PRESIDEN SOEHARTO IMBAU PETANI CENGKEH DI
SULTENG
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto mengimbau para petani cengkeh, yang mulai panen raya tahun ini agar tidak terburu-buru menjual hasil panen mereka dengan harga rendah kepada pedagang perantara (tengkulak).
Para petani cengkeh, terutama di daerah yang harga cengkehnya sedang merosot seperti diSulawesi Tengah, diharapkan supaya mereka menjual hasil panennya kepada Koperasi Unit Desa (KUD) dengan harga dasar yang ditetapkan pemerintah.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Emil Salim, kepada wartawan di Cendana Jakarta Sabtu, setelah ia melapor pada Presiden Soeharto tentang keadaan harga cengkeh di Sulawesi Tengah.
Ia menjelaskan, dalam panen raya sekarang harga cengkeh di tingkat petani cenderung merosot. Kini harga di Sulteng hanya Rp 4.600 sampai Rp 4.800, per kilogram , berarti jauh di bawah harga dasar lelang yang ditetapkan pemerintah Rp7.000,-/kg (SKMenteri Perdagangan No.74/A/Kp/IV/1987 tertanggal 1 April 1987).
Setelah mendengar laporan Menteri Emil Salim itu, Presiden menggariskan bahwa peranan PT Kerta Niaga (persero milik negara) sebagai penyangga harga dasar cengkeh diperkuat, dengan menyediakan dana kredit perbankan lebih besar.
Berdasarkan pola tata niaga cengkeh (Keppres no.8/1980) yang berlaku di sembilan daerah penghasil cengkeh, para petani cengkeh dapat menjual basil panennya ke KUD dengan harga dasar pembelian yang ditetapkan untuk KUD yaitu sekarang Rp6.500,-/kg. Kemudian Pusat KUD (Puskud) di daerah masing masing melelang cengkeh yang terkumpul melalui KUD itu secara terbuka.
Apabila harga lelang ternyata di bawah harga dasar yang ditetapkan, Rp 7.000,/kg (kadar air maksimum 10 persen dan kadar kotoran lima persen) maka cengkeh tersebut harus dibeli PT Kerta Niaga.
Emil Salim mengungkapkan, untuk melakukan tugas sebagai penyangga PT Kerta Niaga disediakan dana kredit perbankan sekitar Rp 94 rniliar.
Ia merencanakan, Senin ini bersama anggota Tim Teknik Tata Niaga Cengkeh dari Departemen Perdagangan, Departemen Koperasi dan PT Kerta Niaga kembali mengunjungi Sulawesi Tengah untuk mengatur langsung masalah tersebut.
Panen raya cengkeh akan mencapai puncaknya Mei mendatang. Di Sulteng saja, kata Emil Salim, produksinya akan mencapai empat sampai lima ribu ton, senilai kira kira Rp 35 miliar. “Nilai penghasilan cengkeh itu sangat besar bagi propinsi yang berpenduduk 1,3 juta itu,” katanya.
Sekitar 75 persen produksi cengkeh Sulteng dihasilkan dari kabupaten Buol Toli toli yang berpenduduk hanya 225.000 orang.
Kebutuhan cengkeh di Indonesia sekitar 80.000 ton setahun, sebagian besar untuk campuran rokok kretek yang setiap tahun produksinya mencapai 80 rniliar batang. (LS) (T.A05/12:24/H06/mb ).
Sumber: ANTARA (11/04/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 432-433.