PRESIDEN SOEHARTO:
INDONESIA BAHAGIA DAPAT TERUSKAN PENGALAMANNYA KEPADA NEGARA LAIN
Presiden Soeharto menyatakan bahwa Indonesia merasa berbahagia dapat meneruskan pengalaman pembangunannya kepada sesama negara-negara sedang membangun lainnya, termasuk Papua Nugini, karena sadar akan pentingnya kerjasama ekonomi dan teknik di antara negara-negara tersebut.
Dalam pidatonya pada jamuan malam kenegaraan untuk menghormat Perdana Menteri Papua Nugini dan Nyonya Julius Chan di Istana Negara Kamis malam Presiden menekankan pentingnya kunjungan PM Julius Chan ke berbagai pusat kegiatan ekonomi dan industri di sekitar Jakarta dan Bandung selama berada di Indonesia.
Presiden mengatakan, pembangunan bangsa-bangsa merupakan tantangan teramat besar umat manusia dewasa ini. "Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat kita sadar bahwa tanggungjawab pembangunan berada di atas pundak kita sendiri," kata Presiden.
Namun dunia dewasa ini dihadapkan pada bahaya perang yang mencemaskan, yang jika tidak segera teratasi akan membahayakan pembangunan bangsa-bangsa.
Presiden menyebutkan pengalaman Kamboja yang memperlihatkan pengalaman suatu bangsa yang tidak menentukan nasib dan masa depannya sendiri karena campur tangan kekuatan luar.
Di Afghanistan dapat disaksikan intervensi militer kekuatan besar terhadap negara lain yang secara prinsipil menggoyahkan sendi-sendi perdamaian dunia.
Sementara masalah Palestina belum selesai, di Timur-Tengah timbul perang IranIrak yang berkepanjangan serta berbagai ketegangan baru di wilayah tersebut.
Sementara itu perlombaan senjata di antara kekuatan-kekuatan besar belum juga mereda, bahkan perebutan pengaruh diantara mereka masih terus berlangsung, yang tidak jarang menyeret negara-negara lain yang sebenarnya tidak mempunyai kepentingan apapun.
Di lain pihak, pembangunan bangsa-bangsa juga terhambat akibat berbagai krisis ekonomi dunia yang betjalan berlarut-larut. Berbagai krisis yang datang beruntun hampir selama dasawarsa yang baru lalu menunjukkan bahwa struktur ekonomi dunia penuh kepincangan yang tidak dapat dipertahankan lagi.
Karena itulah kata Presiden menekankan, bahwa sebagai sesama negara yang sedang berkembang Indonesia dan Papua Nugini perlu berjuang bahu-membahu dalam segala forum untuk mempercepat terciptanya Tata Ekonomi Dunia Baru, yang memberikan manfaat tidak saja pada negara-negara berkembang tapi juga menguntungkan negara yang telah maju.
Lebih dari sekedar seruan, Presiden dalam pidatonya itu menekankan pula keharusan adanya tindakan dalam perjuangan membangun Tata Ekonomi Dunia Baru itu.
Presiden mengakui bahwa sebagai negara yang sedang membangun ekonominya, secara sendiri-sendiri negara-negara sedang berkembang memang lemah. Tapi dengan berjuang secara bersama-sama negara-negara sedang berkembang akan menjadi kuat.
Karena itu penting sekali artinya kerjasama ekonomi dan teknik di antara negara-negara sedang membangun sendiri. "Sepanjang pengamatan saya, banyak yang dapat dilakukan dalam hal ini dan cara yang demikian akan banyak memberikan manfaat bagi negara yang sedang membangun itu sendiri," kata Presiden menambahkan.
Dalam hubungan ini pula Presiden menekankan pentingnya pembicaraan yang dilakukannya dengan PM Julius Chan Kamis pagi yang menyangkut masalahmasalah bilateral, regional maupun internasional.
Ketenteraman
Di bagian lain pidatonya, Presiden menyatakan pula bahwa jika ASEAN yang antara lain beranggotakan Indonesia dan Forum Pasifik Selatan yang beranggotakan pula Papua Nugini dapat membina ketenteraman dan stabilitas di wilayah masingmasing, maka tidak ada wilayah luas di bagian lain di dunia yang menikmati ketenteraman seperti dirasakan bersama dewasa ini di kedua kawasan itu.
Presiden menyatakan, persahabatan dan saling pengertian, kerjasama dan bantu-membantu dengan negara-negara sahabat merupakan salah satu soko guru politik luarnegeri Indonesia yang bebas aktif.
Hubungan persahabatan dan kerjasama dalam melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif itu harus dilandasi rasa saling hormat menghormati, tidak saling mencampuri urusan dalam negeri masing-masing dan memberikan manfaat serta saling isi mengisi.
Terlebih lagi dengan negara-negara tetangga yang sama-sama berjuang membangun bangsanya mencapai cita-cita mengejar kemajuan dan kesejahteraan seperti yang dilakukan Papua Nugini dan Indonesia, maka usaha yang terus menerus untuk memantapkan dan memperkuat tali persahabatan, saling pengertian dan kerjasama itu merupakan hal yang sangat penting, kata Presiden.
Di antara negara-negara anggota ASEAN juga dirasakan hubungan persahabatan yang dalam. Ini mendatangkan perasaan tenteram dan menciptakan suasana stabil di wilayah di mana bangsa-bangsa yang tergabung dalam ASEAN hidup.
Ketenteraman yang demikian itu tidak datang dengan sendirinya, kata Presiden, tapi diusahakan dengan penuh kesabaran dan saling pengertian yang mendalam.
Presiden menyatakan bahwa sekarang ini menjadi kepentingan utama dan tekad bersama untuk terus memantapkan ketentraman yang sama-sama dirasakan itu.
Suasana yang demikian membuka kesempatan luas bagi semua negara di kawasan Asia dan Pasifik untuk membangun masyarakat masing-masing yang merupakan tantangan terbesar bagi bangsa-bangsa yang sedang membangun, demikian Presiden mengatakan.
Pada jamuan malam kenegaraan itu, selain lbu Tien Soeharto juga tampak hadir Wakil-Presiden dan Ny. Adam Malik, para menteri Kabinet Pembangunan Ill dan pejabat-pejabat tinggi pemerintah lainnya.
Segala jamuan makan yang dihadiri pula oleh segenap rombongan Perdana Menteri Papua Nugini itu dipagelarkan pertunjukan kesenian berupa tari-tarian Puraga Baya, Lenggang Saayun/Tari Jejer, Simbar Kembar, Teruna Jayadan lagu-lagu yang dihidangkan Gordon Tobing. (DTS)
…
Jakarta, Antara
Sumber: ANTARA (12/12/1980)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 719-721.