PRESIDEN SOEHARTO KE PILIPINA

PRESIDEN SOEHARTO KE PILIPINA

Presiden Soeharto Selasa pagi pukul 10.30 WIB bertolak ke Manila dalam rangka kunjungan tidak resmi selama kurang lebih 21 jam di Pilipina untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Pilipina Ferdinand Marcos.

Pembicaraan antara kedua kepala pemerintahan itu akan berlangsung di salah satu hotel mewah terbaru di wilayah pantai wisata propinsi Cavite, sekitar 170 km dari Manila.

Di bandar udara Halim Perdanakusuma, Kepala Negara diantar oleh Wakil Presiden Adam Malik, para Menteri, pejabat2 tinggi sipil dan militer serta anggota korps diplomatik di Jakarta.

lkut serta dalam rombongan Kepala Negara antara lain Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono SH, Ditjen Perhubungan Udara Kardono, Direktur Asia-Pasifik Deplu Soedarsono, Pangkowilhan III Letjen Leo Lopulisa dan Direktur Utama Pertamina Piet Haryono.

Rombongan akan tiba di Manila pukul 14.00 WIB dan langsung meneruskan perjalartan ke Cavite dengan helikopter.

Presiden Soeharto menggunakan pesawat Boeing 707 milik Pelita Air Service dengan nama ”Republik Indonesia”.

Keamanan Wilayah dan Dagang Langsung

Masalah keamanan di Asia serta usaha menyeimbangkan perdagangan bilateral dianggap merupakan masalah yang akan memperoleh perhatian kedua negarawan itu selain masalah perbatasan dan masalah-masalah ekonomi dan politik antara kedua negara.

Kedua negara menjalin hubungan diplomatik tahun 1949 dari kini sebagai sesama anggota ASEAN merasakan perlunya kerja sama yang lebih erat terutama dalam bidang ekonomi.

Kunjungan Presiden Soeharto ke Pilipina itu merupakan kunjungan kerja rutin antara sesama kepala pemerintahan ASEAN, seperti halnya kunjungan Presiden Marcos ke Bali tahun 1978,kunjungan PM Hussein Onn ke Yogyakarta tahun ini serta kunjungan PM Kriangsak ke Medan.

Antara sesama Kepala Negara ASEAN kini tidak terikat waktu untuk saling berkunjung membicarakan baik masalah bilateral maupun yang menyangkut kepentingan kawasan ASEAN secara keseluruhan.

Impor Indonesia 90,4 Juta

Impor Indonesia dari Pilipina tahun 1978 menurut statistik mencapai US $ 90,4 juta, lebih kecil dibanding ekspornya yang bernilai USS 148,2 juta, di antaranya ekspor minyak mentah bernilai sekitar US $ 142 juta.

Para pengamat ekonomi memperkirakan Presiden Marcos akan meminta rekannya dari Indonesia itu mempertimbangkan permintaan Pilipina untuk mengimpor lebih banyak minyak mentah dari Indonesia guna keperluan energinya sekalipun kini Pilipina telah menemukan sumber minyak di daerah Pallawan.

Selain itu pihak lndonesia diperkirakan menginginkan koreksi perdagangan dalam bentuk permintaan impor minyak kelapa langsung dari Pilipina dan tidak melalui "broker" di Hongkong yang telah mengikat eksporter minyak kelapa Pilipina dalam bentuk perjanjian dagang minyak kelapa jangka panjang.

Acara Pembicaraan

Pembicaraan antara kedua Kepala Negara akan berlangsung dua kali, masing­masing Selasa sore selama kurang lebih satu jam dan Rabu pagi sekitar satu setengah jam.

Selasa malam, Presiden F. Marcos dan Ny. Imelda Marcos akan menyelenggarakan jamuan kenegaraan untuk menghormati kunjungan kerja Presiden Soeharto di Istana Malacanang sedang Rabu paginya direncanakan mereka akan bermain golf di padang golf pinggir pantai Cavite.

Rabu tengah hari, rombongan Presiden Soeharto akan kembali ke Manila sebelum menuju ke Jakarta. (DTS)

Jakarta, Antara

Sumber: ANTARA (17/07/1979)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku V (1979-1980), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 122-123.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.