PRESIDEN SOEHARTO DAN RAMOS KEMUNGKINAN KE TAIWAN

PRESIDEN SOEHARTO DAN RAMOS KEMUNGKINAN KE TAIWAN[1]

 

Taipei, Kompas

Presiden Indonesia Soeharto dan Presiden Filipina Fidel Ramos diperkirakan akan datang ke Taiwan untuk konferensi tahunan Intemasional Rotary Club yang akan diselenggarakan pada bulan Juni mendatang. Demikian dilaporkan stasiun radio milik Pemerintah Taiwan pada hari Minggu (20/2) seperti dikutip kantor berita Perancis AFP. Sementara itu,kantor berita Inggris Reuter mengutip para analis dan pengusaha swasta Taiwan mengatakan bahwa kebijaksanaan Pemerintah Taipei dalam melancarkan suatu pacu perluasan ikatan ekonomi dengan kawasan Asia Tenggara, lebih menekankan pada gaya politik dibanding substansinya.

Menurut radio tersebut, mengutip sebuah sumber yang tidak disebut namanya, dalam lawatan selama delapan harinya ke Asia Tenggara awal bulan ini, Presiden Lee Teng-hui telah mengundang Presiden Soeharto dan Presiden Fidel Ramos untuk berkunju ng ke Taiwan.

Juru bicara Kepresidenan Taiwan, Raymond Tai mengatakan bahwa ia tidak mempunyai informasi mengenai laporan akan berkunjungnya kedua kepala negara tersebut ke Taiwan. Ditambahkan banyak pemimpin dari berbagai negara yang tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan negara ini pemah berkunjung ke Taiwan.

Namun demikian, Tai mengkonfirmasikan bahwa Presiden Lee Teng-hui telah mengundang kedua kepala negara tersebut untuk berkunjung ke Taiwan, tapi tidak ada tanggal pasti yang disebutkan dari pembicaraan Lee di Bali dan Teluk Subic pekan lalu. Menurut radio Taiwan ini, Presiden Soeharto dan Ramos yang keduanya anggota Rotary Club, sebuah kelompok filan tropis yang mempunyai cabang diseluruh dunia, kemungkinan akan hadir dalam konferensi tersebut yang akan diselenggarakan pada tanggal 12-5 Juni mendatang.

Presiden Lee Teng-hui pekan lalu bertemu dengan Presiden Soeharto dan Presiden Ramos dalam suatu lawatan informal untuk mempererat hubungan Taiwan dengan kawasan Asia Tenggara melalui keija sama ekonomi. Menurut radio tersebut, sebanyak 28.000 pemimpin bisnis dari 149 negara dan 39 kawasan akan hadir dalam konferensi yang akan diselenggarakan di Taipei tersebut.

Raymond Tai lebih lanjut mengatakan, Pemerintahnya sedang mempromosikan suatu kebijaksanaan pragmatis untuk meningk atkan hubungan dengan negara-negara yang tidak mempunyai hubungan resmi dengan Taiwan. Sementara itu, Kemlu Taiwan membantah bahwa Presiden Soeharto dan Ramos akan datang ke Taipei untuk menghadiri konferensi Rotary Club tersebut.

Tetap Cina

Sementara itu, para pengamat menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan Tai­wan yang secara tradisional khawatir dengan intervensi pemerintah, diperkirakan tidak akan mengubah keputu san bisnis utamanya karena permintaan pemerintah. Dikatakan, Cina akan tetap  menjadi fokus utama intervensi mereka.

“Kebanyakan perusahaan sebenarnya sedang menarik diri dari Asia Tenggara dan pindah ke daratan Cina. Hal ini tid ak akan berubah, kecuali pemerintah (Taiwan) menyediakan insentif yang sangat besar,”j elas George Hu, analis Jardine Fleming.

Para pengamat lainnya melihat pernyataan Pemerintah Taiwan tentang perluasan

investasi di Asia Tenggara lebih sebagai cara politik yang dirancang untuk mem bantu negara ini menerobos ke luar dari isolasi politik akibat persainga nnnya dengan RRC. Dalam perlawatan Presiden Lee Teng-hui selama delapan hari diAsia Tenggara, pembahasan dan pembicaraan dengan pi hak tu an rumah lebih difoku skan pada masalah perdagangan dan investasi Taiwan di setiap negara yang dikunjunginya, Lee menawarkan suatu kemungkinan untuk memperoleh keuntungan ekonomi.

Di Filipina dan Indonesia pembicaraan difokuskan pada perlu asan dan penambahan investasi Taiwan di kedua negara tersebut. Sedangkan di Thailand, permasalahannya juga mencakup penyewaan dan penggunaan ribuan tenaga kerja Thailand di Taiwan.

Namun demikian, pada akhir lawatan Lee Teng-hui, para pejabat Taiwan tetap bungkam mengenai rincian proyek-proyek investasi, serta tidak ada transaksi bisnis barn atau konkret yang diumumkan.

Menjelang perjalanan Lee Teng-hui ke Asia Tenggara, perusahaan minyak negara, Chinese Petroleum Corp, mengatakan kemungkinan akan membangun sebuah zona petrokimia di Indonesia. Namun demikian, para pengamat memperkirakan bahwa proyek tersebut nampaknya menjadi suatu gagasan yang tidak jelas.

Rasa Skeptis

Seorang eksekutif dari sebuah perusahaan terbesar di Taiwan kepada media massa di Taipei mengatakan, untuk bisa memenuhi kebijaksanaan pemerintah, perusa haannya akan membekukan investasi-investasi baru di daratan Cina dan mempertimbangkan untuk memperluas kehadirannya di kawasan Asia Tenggara.

Namun demikian, seorang pejabat senior sebuah perusahaan menyatakan rasa skeptisnya mengenai kebijaksanaanAsia Tenggara yang diluncurkan Pemerintah Tai­ wan dengan sebutan ‘Kebijaksanaan Selatan’. “Para pengusaha berangkat dari kebijaksanaan pemerintah,” katanya.

Taiwan sebenarnya sudah menjadi investor asing terbesar di Kawasan Asia Tenggara dengan penanaman modal sampai saat ini tercatat sebesar 10 milyar dollar AS. Namun demikian, investasi Taiwan yang baru di sebagian besar kawasan ini pada kenyataannya menurun dengan tajam bersamaan dengan beralihnya fokus perusahaan­ perusahaan Taiwan di daratan Cina.

Menurut angka-angka resmi yang dikeluarkan Taipei, investasi baru Taiwan di In­donesia, misalnya, turun sebesar 36 persen menjadi 26 juta dollar AS tahun lalu. Tapi, investasi baru Taiwan di Thailand dan Filipina meningkat.

Para analis mengatakan, dengan meningkatnya ongkos buruh dan tanah di kawasan Asia Tenggara, RRC sekarang ini nampaknya jauh lebih atraktif sebagai si­tus investasi bagi perusahaan-perusahaan manufaktur Taiwan. Selama ini Pemerintah Taiwan mengatakan akan mempromosikan investasinya di Asia Tenggara dengan bantuan teknis dan berbagai pinjaman.

Namun demikian, bantuan tersebut selama ini masih tetap kecil. Misalnya, untuk membantu mengembangkan bekas pangkalan Angkatan Laut AS di Teluk Subic, Filipina, Taiwan hanya menyediakan pinjaman sebesar 23,6 juta dollar AS.

Chen Kueimiao, seorang anggota parlemen dari kelompok oposisi Partai Baru kepada China Times Express mengatakan, perusahaan-perusahaan  yang berkaitan  dengan   Kuomintang (Partai Nasionalis Cina) yang berkuasa sekarang bisa memperluas investasinya ke Asia Tenggara. (AFP/Rtr/rlp)

Sumber : KOMPAS ( 21/02/1994)

_______________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 14-17.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.