PRESIDEN SOEHARTO: ISRA MI’RAJ MEMBERI BANYAK PELAJARAN DALAM PEMBANGUNAN

PRESIDEN SOEHARTO: ISRA MI’RAJ MEMBERI BANYAK PELAJARAN DALAM PEMBANGUNAN

 

Angkatan Bersenjata

PRESIDEN Soeharto menilai kisah Isra Mi’raj yang diperingati setiap tahun memberikan banyak pelajaran kepada bangsa Indonesia yang berjuang untuk melewati tahap demi tahap pembangunan.

“Isra Mi’raj kita rasakan sebagai pelajaran bahwa setiap perjuangan untuk mencapai cita-cita besar harus bermula dari kebersihan. Niat yang bersih itu adalah bahwa kita berjuang untuk luhur, untuk kepentingan dan kemajuan kita bersama,” ujar Kepala Negara dalam sambutannya pada peringatan Isra Mi’raj di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa malam.

Tetapi, demikian Kepala Negara, niat saja tidak cukup. “Kita memerlukan manusia-manusia yang berkualitas yang mempunyai keyakinan yang teguh, pengetahuan yang cukup dan kebijaksanaan yang penuh kearifan”, ujarnya.

Di depan ribuan umat Islam Ibukota Jakarta termasuk Wakil Presiden beserta Ibu dan sejumlah Korps Diplomatik negara-negara sahabat di Jakarta, para pejabat tinggi/tertinggi negara, Presiden menekankan pentingnya peningkatan kualitas kita sebagai umat dan sebagai bangsa.

Sebab pembangunan bangsa kita memang harus berarti peningkatan kualitas manusia dan kualitas masyarakat kita, tegas Kepala Negara. Diingatkan, dari segi jumlah, umat dan bangsa kita sangat besar.

Tetapi jumlah penduduk saja bukan unsur yang menentukan nilai keberhasilan kita sebagai umat dan bangsa. Justru AI Qur’an sendiri mengingatkan bahwa tidak sedikit kelompok kecil yang mampu mengungguli kelompok yang lebih besar. Ini berani kualitas lebih menentukan dari pada kuantitas, mutu lebih menentukan dari pada jumlah.

Peningkatan kualitas itu memerlukan pendidikan yang sebaik-baiknya dengan berusaha meningkatkan kecerdasannya, ketrampilannya serta kepribadian. Diingatkan, tantangan dan tuntutan yang dihadapi jauh lebih besar, sebab masyarakat kita sedang mengalami berbagai perubahan yang bergerak cepat dan berskala luas.

 

Pendidikan Agama

Pengalaman bangsa-bangsa lain kata Presiden, menunjukkan bahwa perubahan­ perubahan mendasar yang dialami bangsa-bangsa yang sedang membangun acap kali mendatangkan masalah-masalah, terutama dalam perubahan nilai-nilai, dan masalah­ masalah itu tidak mungkin kita hindari, kata Kepala Negara mengingatkan. Ia menegaskan masalah-masalah itu harus kita hadapi dan kita atasi dengan sebaik­ baiknya.

Karena itu pendidikan yang dilakukan harus juga diarahkan pada kukuhnya kepribadian anak-anak didik. Di sinilah peranan pendidikan agama sangat penting, tegas Kepala Negara pula. Dikatakan, memang salah satu tujuan pendidikan agama adalah membantu anak-anak didiknya untuk lebih dewasakan dirinya, untuk lebih mematangkan sikap dan kepribadiannya. Sehingga ia tidak terombang-ambing oleh perkembangan dan perubahan masyarakat.

Untuk itu pendidikan agama hendaknya juga mampu mempertajam daya tanggap anak-anak didik terhadap perkembangan lingkungan dan masyarakatnya, dan terhadap perkembangan budaya bangsanya.

“Saya ingin hal ini menjadi pemikiran dan mendapatkan perhatian semua tokoh-tokoh agama terutama mereka yang mengabdi dalam lembaga pendidikan,” pinta Kepala Negara.

Dengan menekankan tentang masalah pendidikan ini ia mengingatkan bahwa apapun yang dilakukan dalam pembangunan bangsa hari ini, maka perhatian dan pemikiran kita haruslah tetap tertuju pada generasi yang datang di belakang kita.

“Kita ingin mewariskan kepada mereka keadaan yang lebih baik. Tetapi lebih dari itu, kita ingin mereka untuk menjadi manusia-manusia pembangunan yang mampu menciptakan kehidupan mereka sendiri yang lebih baik dari pada kehidupan generasi orangtua mereka. Selanjutnya kita mendambakan agar mereka juga dapat mewariskan kehidupan yang lebih baik bagi generasi-generasi sesudah mereka,” harapannya.

 

Yang Menang Kita Semua

Di awal sambutannya Presiden Soeharto menilai Keputusan SU-MPR yang baru lalu itu mencerminkan suara hati nurani rakyat yang bertekad untuk melanjutkan, meningkatkan serta memperluas dan memperdalam makna pembangunan kita. “Suasana musyawarah wakil-wakil rakyat itu telah meningkatkan dan memperkaya pemahaman kita mengenai Demokrasi Pancasila,” katanya.

Dalam pemusyawaratan demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia itu kita tidak berbicara soal kalah atau menang. Sebab yang menang adalah seluruh fraksi dalam MPR atau yang menang adalah kita semua seluruh rakyat Indonesia, tutur Kepala Negara. Yang menang adalah akal sehat kita dan hati nurani kita. Semua pihak telah dapat memenangkan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan maupun kepentingan pribadinya sendiri, ujamya pula.

Pada kesempatan ini Kepala Negara mengajak untuk menengok kembali perjalanan sejarah bangsa kita, banyak peristiwa yang nyaris memporak-porandakan persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa. Berkat lindungan dan pemeliharaan Tuhan YME, Alhamdulillah kita berhasil mengatasi berbagai situasi yang sangat kritis itu.

 

Kualitas Keagamaan

Pada kesempatan itu Menteri Agama Munawir Sjadzali dalam sambutannya antara lain menegaskan, memasuki Pelita V menuju tinggal landas, kadar keimanan dan kualitas keagamaan serta ketaqwaan kita sedemikian tinggi sehingga tidak mudah tergoyahkan oleh trauma atau goncangan yang pasti akan terjadi saat kita tinggal landas.

“Pola hidup serta tata nilai kita tidak akan gampang tergusur oleh tata nilai yang tidak sesuai dengan ajaran agama kita, yang akan muncul sebagai konsekuensi dari meningkatnya penggunaan kemajuan teknologi dan keterbukaan terhadap dunia luar,” Ujarnya.

Pengertian dan pemahaman kita tentang agama sudah sedemikian matang, luas dan segar berkembang, sehingga agama tidak merupakan kendala atau penghambat bagi laju pembangunan dan pembaharuan. Justru agama dapat berperan sebagai motivator dan dinamisator bagi kemajuan, sekaligus sebagai pengawal dalam pelaksanaan pembangunan, dan dapat ikut menjamin tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Sedangkan hubungan intern umat Islam sendiri, hubungan antara umat Islam dengan saudara-saudaranya sebangsa yang beragama lain serta penghayat kepercayaan kepada Tuhan YME, demikian juga hubungan antara umat beragama dengan pemerintah demikian serasi. Sehingga dalam menghadapi segala masalah nasional dan kenegaraan, kita dapat berpikir dan bertindak sebagai satu kesatuan yang utuh dan dengan tekad yang tunggal, yakni mensukseskan pembangunan nasional.

 

Jauhi Perintah Maksiat

Prof. Dr. Hasan Walinono dalam uraian hikmah Isra Mi’raj antara lain menegaskan, “wajib bagi setiap muslim untuk memperhatikan dan menaati (perintah pemimpin), baik perintah itu disenangi atau tidak disenangi, selain kalau diperintah untuk berbuat maksiat”. “Apabila diperintah untuk berbuat maksiat maka tidak perlu diperhatikan atau ditaati,” ujar Dr. Hasan Walinono yang juga Dirjen Dikdasmen Depdikbud itu mengutip Qur’an dan Hadist.

Ia mengajak perlunya ditekankan disiplin dalam proses pendidikan nasional sebagai salah satu syarat untuk keberhasilan pembangunan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pembinaan disiplin adalah dengan menunaikan sholat. Sholat menanamkan pada diri kita untuk hidup berdisiplin, baik mengenai waktu maupun caranya. Jika di lingkungan keluarga sebagai basis utama masyarakat, sholat dilaksanakan secara tertib dan teratur dalam kehidupan sehari-hari, akan mempunyai dampak positif bagi pembinaan disiplin pribadi.

Yang pada gilirannya akan mempengaruhi disiplin dalam masyarakat bangsa dan bernegara. Hal ini akan lebih memantapkan disiplin nasional yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional serta upaya pemeliharaan hasil-hasil pembangunan.

Pembinaan disiplin perlu dilakukan sejak dini, di lingkungan keluarga, masyarakat maupun penedidikan formal. Dalam hal ini disiplin nasional yang bertumpu pada disiplin pribadi semua warga masyarakat, sangat menentukan dalam mensukseskan pengalaman hasil-hasil SU-MPR 1988.

 

 

Sumber : ANGKATAN BERSENJATA(17/03/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 461-466.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.