PRESIDEN SOEHARTO DAN UTUSAN RAJA FAHD BAHAS SOAL HAJI
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto hari Sabtu di Jakarta menerima utusan khusus Raja Fahd dari Arab Saudi yang mengemukakan jaminan pemerintah kerajaan itu terhadap keamanan jamaah haji Indonesia yang akan melaksanakan rukun Islam kelima di tanah suci.
Sheikh Mohammad Ibrahim Masoud, menteri negara Arab Saudi yang datang ke Jakarta menyampaikan surat dari Raja Fahd kepada Presiden Soeharto di Jalan Cendana, Jakarta dalam pertemuan itu mengemukakan, berbagai langkah telah dilakukan pemerintahnya untuk memberikan pelayanan sebaik-baiknya bagi para jamaah haji.
Sheikh Masoud mengemukakan, keadaan di tanah suci sudah aman dengan berakhirnya Perang Teluk dania mengharapkan jamaah haji tahun ini dapat melaksanakan ibadah dengan tenang. Dirjen Hubungan Ekonomi Luar Negeri Deplu, Wirjono yang hadir dalam pertemuan itu tidak menjelaskan secara terperinci mengenai isi surat Raja Fahd untuk Presiden Soeharto.
“Sebagian dari isi surat itu termasuk yang dibicarakan dalam pertemuan itu,” katanya Presiden Soeharto dalam pertemuan itu menjelaskan bahwa pendaftaran ongkos naikhaji (ONH) tahun ini diperpanjang selama satu bulan sehingga jumlah calon jamaah Indonesia diharapkan lebih besar.
Dengan perpanjangan pendaftaran itu diperkirakan jumlah calon jamaah haji Indonesia sekitar 40.000 sampai 50.000 orang. Jumlah jamaah haji Indonesia tahun lalu lebih dari 80.000 orang.
Dalam pertemuan itu, menurut Dirjen Wirjono, Presiden menyatakan Indonesia bersedia mengirim pasukan pengawas gencatan senjata PBB ke Teluk, sebagaimana telah dilakukan Indonesia beberapa kali. Presiden Soeharto dalam pertemuan itu, berdasarkan keterangan dari Kedubes Arab Saudi di Jakarta mengharapkan agar setelah berakhirnya Perang Teluk, maka masalah Palestina harus segera diselesaikan.
Presiden Soeharto juga mengemukakan penyesalan atas terjadinya peperangan di Teluk dan mengemukakan langkah-langkah yang telah dilakukan Indonesia untuk mencegah peperangan tersebut. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar satu jam itu, utusan khsusus dari Arab Saudi mengemukakan keinginannya agar Indonesia dalam masa-masa mendatang ini meningkatkan pengiriman tenaga kerjanya ke Arab Saudi, baik sebagai supir, pembantu rumah tangga maupun pekerjaan lainnya.
Presiden Soeharto dalam hal ini menyatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak pernah melarang pekerjanya bekerja di luar negeri, tapi sebelumnya perlu
dipersiapkan hal-hal yang diperlukan para pekerja itu seperti keterampilan dan melindungi mereka secara hukum, agar tidak mengalarni hal-hal yang tidak diinginkan.
Masalah peningkatan kesejahteraan dan perlakuan-perlakuan yang lebih baik terhadap tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Arab Saudi itu telah dikemukakan kepada utusan khusus Raja Fahd itu.
Di Arab Saudi dewasa ini terdapat sekitar 200.000 orang tenaga kerja Indonesia, sebagian besar tenaga kerja wanita (TKW). Presiden juga mengemukakan tentang perlunya koordinasi antara Arab Saudi dan Indonesia dalam masalah minyak dalam kerangka OPEC. Sedikit banyak, masalah perang Teluk berkaitan juga dengan masalah minyak.
Dalam kaitan ini Kepala Negara minta kepada Arab Saudi agar kedua negara berusaha agar dalam OPEC dapat dilakukan satu kebijakan yang menjamin stabilitas harga minyak. Utusan Raja Fahd itu sebelumnya mengunjungi Pakistan, Banglades, Malaysia dan Singapura. Dari Indonesia pejabat senior Arab Saudi itu akan menunjungi Brunei Darussalam dan Pilipina.
Sumber : ANTARA (02/03/1991)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIII (1991), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 26-27.
n>