PRESIDEN SOEHARTO : KALAU BELUM JELAS, JANGAN “GRUSA-GRUSU”

PRESIDEN SOEHARTO : KALAU BELUM JELAS, JANGAN “GRUSA-GRUSU”[1]

Aceh Besar, Republika

Presiden Soeharto minta agar masyarakat tidak terburu-buru bertindak bila mendengar suatu berita.

“Kalau mendengar kabar, jangan grusa-grusu bertindak, apalagi jika kabar itu belum jelas dan tidak lengkap.” kata Presiden.

Penegasan tersebut dikemukakan Presiden di desa Lamreh, Kabupaten Aceh Besar, kemarin (21/12). Disebutkan oleh Presiden, ada kelompok-kelompok di dalam negeri dan luar negeri yang tidak senang terhadap kemajuan pembangunan di Indonesia. Karena itu dimintanya agar masyarakat tidak terpengaruh sehingga dapat merusak hasil-hasil pembangunan.

Kegiatan di Aceh itu merupakan kunjungan kerja satu hari Kepala Negara untuk

menghadiri acara Puncak Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional dan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional. Presiden didampingi Ibu Tien Soeharto.

Dalam temu-wicara dengan para pelestari lingkungan, Kepala Negara juga minta masyarakat untuk bersabar dalam melakukan pembangunan dan tidak bersikap terburu-buru.

“Kita harus sabar, sebab kalau terburu-buru maka kita akan menjadi terlalu bernafsu. Jangan rusak hasil-hasil pembangunan, baik sengaja maupun tidak sengaja.” tegas Presiden.

Ketika menyinggung masalah ekonomi dan pembangunan, Presiden mengatakan bahwa pertumbuhan ekonmni nasional membesarkan hati, walaupun pada tahun 1995 ekonomi terasa mulai panas.

Kepala Negara yang disertai sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan VI dan Gubernur Daerah Istimewa Aceh Syamsuddin Mahmud, mengemukakan pula bahwa pertumbuhan ekonomi itu amat penting dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila.

“Karena itu, pembangunan harus dilakukan dengan memelihara kelestarian lingkungan serta menggunakan sumber daya alam kita dengan cara bijaksana. Itulah sebabnya kita ingin membangun tanpa merusak.” kata Presiden.

Kepada ribuan rakyat Aceh yang memenuhi tempat upacara, Presiden mengingatkan bahwa pelaksanaan pembangunan dengan melestarikan lingkungan merupakan cermin tanggungjawab bangsa Indonesia yang hidup sekarang ini kepada kata Presiden Soeharto.

“Pendeknya dalam semua lapangan kehidupan masyarakat kita.” tegas Presiden.

Menurut Presiden, dalam masa pembangunan saat ini, rasa kesetiakawanan sosial harus terus diperkuat karena pembangunan mengutamakan kemakmuran masyarakat, bukan kemakmuran seseorang. Tanpa kesetiakawanan sosial nasional yang tinggi, tutur Kepala Negara, tidak mustahil arah pembangunan akan berubah di kemudian hari.

Selanjutnya, Pak Harto mengatakan dalam melaksanakan pembangunan, hutan menjadi salah satu sumber daya alam yang penting. Selain merupakan potensi pembangunan, jelas Kepala Negara, hutan juga sangat penting bagi kehidupan umat manusia.

“Berkat hutan yang kita miliki dan majunya pembangunan yang dilaksanakan. tidak sedikit devisa yang diperoleh dari hasil industri kehutanan.”

Namun, Kepala Negara mengingatkan keadaan seperti itu tidak akan bertahan lama jika kita tidak mau menan ami kembali hutan-hutan yang telah ditebang dan memeliharanya. Karena itu, ujar Pak Harto, hutan-hutan itu hams dikelola dengan sebaik-baiknya.

Untuk itu, menurut Kepala Negara, sebagai anggota masyarakat dunia, pemerintah Indonesia telah sepakat bahwa mulai tahun 2000 nanti hasil hutan yang diekspor harus berasal dari hutan yang dikelola secara lestari dan berlabel akrab lingkungan.

Presiden mengemukakan untuk menjaga kelestarian hutan dan sumber daya alam lainnya, pemerintah membangun taman-taman nasional yang memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta berbagai kepentingan lain. Untuk menjaga kelestarian sumber daya alam, Pak Harto minta agar pengembangan budidaya sutera alam terus dilanjutkan. Sebab, ujar Presiden, permintaan pasar bagi produk sutera alam akhir-akhir ini meningkat seiring dengan meningkatnya industri persuteraan di dalam negeri.

Selain itu, Kepala Negara berharap agar lahan potensial untuk produksi pangan dimanfaatkan untuk memantapkan ketahanan nasional di bidang pangan dan pengentasan kemiskinan.

Sumber : MEDIA INDONESIA (22/12/1995)

____________________________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVII (1995), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 770-771.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.