarga bahagia dan sejahtera yang menjadi landasan kuat bagi terwujudnya masyarakat adil makmur dan sejahtera. Meskipun demikian, tambah Presiden Soeharto, bangsa Indonesia harus tetap menjaga dan terus meningkatkan pelaksanaan KB. Ditegaskan, dalam melaksanakan KB perlu terus ditingkatkan peran masyarakat sehingga KB merupakan bagian kehidupan dan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, KB merupakan gerakan masyarakat yang berlangsung secara mandiri dan makin mantap.

Diingatkan, yang juga sangat penting dilakukan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah pembangunan koperasi. Membangun koperasi merupakan amanat UUD yang tak boleh ditawar-tawar. Disadarinya, membangun koperasi itu tidak mudah. ”Tanggung jawab membangun dan membina koperasi terletak di pundak kita semua, ” katanya.

Di awal sambutannya, Presiden Soeharto juga bersyukur bahwa berkat kerja keras sejak hampir 10 tahun lalu bangsa Indonesia berhasil mencapai, swasembada beras.

Diingatkan, pembangunan bidang pertanian tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok rakyat. Pembangunan pertanian meliputi bidang yang sangat luas, termasuk perikanan, peternakan dan perkebunan.

Disadari pula, tingkat kesejahteraan para petani belum mencapai tingkat yang tinggi, sehingga bangsa Indonesia masih harus berusaha lebih keras dan lebih tekun lagi, justru ketika pembangunan akan memasuki era tinggal landas. “Berbagai upaya masih harus kita lakukan untuk terus meningkatkan  kesejahteraan kaum petani,” tegasnya.

Lingkaran Emas

Menteri Koperasi Bustanil Arifin melaporkan, dalam rangka memenuhi kebutuhan/masyarakat akan pelayanan KB yang makin mandiri dan meluas sampai ke tingkat pedesaan, telah dilakukan kerja sama antara Depkop, Depkes dan BKKBN dalam rangka keterpaduan kegiatan koperasi, kesehatan dan KB Mandiri. SK Bersama sebagai panduan pelaksanaannya sudah ditandatangani 11 Juli 1992. Saat ini telah disiapkan usaha untuk memperluas penawaran alat-alat KB yang dikemas dengan bungkus Lingkaran Emas sebagai bukti bahwa masyarakat dapat memperolehnya, dari saluran-saluran yang dipilihnya sendiri. Sub tema peringatan Hari gerakan KB tahun ini pun

“Dengan Lingkaran Emas Keluarga Berencana, Kita Memantapkan Kemandirian Dalam Rangka Pembangunan Keluarga Sejahtera untuk Membangun Sumber Daya Manusia yang Berkualitas”. Setelah dicanangkannya Lingkaran Emas (Limas) ,akan ditindaklanjuti kegiatan seminar peningkatan kemandirian gerakan KB 13-14Juli nanti. Bustanil yang sudah sekitar 15 tahun menjabat Menteri Koperasi menyatakan bangga atas keberhasilan yang telah dicapai, gerakan koperasi, “Walaupun sering pula kami harus menanggung kekecewaan karena dihadapkan pada berbagai kegagalan yang dialami.”

Namun ditegaskan, ia tidak pernah ragu melangkah maju bersama gerakan koperasi dan aparat pembina lainnya. “Andai kata ada secercah keberhasilan dari upaya pembinaan koperasi yang telah dilakukan, maka keberhasilan itu adalah sepenuhnya milik gerakan koperasi dan seluruh masyarakat, bangsa dan negara kita. Namun sebaliknya, andai kata upaya-upaya dimaksud masih dinilai sebagai ketidakberhasilan, maka kami pribadilan yang dengan ikhlas akan bertanggungjawab, ” katanya di akhir laporannya.

Peringatan Pertasikencana, tahun ini berlangsung meriah, ditutup dengan sendratari pegelaran sejarah pembangunan koperasi, pertanian dan gerakan KB.

Sumber: KOMPAS (13/VII/1992)

______________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 799-802.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.