PRESIDEN SOEHARTO: JANGAN MENDEWAKAN AKAL SEMATA

PRESIDEN SOEHARTO: JANGAN MENDEWAKAN AKAL SEMATA

PERISTIWA Isra Mi’ raj mengisyaratkan kepada masyarakat bangsa Indonesia agar tidak terjerumus dalam sikap yang mendewa-dewakan akal dan penalaran semata-mata. Tempat harus diberikan pula pada segi-segi agama, keimanan dan ketakwaan.

Hal ini dikemukakan Presiden Soeharto pada peringatan Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW. Jum’ at malam di mesjid Istiqlal, Jakarta.

Presiden menyatakan syukur melihat kenyataan bahwa sikap seperti itu sudah disadari bangsa Indonesia sejak semula, sejak zaman pergerakan sebelum kemerdekaan. Bahkan telah menjadi naluri kepribadian rakyat dari nenek moyang bangsa Indonesia.

"Oleh karena itulah", kata Presiden, "dalam usaha mengejar keterbelakangan dan dalam meningkatkan tarafhidup bangsa kita baik sosial ekonomi maupun bidang pendidikan, sama sekali tidak dilupakan segi-segi kerohanian yang terkandung dalam kehidupan bangsa Indonesia".

Oleh karena itu pula, Presiden menegaskan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran bahwa pertumbuhan bangsa Indonesia akan mengabaikan agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

"Pancasila dan UUD 1945 menunjukkan kepada kita bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mendapat tempat yang sangat penting dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita", kata Presiden.

Tapi di lain pihak Kepala Negara menegaskan pula bahwa hal ini tidak berarti negara Indonesia akan menuju kepada negara agama.

Negara dan Pemerintah fudonesia seperti dilakukan selama masa kemerdekaan, tidak hanya sekedar menghormati, tapi juga memberikan dorongan dan bantuan bagi semarak kehidupan agama.

Bangsafudonesiamenyadari bahwarumusan ”Ketuhanan Yang MahaEsa" dalam falsafah negara Pancasila dan dalam UUD 1945 tidaklah dimaksudkan hanya untuk sekedar slogan.

"Ketuhanan Yang Maha Esa" haruslah benar-benar dihayati dalam menyatakan kepercayaan dan ketakwaan kepada-Nya", kata Presiden.

Presiden menjelaskan bahwa takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berarti hams berusaha menuruti kehendakNya, mematuhi perintahNya dan menjauhi laranganNya. Bagi bangsa Indonesia pembinaan sikap percaya dan takwakepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan pelaksanaan dari penghayatan dan pengamalan Pancasila.

Karena masalah penghayatan dan pengamalan Pancasila itu lebih banyak menyangkut masalah pendidikan, dengan sendirinya masalah pendidikan agama, terutama untuk anak-anak yang masih di bangku sekolah benar-benar mempunyai peranan yang sangat penting.

Lebih-lebih lagi karena MPR sebagai lembaga tertinggi negara telah menetapkan bahwa ketakwaan merupakan salah satu aspek dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang berfalsafah Pancasila.

Walaupun demikian Presiden mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menyadari bahwa tanggungjawab pertama dan utama pendidikan agama terletak dalam keluarga dan di tangan orang tua anak-anak didik sendiri.

Ini penting disadari sebabjika pendidikan keagamaan, moral dan budi pekerti sepenuhnya diserahkan pada sekolah, keluarga akan kehilangan salah satu fungsinya yang amat penting.

Liburan

Ketika menyinggung masalah liburan puasa, Presiden mengharapkan pengertian semua pihak, khusutnya para ulama dan pemimpin agama, agartidak merisaukan dan mempermasalahkan perubahan jadwal liburan selama bulan puasa.

Presiden menyatakan keyakinannya bahwa perubahan jadwal liburan tersebut tidak akan mengurangi kekhidmatan dan kegairahan umat Islam dalam melaksanakan, ibadah puasa.

Bahkan sebaliknya hal ini akan mendorong dan mendidik anak-anak semakin baik melaksanakan ibadah puasa.

Pemerintah mulai tahun ini mengubah mulainya tahun pelajaran dalam usaha meningkatkan dan menyempurnakan mutu pendidikan nasional dan tidak meliburkan sepenuhnya sekolah selama bulan puasa.

Presiden mengatakan bahwa tindakan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengabaikan atau tidak menghargai bulan puasa dan ibadahnya bagi para siswa sekolah.

Bahkan sebaliknya, kata Presiden, dengan tidak meliburkan seluruh bulan puasa itu, para orang tua dan para guru sekolah dapat memanfaatkannya untuk pendidikan dan melatih anak-anak didik melaksanakan ibadah puasa.

Dalam rangka ini, kata Presiden, akan diinstruksikan agar selama bulan puasa nanti di sekolah-sekolah tidak diperkenankan menjual makanan. Juga akan diatur agar selama bulan puasa, pada hari yang tidak libur, jam mulainya pelajaran di sekolah disesuaikan agar tidak mengganggu pelaksanaan ibadah puasa murid sekolah.

Presiden mengingatkan agar masyarakat jangan terpancing isyu-isyu yang tidak bertanggung-jawab danmengharapkan sikap dewasa dan bertanggung-jawab dalam usaha bersama mensukseskan usaha penyempurnaan pendidikan nasional, sekaligus juga meningkatkan pendidikan ibadah puasa khususnya dan ibadah agama pada umumnya

Presiden mengharapkan dengan peringatan Isra Mi’raj ini umat lslam khususnya dan bangsa Indonesia umumnya dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya untuk kemajuan umat, bangsa dan negara. (DTS)

Jakarta, Antara

Sumber: ANTARA (23/06/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 392-394.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.