PRESIDEN SOEHARTO CARl WAKTU TEPAT UNTUK KUNJUNGI AUSTRALIA

PRESIDEN SOEHARTO CARl WAKTU TEPAT UNTUK KUNJUNGI AUSTRALIA

 

 

Kunjungan Presiden Soeharto ke Australia hanya akan dilaksanakan pada suatu situasi dan kondisi yang sangat tepat sehingga hasilnya benar-benar akan memperoleh hubungan kedua negara bukan justru sebaliknya, kata Menlu Ali Alatas di Jakarta Jum’at malam.

Menjawab pertanyaan seorang anggota DPR dalam rapat kerja Komisi I (luar negeri) DPR dengan Menlu RI itu, Alatas mengutip kata-kata Presiden Soeharto yang mengatakan, “tentu kami akan memenuhi undangan itu pada waktu yang tepat dan senantiasa dalam rangka mengeratkan hubungan antara kedua negara dan bangsa dan tidak justru untuk lebih merenggangkan.”

“Jadi, apa yang tersirat dalam jawaban itu, jelas sekali bahwa waktunya akan ditetapkan jika memang kunjungan itu dapat mendekatkan kita dan tidak justru merenggangkannya,” kata Menlu Alatas.

Pernyataan Menlu Alatas itu merupakan jawaban untuk seorang anggota Dewan yang mempertanyakan kapan waktu yang tepat bagi Presiden Soeharto untuk melakukan kunjungan ke Australia guna memenuhi undangan Perdana Menteri Bob Hawke.

Undangan Bob Hawke itu ditegaskan kembali oleh Menteri Luar Negeri Australia Gareth Evans yang sepekan lalu mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Jakarta.

Anggota DPR itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan didasarkan pada pemikiran bahwa saat ini opini masyarakat Australia cenderung “sumbang” terhadap Indonesia. Ini tercermin dari berbagai tulisan di surat kabar Australia yang, katanya, dinilai masyarakat Indonesia sangat sensitive bagi hubungan kedua negara.

Salah Faham

Sementara itu, menjawab pertanyaan anggota Dewan lainnya sekitar kasus terbunuhnya seorang warga Australia, Blenkinsop, di Serui, Irian Jaya, Alatas mengatakan bahwa semula terjadi kesalahfahaman antara Indonesia dengan Australia.

Indonesia, pada bulan-bulan pertama, menganggap bahwa ia adalah seorang warga negara Inggris, sebab, yang disampaikan kepada pihak Indonesia hanya paspor Inggris sehingga Indonesia hanya melakukan hubungan atau kontak dengan pihak Inggris.

Kemudian datang satu nota dari Australia bahwa orang ini memiliki paspor Australia dan mempertanyakan mengapa Australia tidak diberi tahu mengenai kasus itu.

Inilah salah satu kesalahfahaman yang terjadi antara Indonesia dengan Australia, yang kemudian berkembang di pers sehingga menjadi masalah yang besar.

“Sekarang kesalahfahaman itu sudah dapat diselesaikan dengan adanya kunjungan Menlu Australia Gareth Evans ke Jakarta sepekan lalu,” kata Alatas.

“Dalam hal ini, Indonesia tetap berkeyakinan bahwa kasus itu merupakan kecelakaan, bukan kesengajaan untuk membunuh seorang sipil,” kata Alatas.

“Kecelakaan yang memang sangat menyedihkan karena menyangkut nyawa orang,” lanjut Alatas sambil menambahkan bahwa “kita akan usut seperti biasa dalam proses pengadilan.”

Alatas mengakui, ia telah meyakinkan Evans bahwa memang proses hukum sedang berjalan. Interogasi sedang dilakukan dan laporan BAP (sudah dialihkan ke pejabat-pejabat) , artinya anggota sipil yang tersimgkut ditangani Jaksa Agung, sedangkan ABRI oleh Mahkamah Militer.

Setelah diterangkan demikian kepada Evans, Alatas mendapat jaminan dari Menlu Australia itu bahwa Australia akan memandang hal apapun yang akan menjadi keputusan nanti sebagai urusan dalam negeri Indonesia sepenuhnya.

“Hanya saja, Australia minta diijinkan agar pihak mereka datang di sidang untuk memantau jalannya sidang,” kata Alatas mengutip permintaan Evans.

Hal lain yang dibahas dalam raker itu, termasuk masalah pengungsi Vietnam di Pulau Galang yang sekitar 400 dari seluruh 1985 orang, cenderung menjadi “residu” pemerintah RI karena mereka mendapat kesulitan untuk dimukimkan di negara ketiga, baik karena faktor usia lanjut maupun karena minimnya pendidikan mereka.

Mengenai prospek penyelesaian masalah Kampuchea, Menlu menyebutkan bahwa suatu konferensi internasional, di mana pun dan kapan pun, “akan gagal jika tidak menuruti pola yang telah dilakukan JIM,” yang berciri akomodatif bagi semua unsur yang berkepentingan dan terlibat langsung. (RA)

 

 

Jakarta, Antara

Sumber : ANTARA (29/10/1988)

 

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 282-284.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.